Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Depresi adalah sebuah gangguan mood yang ditandai dengan perasaan sedih, tidak bertenaga, kehilangan minat yang mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari; sedangkan bipolar adalah suatu kondisi mental
Daftar isi
Depresi dan bipolar merupakan dua gangguan suasana hati yang berbeda, sebagaimana pertama kali dijelaskan oleh Kraepelin [1].
Depresi dan bipolar merupakan gangguan suasana hati yang berbeda secara kualitatif dalam etiologi dan fenomenologi [1].
Depresi adalah suatu gangguan suasana hati yang mempengaruhi perasaan pikiran sehingga berakibat pada aktivitas sehari hari [2].
Depresi umumnya dapat terjadi pada setiap orang selama beberapa waktu tertentu dan dapat berkembang menjadi hal yang serius [2].
Sedangkan bipolar adalah gangguan mental kronis yang menyebabkan perubahan suasana hati yang ekstrim atau fluktuatif [3].
Dengan kata lain, tidak seperti depresi yang umumnya memiliki rentang tertentu perubahan suasana hati, bipolar cenderung menunjukkan perubahan suasana hati yang cepat atau mendadak [2,3].
Tidak hanya itu, perbedaan diantara keduanya semakin mendukung etiologi biologis dan perjalanan hidup dari bipolar yang lebih parah jika dibandingkan dengan depresi [1].
Bipolar dapat menunjukkan suasana hati yang sangat gembira dan kemudian dapat langsung berubah menjadi sangat marah atau mudah sekali tersinggung [2].
Gejala gejala yang ditunjukkan seseorang dapat membantu membedakan apakah seseorang tersebut sedang mengalami depresi atau bipolar.
Untuk itu, penting untuk diketahui masing masing gejala dari depresi dan bipolar sebagai berikut.
Jika seseorang mengalami beberapa gejala berikut ini setiap hari atau hampir setiap hari selama dua minggu, seseorang tersebut dapat dikatakan sedang mengalami depresi [2] :
Umumnya seseorang yang mengalami depresi hanya menunjukkan beberapa gejala saja, tidak semuanya. Dan frekuensi dari gejala yang dialami seseorang berbeda beda bergantung pada individu dan penyakit khusus masing masing [2].
Sedangkan gejala bipolar dapat dibedakan menjadi gejala mania atau hipomania, di mana mania adalah tahapan bipolar yang lebih serius dibandingkan hipomania [4].
Mania dan hipomania umumnya merupakan dua tahapan bipolar yang berbeda. namun memiliki gejala yang sama sebagai berikut [4]:
Adapun perbedaan gejala antara depresi dan bipolar dapat ditampilkan dalam tabel perbadingan sebagai berikut [3] :
Gejala Depresi | Gejala Bipolar |
Suasana hati sangat down, merasa sangat sedih atau merasa sangat cemas | Merasa sangat bersemangat tinggi, merasa sangat gembira, atau sangat mudah marah atau mudah tersinggung |
Merasakan melambat atau kurang istirahat | Merasakan lebih aktif daripada biasanya |
Mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengambil keputusan | Memiliki pemikiran yang cepat, dengan pola yang berulang ulang |
Kesulitan untuk tidur, bangun pagi atau tidur lebih lama dari biasanya | Mengalami penurunan kebutuhan untuk tidur (Waktu tidur lebih sedikit dari biasanya) |
Kemampuan bicara melambat, memiliki perasaan tidak perlu mengatakan apa apa, mudah melupakan banyak hal | Kemampuan bicara menjadi cepat tentang banyak hal yang berbeda |
Berkurangnya minat melakukan hampir semua hal | Memiliki minat yang berlebihan pada beberapa hal seperti makanan, minuman, atau kegiatan lain yang menyenangkan |
Kesulitan melakukan banyak hal bahkan yang sederhana sekalipunM | Memiliki pemikiran dapat melakukan banyak hal secara bersamaan tanpa lelah |
Merasakan keputusasaan, merasa tidak berharga, tiba tiba memikirkan kematian bahkan bunuh diri | Merasa menjadi seorang yang sangat penting, berbakat atau memiliki kekuatan |
Depresi maupun bipolar umumnya tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor seperti faktor genetik, biologis, lingkungan maupun psikologis [2, 3, 5].
Berikut ini merupakan beberapa penjelasan terkait faktor penyebab dari depresi [5] :
Seseorang dengan keluarga yang memiliki riwayat depresi cenderung memiliki risiko depresi yang lebih tinggi.
Depresi dapat disebabkan oleh adanya pengalaman yang sulit seperti pelecehan, pengabaian, kegagalan menjalin hubungan, maupun karena kematian orang yang dicintai.
Adanya kombinasi gangguan kecemasan masa anak anak dan pubertas dengan harga diri yang rendah serta rasa tidak aman dapat menyebabkan depresi juga.
Depresi juga dapat terjadi karena metabolism di otak seperti pergerakan sel syaraf yang melambat. Selain itu, zat kimia tertentu dan perubahan hormonal juga dapat menyebabkan depresi.
Masalah medis seperti stroke, serangan jantung, kanker atau tiroid yang kurang aktif juga dapat menjadi penyebab depresi.
Depresi diketahui juga dapat disebabkan oleh adanya perasaan stress atau kesepian yang terjadi terus menerus.
Beberapa orang dapat merasa depresi ketika memasuki musim gugur atua musim dingin yang gelap.
Penyebab pasti dari gangguan bipolar hingga kini belum diketahui secara pasti, namun yang jelas bipolar tidak hanya ditunjukkan oleh penyebab tunggal melainkan kombinasi beberapa faktor berikut ini [3] :
Gangguan bipolar dapat terjadi karena faktor keturunan atau gen tertentu dapat mengembangkan gangguan bipolar daripada yang lain.
Namun, gen diketahui bukan merupakan faktor penyebab satu satunya bipolar.
Pada kasus kembar identik, terdapat kemungkinan hanya salah satunya saja yang mengalami gangguan bipolar, sedangkan lainnya tidak.
Selain itu diketahui juga bahwa, risiko pengembangan gangguan bipolar pada seseorang dengan keluarga yang memiliki riwayat gangguan bipolar lebih besar namun lebih banyak tidak terjadi pengembangan gangguan bipolar.
Seseorang dengan gangguan bipolar diketahui memiliki struktur dan fungsi otak yang berbeda dari orang yang tidak.
Hal inilah yang memunculkan kemungkinan bahwa gangguan bipolar dapat disebabkan oleh struktur dan fungsi otak yang berbeda dari orang yang tidak mengalami gangguan kejiwaan.
Depresi dan bipolar diketahui dapat diobati atau disembuhkan dengan cara penanganan yang tepat sesuai dengan kebutuhan individunya bak berupa pengobatan konsumsi obat, psikoterapis, terapi stimulasi otak atau dari perubahan gaya hidupnya sendiri [2].
Tidak jarang penanganan yang dilakukan juga merupakan kombinasi beberapa jenis metode penanganan untuk hasil yang lebih efektif.
Cara penanganan depresi dapat dilakukan dalam beberapa jenis yaitu [2] :
Depresi umumnya dapat ditangani dengan mengonsumsi obat antidepresan yang dapat membantu memperbaiki cara otak dalam mengontrol suasana hati.
Efek dari antidepresan ini umumnya membutuhkan waktu sekitar 2 hingga 4 minggu untuk dapat bekerja.
Penggunaan obat antidepresan ini harus dilakukan dibawah pengawasan dokter.
Depresi juga dapat ditangani dengan melakukan psikoterapis atau terapi bicara dalam bentuk konseling.
Ketika penangan dengan mengonsumsi obat antidepresan tidak mengurangi gejala depresi maka dapat dilakukan terapi electroconvulsive (ECT).
Terapi ECT ini mencakup serangkaian sesi yang dilakukan sebanyak tiga kali seminggu, selama dua sampai empat minggu.
Cara penangan depresi yang tidak kalah penting yaitu diri sendiri dan bantuan dari orang orang sekitar.
Penanganan dapat dilakukan dengan membuat orang yang depresi untuk lebih aktif, berolahraga, mulai menetapkan tujuan yang realistis, dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan orang lain.
Untuk cara penanganan ini memang tidak instan, tetapi butuh proses untuk dapat membaik secara bertahap.
Sedangkan cara penanganan bipolar antara lain [3] :
Konsumsi obat seperti obat penstabil suasana hati dan antipsikotik atipikal dapat membantu mengontrol gejala gangguan bipolar.
Selain itu, obat untuk menargetkan tidur umumnya juga termasuk dalam obat obatan yang diresepkan dokter dalam penanganan bipolar.
Cara penanganan gangguan bipolar dengan konsumsi obat ini harus dilakukan dalam pengawasan dokter.
Gangguan bipolar juga dapat diatasi dengan melakukan psikoterapis atau terapi bicara dengan tujuan membantu seseorang mengidentifikasi dan mengubah emosi, pikiran dan perilakunya yang terganggu.
Psikoterapi ini sering dilakukan berasamaan dengan konsumsi obat dalam penanganan gangguan bipolar yang lebih efektif.
Sebagaimana depresi, bipolar juga dapat ditangani dengan melakukan terapi stimulasi otak untuk membantu menurunkan risiko gejala bipolar yang semakin parah.
Terapi stimulasi otak ini merupakan suatu rangkaian sesi pengobatan yang dilakukan bertahap selama beberapa minggu.
Umumnya, terapi stimulasi otak ini menggunakan anestesi umum dan aman bagi penderita bipolar.
Terapi stimulasi otak ini dapat dilakukan ketika pengobatan dan psikoterapi tidak memberikan manfaat yang efektif atau tidak dapat digunakan untuk penderita bipolar pada kasus tertentu.
Melakukan olahraga seperti jogging, berenang, bersepeda dapat meningkatkan kualitas tidur sehingga dapat membantu penanganan gangguan bipolar.
Selain itu, latihan anaerobik (yoga, pilates) juga dapat menjadi alternatif olaharga yang dapat membantu pemulihan bipolar.
Olahraga akan jauh lebih berdampak negatif jika dilakukan sesuai dengan anjuran dan pengawasan dokter yang menangani penderita bipolar.
Seseorang yang mengalami bipolar atau orang yang selalu menemani bipolar dapat mencatat aktivitas harian orang bipolar seperti gejala suasana hati, perawatan, pola tidur, dan peristiwa kehidupan.
Hal ini diketahui dapat membantu orang dan dokter melacak dan mengobati gangguan bipolar.
1. Cuellar, A. K., Johnson, S. L., & Winters, R. Distinctions between bipolar and unipolar depression. Clinical Psychology Review; 2005.
2. Anonim. Depression. National Institute of Mental Health; 2020.
3. Anonim. Bipolar Disorder. National Institute of Mental Health; 2020.
4. Anonim. Bipolar disorder. Mayoclinic; 2020.
5. Anonim. Depression: Overview. Cologne, Germany: Institute for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG); 2006.