Tinjauan Medis : drg. Jefrianto Wololy
Semakin dini disadari semakin mudah periodontitis dicegah dan semakin minim kerusakan yang timbul. Dengan memahami sebabnya perawatan akan lebih mudah. Kunjungan rutin ke dokter gigi disertai pembersihan
Daftar isi
Periodontitis adalah penyakit infeksi pada gusi yang membuat jaringan lunak serta tulang penyangga gigi rusak [2,3,4].
Periodontitis adalah penyakit infeksi serius yang disebabkan bakteri dan lebih berpotensi tinggi terjadi pada anak remaja.
Ketika tidak segera memperoleh penanganan, periodontitis mampu mengakibatkan sejumlah kondisi serius seperti gigi tanggal, masalah pada sistem kardiovaskular hingga kerusakan tulang.
Tinjauan Periodontitis adalah penyakit infeksi gusi yang mampu merusak tulang penopang gigi sekaligus jaringan-jaringan lunak pada gigi.
Periodontitis selalu berawal dari plak yang menempel pada area gigi dan gusi di mana plak ini terdiri dari bakteri-bakteri yang tanpa disadari sebenarnya sangat berbahaya.
Beberapa faktor yang menjadi pemicu plak berkembang menjadi penyakit infeksi gigi atau periodontitis [2]
Plak dapat dengan mudah terbentuk pada gigi ketika seseorang sangat gemar mengonsumsi makanan bertepung, berkarbohidrat atau bergula tinggi [13].
Plak yang masih baru dapat diatasi dengan menyikat gigi serta flossing sehari dua kali, namun perawatannya harus dilakukan rutin sebab pembentukan kembali plak-plak ini tergolong cepat.
Plak yang berada terlalu lama pada bagian bawah garis gusi dan mengeras, maka inilah kondisi yang disebut dengan karang gigi.
Otomatis plak yang mengeras akan lebih sulit untuk dihilangkan karena menempel pada gigi.
Akan lebih sulit lagi untuk menghilangkannya ketika bakteri-bakteri berkumpul di sana; tingkat kerusakan semakin parah ketika plak dan karang gigi berada semakin lama di gigi.
Aktivitas flossing dan sikat gigi teratur bahkan tidak mampu lagi mengatasi karang gigi tersebut dan alangkah baiknya jika segera mengunjungi dokter gig [14].
Bentuk penyakit gusi paling ringan adalah radang gusi yang disebut dengan istilah gingivitis.
Gingivitis disebabkan oleh plak di mana kemudian jaringan gusi di sekitar dasar gigi mengalami inflamasi serta iritasi.
Perawatan profesional sekaligus perawatan rutin di rumah dalam menjaga kebersihan gigi adalah cara mengatasi gingivitis.
Ketika gingivitis atau radang pada gusi terus-menerus terjadi atau tidak segera mendapat penanganan, tanpa disadari sebenarnya periodontitis sedang terjadi [2].
Plak keras atau karang gigi yang terkandung bakteri di dalamnya semakin banyak pada gigi sekaligus gusi.
Bila pasien tidak segera memperoleh penanganan medis, infeksi akan semakin serius sehingga menyebabkan tulang serta jaringan mulai hilang; parahnya, penderita dapat kehilangan satu atau lebih gigi setelahnya.
Beberapa faktor lain yang diketahui mampu menjadi peningkat risiko seseorang mengalami periodontitis adalah [2,4] :
Tinjauan Penumpukan plak yang tersisa pada gusi dan gigi dan terlewatkan saat dibersihkan akan semakin menumpuk dan mengeras. Hal ini menimbulkan karies gigi tempat bersarangnya banyak bakteri yang mampu menyebabkan radang. Infeksi serta radang ini kemudian dapat berkembang menjadi periodontitis.
Periodontitis dapat menimbulkan gejala yang cukup nampak, yaitu antara lain adalah [1,2] :
Normalnya, gusi yang sehat adalah gusi yang berwarna merah muda dan saat disentuh terasa keras, namun bila tidak demikian, maka dapat dicurigai sebagai sebuah penyakit gigi.
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Ketika merasa bahwa kondisi gusi dan gigi sudah mulai tidak normal dan terdapat darah setiap kali menggosok gigi, tak ada salahnya segera ke dokter gigi untuk memeriksakannya.
Sedini mungkin memeriksakan gejala yang terjadi, sedini mungkin pula penanganan dapat diberikan dan mencegah kerusakan gigi serta gusi yang lebih serius.
Tinjauan Periodontitis dapat menimbulkan sejumlah gejala seperti perubahan warna gusi, perdarahan dari gusi, bau mulut, rasa sakit ketika mengunyah, hingga gigi yang goyang.
Untuk memastikan bahwa gejala yang dialami pasien adalah periodontitis dan bukan penyakit gigi, gusi atau mulut lainnya, maka beberapa metode pemeriksaan berikut perlu ditempuh pasien :
Bagian dalam mulut akan diperiksa oleh dokter untuk mengecek keberadaan plak dan penumpukan karang gigi.
Pada saat pemeriksaan ini, biasanya dokter juga akan memeriksa apakah perdarahan dapat terjadi dengan mudah pada area tersebut.
Selain pemeriksaan fisik pada bagian mulut, dokter perlu mengetahui riwayat medis pasien.
Karena faktor genetik menjadi salah satu faktor risiko periodontitis, maka dokter akan menanyakan seputar riwayat medis pasien serta keluarga pasien.
Tak hanya jenis penyakit yang diderita, tapi juga berbagai kebiasaan tak sehat seperti merokok hingga riwayat penggunaan obat dan operasi perlu diketahui oleh dokter.
Kedalaman celah antara gigi dan gusi juga perlu diukur oleh dokter.
Pada kondisi mulut yang normal dan sehat, kedalaman celah adalah 1-3 mm saja, sedangkan ketika celah mengalami ketidaknormalan, maka kedalamannya bisa sampai 4-5 mm.
Rontgen gigi adalah metode pemeriksaan lainnya yang sangat umum digunakan dokter untuk memeriksa kondisi tulang gigi.
Untuk pemeriksaan lebih lanjut dan detail pada kedalaman celah antara gigi dan gusi, rontgen gigi merupakan metode diagnosa yang tepat.
Tinjauan Pemeriksaan fisik dan riwayat medis didukung dengan metode pengukuran kedalaman celah antar gigi dan gusi hingga rontgen gigi adalah metode pemeriksaan yang umumnya digunakan dokter dalam mengonfirmasi periodontitis.
Tergantung dari kondisi gigi pasien, dokter gigi akan memberikan perawatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Jika celah antara gigi dan gusi perlu dibersihkan, maka proses pembersihan akan dilakukan untuk meminimalisir kerusakan di sekitar tulang.
Namun pada dasarnya, periodontitis diatasi dengan dua metode, yaitu tanpa operasi dan dengan operasi.
Prosedur pembersihan karang gigi disebut dengan scaling di mana dokter gigi akan menghilangkan plak-plak mengeras baik pada bagian bawah gusi sekaligus permukaan gigi.
Alat ultrasonik atau laser akan digunakan dalam proses scaling.
Usai prosedur scaling selesai, dilanjutkan dengan root planning yang akan menyempurnakan hasil scaling dengan menghaluskan permukaan akar gigi.
Prosedur root planning menjadi cara meminimalisir atau menghambat penumpukan kembali bakteri dan plak menjadi karang gigi.
Pemberian obat antibiotik dalam bentuk oral maupun topikal biasanya diberikan kepada pasien untuk melawan infeksi bakteri.
Obat antibiotik dalam bentuk topikal bukan dalam jenis oles, melainkan obat kumur yang akan melanjutkan perawatan scaling dan root planning pada gusi dan gigi.
Sementara itu, obat antibiotik dalam bentuk oral diresepkan untuk membunuh bakteri penyebab periodontitis dari dalam.
Tips Perawatan Mandiri di Rumah
Walau telah diatasi dengan prosedur medis, beberapa langkah mandiri tanpa operasi yang bisa dilakukan di rumah untuk merawat kesehatan mulut antara lain adalah [4] :
Ada berbagai metode operasi yang dapat diterapkan pada pasien periodontitis, tergantung dari kondisi gigi, gusi dan mulut secara menyeluruh.
Jenis operasi ini dilakukan oleh dokter gigi dengan membuat sayatan kecil pada gusi yang akan membuka dan memperlihatkanbagian akar.
Dengan cara seperti ini, prosedur scaling dan root planning akan jauh lebih mudah dilakukan.
Untuk meminimalisir ausnya tulang gigi, tulang dasarnya perlu dikontur ulang sebelum akhirnya dokter gigi akan menjahit jaringan gusi kembali sesuai pada tempatnya.
Resesi gusi dapat terjadi ketika jaringan gusi hilang, maka untuk mengatasinya dokter gigi perlu membuat jaringan lunak yang mengalami kerusakan lebih kuat.
Pada prosedur soft tissue grafts, dokter akan ada sebagian kecil jaringan dari langit-langit mulut yang akan diambil lalu jaringan ini dipakai untuk menambal area yang terkena infeksi.
Tak hanya mengurangi risiko resesi gusi yang semakin parah, akar akan lebih terlihat dan memperbaiki penampilan gigi.
Prosedur medis ini akan dokter rekomendasikan ketika tulang yang ada di sekitar akar gigi sudah rusak akibat penyakit periodontitis.
Graft atau cangkok yang digunakan oleh dokter pada prosedur ini sebaiknya terdiri dari fragmen kecil tulang dari tubuh pasien sendiri.
Namun pada beberapa kasus, ada kalanya cangkok tulang adalah dari fragmen kecil tulang dari tubuh pendonor.
Tak jarang pula tulang yang digunakan oleh dokter adalah tulang sintetis atau buatan.
Prosedur ini umumnya dilakukan dokter dengan mengaplikasikan gel khusus berkandungan protein yang bisa dioles pada akar gigi yang terpengaruh.
Protein kandungan gel ini pada dasarnya terdapat pada enamel gigi sehingga merupakan protein yang aman dan alami.
Protein ini berguna sebagai stimulan atau perangsang tumbuhnya jaringan dan tulang gigi yang sehat.
Regenerasi jaringan direkomendasikan dokter gigi sebagai cara menumbuhkan kembali tulang-tulang yang telah hancur karena dirusak oleh bakteri penyebab infeksi.
Pada prosedur ini, ruang antara tulang dan gigi akan ditempatkan sepotong material biokompatibel oleh dokter di mana bahan ini mampu mencegah jaringan asing untuk masuk ke area yang sedang mengalami pemulihan.
Tinjauan Metode pengobatan periodontitis adalah tanpa operasi (scaling, root planning, antibiotik, hingga perawatan mandiri di rumah) dan dengan operasi tergantung dari tingkat keparahan infeksi.
Kehilangan gigi atau gigi tanggal menjadi komplikasi paling umum dari kondisi periodontitis karena jaringan periodontal yang juga tak dapat diselamatkan.
Ketika penanganan periodontitis terlambat, maka hal ini juga dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskular [1,2,3].
Peningkatan protein C-reaktif mampu berdampak buruk bagi sistem jantung, begitu pula memengaruhi kelahiran bayi dengan berat badan rendah, penyakit paru obstruktif kronik hingga diabetes tipe 2.
Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak mudah terkena periodontitis antara lain adalah [4] :
Tinjauan Untuk mencegah periodontitis, menjaga kebersihan dan kesehatan mulut serta melakukan check-up rutin adalah langkah yang paling dianjurkan. Diet, menghindari aktivitas merokok, serta menggunakan produk perawatan gigi yang benar juga dapat meminimalisir penyakit gigi dan gusi.
1. I Komang Evan Wijaksana. Periodontal Chart dan Periodontal Risk Assessment sebagai Bahan Evaluasi dan Edukasi Pasien dengan Penyakit Periodontal. Jurnal Kesehatan Gigi 6; 2019.
2. Neha Mehrotra & Saurabh Singh. Periodontitis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
3. Rajiv Saini, P P Marawar, Sujata Shete, & Santosh Saini. Periodontitis, A True Infection. Journal of Global Infectious Diseases; 2019.
4. Muhammad Ashraf Nazir. Prevalence of periodontal disease, its association with systemic diseases and prevention. International Journal of Health Sciences; 2017.
5. Sul-Hee Kim, Se-Ryong Kang, Hee-Jung Park, Jun-Min Kim, Won-Jin Yi, & Tae-Il Kim. Improved accuracy in periodontal pocket depth measurement using optical coherence tomography. Journal of Periodontal & Implant Science; 2017.
6. Ti-Sun Kim, Christian Obst, Sven Zehaczek, & Claudia Geenen. Detection of bone loss with different X-ray techniques in periodontal patients. Journal of Periodontology; 2008.
7. Anoop Kapoor, Ranjan Malhotra, Vishakha Grover, & Deepak Grover. Systemic antibiotic therapy in periodontics. Dental Research Journal; 2012.
8. Jae-Hong Lee, Jung-Kyu Choi, Sang-Hyun Kim, Kyung-Hyun Cho, Young-Taek Kim, Seong-Ho Choi, & Ui-Won Jung. Association between periodontal flap surgery for periodontitis and vasculogenic erectile dysfunction in Koreans. Journal of Periodontal & Implant Science; 2017.
9. Giovanni Zucchelli, Lorenzo Tavelli, Michael K McGuire, Giulio Rasperini, Stephen E Feinberg, Hom-Lay Wang, & William V Giannobile. Autogenous soft tissue grafting for periodontal and peri-implant plastic surgical reconstruction. Journal of Periodontology; 2020.
10. Mirjana Gojkov-Vukelic, Sanja Hadzic, & Enes Pasic. Evaluation of Efficacy of Surgical Periodontal Therapy with the Use of Bone Graft in the Treatment of Periodontal Intrabony Defects. Medical Archives - Journal of the Academy of Medical Sciences in Bosnia and Herzegovina; 2017.
11. Rohini Mali, Priya Lele, & Vishakha. Guided tissue regeneration in communicating periodontal and endodontic lesions – A hope for the hopeless! Indian Society of Periodontology; 2011.
12. Christoph A. Ramseier, Giulio Rasperini, Salvatore Batia, & William V. Giannobile. Advanced regenerative technologies for periodontal tissue repair. HHS Public Health; 2012.
13. C G Emilson, B Nilsson, & W H Bowen. Carbohydrate composition of dental plaque from primates with irradiation caries. Journal of Oral Pathology; 1984.
14. Katharina Morant Holanda de Oliveira, Mariana Alencar Nemezio, Priscilla Coutinho Romualdo, Raquel Assed Bezerra da Silva, Francisco Wanderley Garcia de Paula E Silva, & Erika Calvano Küchler. Dental Flossing and Proximal Caries in the Primary Dentition: A Systematic Review. Oral Health & Preventive Dentistry; 2017.