Radang amandel dapat terjadi pada semua usia dan merupakan penyakit yang umum di masa anak-anak [1, 2].
Menurut US National Library of Medicine, radang amandel paling umum ditemukan pada anak-anak di usia lebih dari dua tahun[3].
Daftar isi
Amandel (tonsil) adalah nodus limfa yang terletak pada kedua sisi tenggorokan bagian belakang. Nodus limfa berfungsi sebagai mekanisme kekebalan dan membantu mencegah tubuh terkena infeksi[1].
Amandel berupa kumpulan sel-sel limfa seukuran kacang polong berbentuk oval dan terletak di bagian awal faring pada kedua sisi tenggorokan[3].
Radang amandel (tonsilitis) adalah infeksi pada amandel, ditandai dengan jaringan amandel yang memerah dan membengkak dan dapat menyebakan perlukaan tenggorokan[2].
Radang amandel secara umum merupakan suatu akibat dari infeksi yang dapat disebabkan virus atau bakteri [7].
Virus adalah penyebab yang paling umum dari radang amandel. Biasanya virus menyebab amandel sama dengan virus penyebab flu biasa, termasuk rhinovirus, virus syncytial respirasi, adenovirus, dan coronavirus. [1,7]
Namun virus jenis lain juga dapat menyebabkan radang amandel, seperti virus Epstein-Barr, hepatitis A, dan HIV[1,7].
Radang amandel yang disebabkan oleh virus biasanya menunjukkan gejala seperti batuk atau hidung tersumbat. Antibiotik tidak dapat meringankan gejala akibat infeksi virus [1].
Sekitar 15-30% dari radang amandel disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebab radang amandel yang paling umum yaitu Streptococcus[1].
Infeksi bakteri biasanya disebabka oleh suatu kelompok bakteri yang disebut A beta hemolitik Streptococcus (ABHS). Selain itu dapat juga disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, dan Haemophilus influenza [7].
Radang amandel akibat bakteri lebih umum pada anak-anak usia 5-15 tahun.
Berikut beberapa gejala radang amandel [1, 2, 8]:
Kapan Sebaiknya Periksa ke Dokter?
Sebaiknya segera ke dokter jika mengalami gejala berikut [1, 10]:
Berdasarkan timbulnya gejala, radang amandel dibedakan menjadi tiga, yaitu radang amandel akut, kronis, dan kambuhan [1].
Pada anak kecil, radang amandel dapat disertai gejala seperti keluar air liur atau berlebihan air liur, tidak mau makan, dan kerewelan yang tidak biasa [1, 9].
Radang Amandel Akut
Radang amandel akut sangat umum di antara anak-anak. Radang amandel akut ditandai dengan gejala yang berlangsung sekitar 10 hari atau kurang [1].
Gejala radang amandel akut meliputi demam, eksudat tonsilar, sakit tenggorokan, dan pembengkakan limfadenopati rantai serviks anterior. Selain itu, pasien dapat mengalami gejala odynophagia dan disfagia akibat pembengkakan amandel [7].
Radang Amandel Kronis
Radang amandel kronis ditandai dengan gejala yang berlangsung lebih lama dari radang amandel akut [1, 10].
Gejala radang amandel akut berupa radang tenggorokan, napas bau (halitosis), dan pembengkakan nodus limfa di leher yang berlangsung lama [1].
Radang amandel kronis dapat menyebabkan batu amandel, di mana materi seperti sel-sel mati, saliva, dan makanan membentuk celah-celah dari amandel. Kumpulan materi sisa (debris) dapat mengeras menjadi batu kecil [1].
Radang Amandel Kambuhan
Radang amandel kambuhan ditandai dengan gejala yang muncul kembali beberapa kali [1].
Radang amandel dikategorikan kambuhan jika:
Suatu studi menunjukkan bahwa radang amandel kronis dan kambuhan dapat disebabkan oleh biofilm yang terdapat pada lipatan tonsil. [1]
Biofilm ialah komunitas mikroorganisme dengan resistensi lebih pada antibiotik dan menyebabkan infeksi berulang [1].
Sementara sebuah studi lainnya mengindikasikan faktor genetik dapat berperan dalam menghasilkan respon imun yang buruk terhadap kelompok bakteri A Streptococcus, yang merupakan penyebab radang amandel [1].
Komplikasi radang amandel tergolong langka dan biasanya hanya terjadi jika radang amandel disebabkan oleh infeksi bakteri [10].
Beberapa komplikasi radang amandel meliputi [10]:
Komplikasi radang amandel lainnya sangat jarang dan biasanya terjadi jika infeksi bakteri yang mendasari tidak ditangani. Berikut beberapa komplikasi lain radang amandel[10]:
Scarlet fever (demam scarlet) merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan ruam kulit berwarna merah muda hingga merah yang spesifik
Demam reumatik menyebabkan penyebaran inflamasi ke sekujur tubuh, mengarah pada gejala seperti sakit sendi, ruam, dan gerakan tubuh tersentak-sentak.
Demam reumatik merupakan penyakit imunologis yang terjadi mengikuti infeksi kelompok A Streptococcus. Biasanya terjadi pada pasien usia 5-18 tahun. Penyakit ini mempengaruhi berbagai sistem organ, umumnya menyebabkan artritis[7].
Glomerulonefritis yaitu terjadinya infeksi (pembengkakan) pada filter dalam ginjal yang dapat menyebabkan muntah dan hilangnya nafsu makan.
Glomerulonefritis adalah kelainan termediasi imun mengikuti infeksi kelompok A Streptococcus.
Pasien menunjukkan edema, hipertensi, abnormalitas pada sedimen urin, hipoproteinemia, peningkatan penanda inflamasi, dan kadar komplemen rendah[7].
Dokter dapat mengajukan beberapa pertanyaan mengenai gejala dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis. Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati bagian dalam mulut, bagian belakang tenggorokan, dan leher[2].
Dokter juga dapat menggunakan kapas swab halus untuk mengumpulkan sampel dari amandel dan bagian belakang mulut. Sampel kemudian dianalisa untuk mengidentifikasi penyebab infeksi [1, 2].
Proses analisa sampel dapat melalui[2]:
Selain itu, dokter juga dapat meminta pasien melakukan tes penghitungan darah total. Tes tersebut dapat menunjukkan apakah infeksi disebabkan oleh virus atau bakteri[1].
Umumnya radang amandel ringan tidak memerlukan pengobatan tertentu dan dapat membaik dalam waktu satu minggu [1, 10].
Radang amandel yang disebabkan oleh virus tidak dapat ditangani dengan antibiotik. Penanganan utama untuk radang amandel akut yaitu perawatan suportif, meliputi analgesik dan hidrasi, pasien jarang memerlukan rawat inap [7].
Pengobatan seperti NSAID dapat membantu meredakan gejala. Kortikosteroid dapat dipertimbangkan sebagai pengobatan tambahan untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan waktu pemulihan, biasanya diberikan sebagai dosis tunggal dari dexamethasone[7].
Jika pasien mengalami dehidrasi akibat radang amandel, dokter dapat memberikan cairan intravena [1].
Perawatan untuk kasus radang amandel yang lebih berat dapat meliputi pemberian antibiotik atau tonsilektomi[1, 2].
Jika radang amandel disebabkan oleh bakteri, dokter dapat memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi[1].
Antibiotik jarang diresepkan meski diketahui radang amandel disebabkan bakteri. Hal ini karena antibiotik tidak terlalu membantu mempercepat pemulihan dan menimbulkan efek samping, seperti gangguan pencernaan [1, 10].
Selain itu dokter perlu mempertimbangkan risiko dan manfaat dari penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik berisiko meningkatkan resistensi antibakteri, yaitu ketika penggunaan antibiotik dilakukan untuk infeksi yang tidak tergolong berat menyebabkan antibiotik tersebut tidak efektif untuk menangani infeksi yang lebih berat [7, 10].
Antibiotik diberikan pada beberapa kondisi seperti [10]:
Antibiotik yang biasa digunakan yaitu penisilin. Pada pasien dengan alergi penisilin, pengobatan dilakukan dengan pemberian azithromycin atau antibiotik golongan sefalosporin [7].
Prosedur bedah untuk menghilangkan amandel disebut tonsilektomi [1,10].
Tonsilektomi biasanya hanya dianjurkan untuk pasien yang mengalami radang amandel kronis atau kambuhan, atau pada kasus tertentu di mana radang amandel mengakibatkan komplikasi dan gejala tidak mereda [1].
Tonsilektomi dilakukan dengan anestesi umum. Biasanya pasien tidak memerlukan opname atau bisa langsung pulang di hari yang sama dengan sehari setelahnya operasi [10].
Tonsilitis disebabkan oleh infeksi mikroba, sehingga pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak atau menjaga jarak dari orang yang terinfeksi. Selain itu, pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan diri[1, 9].
Berikut beberapa cara menjaga kebersihan[9]:
1. Ann Pietrangelo, reviewed by Alana Biggers, M.D., MPH. Everything You Need to Know About Tonsillitis. Healthline; 2019.
2. Anonim, reviewed by Steven M. Andreoli, MD. Tonsillitis. Kids Health; 2019.
3. Alina Bradford. Tonsils: Facts, Function & Treatment. Live Science; 2018.
4. Jones, Roger. Oxford Textbook of Primary Medical Care. Oxford University Press; 2004. 6
5. Windfuhr, JP; Toepfner, N; Steffen, G; Waldfahrer, F; Berner, R. Clinical Practice Guideline: Tonsillitis I. Diagnostics and Nonsurgical Management. European Archives of Oto-Rhino-Laryngology; 2016. 4
6. Spinks, A; Glasziou, PP; Del Mar, CB. Antibiotics for Sore Throat. The Cochrane Database of Systematic Reviews; 2013. 3
7. Anderson J, Paterek E. Tonsillitis. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
8. Anonim. Tonsillitis. Children’s Health Queensland Hospital and Health Service; 2020.
9. Anonim. Tonsillitis. Mayo Clinic; 2020.
10. Anonim. Tonsillitis. NHS Inform; 2020.