Penyakit & Kelainan

Sepsis : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Sepsis?

Sepsis (img : MedicineNet)

Sepsis merupakan sebuah kondisi komplikasi mengancam jiwa yang terjadi sebagai dampak infeksi yang tidak segera ditangani atau infeksi yang telanjur memburuk [1,2,3,4,5,6,7].

Seseorang yang mengalami infeksi dan tidak segera mendapatkan pengobatan, infeksi dapat mengakibatkan turunnya tekanan darah secara drastis.

Tak hanya berpengaruh pada tekanan darah, jaringan dan organ tubuh penderita infeksi juga berpotensi mengalami kerusakan.

Bila dibiarkan semakin lama tanpa penanganan, maka kondisi ini berujung pada kematian.

Tinjauan
Sepsis merupakan kondisi komplikasi dari infeksi yang tak segera diobati. Sepsis ditandai dengan tekanan darah yang turun drastis dan jaringan organ tubuh yang mengalami kerusakan.

Fakta Tentang Sepsis

  1. Sepsis bukanlah jenis penyakit menular, namun patogen (bakteri, jamur atau virus) penyebab infeksi yang berakibat pada sepsis justru bersifat menular [1].
  2. Di Amerika Serikat tahun 2009, terdapat lebih dari 750.000 kasus sepsis yang per tahunnya di sejumlah rumah sakit Amerika dengan lebih dari setengahnya memiliki kondisi syok septik dan dengan kasus kematian sebesar 215.000 jiwa [1].
  3. Menurut data World Health Organization (WHO), terdapat 30 juta orang seluruh dunia yang mengalami sepsis di mana 3 juta diantaranya adalah bayi baru lahir dan 1,2 juta diantaranya adalah anak-anak [2].
  4. Sepsis juga diketahui sebagai penyebab utama 1 dari 10 kasus keguguran [2].
  5. Sepsis menjadi salah satu kondisi mengerikan yang juga mampu membunuh sebanyak 6 juta jiwa per tahunnya di mana diantaranya adalah 500.000 bayi yang baru lahir [2].
  6. Di Inggris, prevalensi sepsis per tahun adalah 88-102 per 100.000 jiwa [3].
  7. Sementara di Indonesia, data prevalensi sepsis masih terbatas, namun menurut data salah satu hasil studi menyatakan bahwa 38,9% pasien yang mengalami luka bakar dan mendapat perawatan di RSCM terkena sepsis dengan 76,9% tingkat mortalitas [5].
  8. Untuk kasus sepsis pada umumnya, angka mortalitas dapat mencapai lebih dari 50% di mana 40-80% untuk kasus syok septik dan 25-50% untuk sepsis berat [4].

Penyebab Sepsis

Infeksi mampu menyebabkan pelepasan zat kimia oleh sistem imun ke aliran darah yang bertujuan melawan sebab infeksi tersebut [1,2,5].

Proses tersebut secara alami akan menyebabkan radang di area yang mengalami infeksi.

Namun pada sepsis, pelepasan zat kimia terjadi secara tidak normal karena tidak terkontrol.

Pelepasan zat kimia secara tak terkendali inilah yang kemudian justru menjadi pemicu timbulnya radang pada seluruh tubuh, tak lagi hanya di area yang terkena infeksi.

Infeksi bakteri, jamur, atau virus mampu mengakibatkan sepsis dan bagian tubuh mana saja dapat mengalami ini.

Hanya saja, sepsis paling umum diakibatkan oleh beberapa jenis infeksi seperti [1] :

Tinjauan
Infeksi jamur, virus atau bakteri yang memicu pelepasan zat kimia tak terkendali lalu memicu seluruh tubuh mengalami radang yang dapat berakibat pada sepsis.

Faktor Risiko Sepsis

Selain dari beberapa jenis kondisi infeksi yang mengakibatkan sepsis tersebut, ada pula sejumlah faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami sepsis, yakni [1,2,5,6,7,8,9] :

  • Penyakit sirosis hati
  • Penyakit diabetes
  • Usia yang masih terlalu muda (di bawah 1 tahun) atau justru sudah lanjut usia (di atas 75 tahun)
  • Riwayat penggunaan kortikosteroid atau antibiotik
  • Luka bakar
  • Riwayat pengobatan kemoterapi
  • Kehamilan
  • Kanker
  • AIDS
  • Imun lemah
  • Penyakit parah yang menyebabkan penderita harus mendapatkan perawatan di instalasi gawat darurat
  • Penggunaan alat bantu medis, seperti selang nafas atau kateter urine

Gejala Sepsis

Sepsis merupakan sebuah kondisi yang diawali dari sebuah infeksi, baik infeksi di satu area tubuh atau di beberapa bagian tubuh.

Maka gejala awal sepsis sebenarnya merupakan gejala infeksi, yakni meliputi [1,10] :

Namun ketika infeksi sudah mulai memburuk dan keluhan berupa sesak napas dan jantung berdebar mulai terjadi, hal ini dapat menjadi tanda bahwa penderita mengalami sepsis.

Pada kasus infeksi yang telah berkembang menjadi sepsis, beberapa keluhan di bawah ini umumnya dirasakan oleh penderita [1,11] :

  • Napas pendek dan lebih cepat (22 nafas atau lebih per menit).
  • Tekanan sistolik (tekanan saat darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh) menunjukkan 100 mm Hg ke bawah.

Ketika sepsis tak mendapatkan penanganan dengan segera, gejala yang sudah tergolong buruk dapat semakin buruk.

Tekanan darah berpotensi semakin turun dan membahayakan tubuh di mana hal ini disebut juga dengan syok septik.

Syok septik merupakan sebuah kondisi di mana tingkat aliran darah ke seluruh tubuh mengalami penurunan.

Karena hal ini, fungsi organ tubuh mulai terganggu karena tidak memperoleh oksigen secara cukup.

Sejumlah gejala syok septik yang perlu diwaspadai antara lain adalah [12] :

  • Kulit pucat
  • Tubuh menggigil
  • Sesak napas lebih parah
  • Perdarahan
  • Frekuensi buang air kecil berkurang
  • Kesadaran menurun

Lebih parahnya, jaringan tubuh dapat mengalami kematian saat syok septik terjadi.

Sepsis pada Anak

Sepsis tak hanya dapat terjadi pada orang dewasa, tapi juga pada anak, khususnya bayi yang baru lahir.

Kondisi ini disebut juga dengan sepsis neonatal di mana seorang bayi pada usianya yang masih 1 bulan mengalami infeksi darah [8].

Sepsis ini sangat rentan terjadi pada bayi yang lahir secara prematur dan memiliki berat badan yang rendah.

Hal ini disebabkan oleh sistem imun bayi yang belum terlalu kuat dan matang sehingga beberapa tanda sepsis yang perlu dikenali para orang tua adalah :

  • Suhu tubuh rendah.
  • Kulit pucat
  • Jaundice (menguningnya bagian putih mata serta kulit)
  • Tubuh kejang
  • Diare
  • Muntah
  • Demam
  • Apnea (henti nafas sementara)
  • Lesu
  • Pembengkakan di bagian perut
  • Tidak dapat menyusu dengan baik dan normal

Jika tidak segera terdeteksi dan diatasi, sepsis jenis ini mampu menyebabkan kematian dini pada bayi.

Sepsis pada Lansia

Selain bayi dan anak kecil, sistem imun yang lemah juga dimiliki oleh para lansia sehingga risiko sepsis pun jadi jauh lebih tinggi [7].

Infeksi saluran kencing merupakan kondisi infeksi yang paling kerap menyebabkan sepsis pada lansia, begitu juga dengan pneumonia.

Infeksi pada lansia secara umum ditandai dengan kebingungan atau linglung.

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Sepsis pada umumnya dialami oleh orang-orang yang telah atau sedang rawat inap di rumah sakit.

Para penderita infeksi yang sudah cukup parah biasanya sudah harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Maka ketika tanda-tanda sepsis terjadi, segera panggil petugas medis dan konsultasikan segera mengenai penanganan terbaik untuk kondisi ini.

Tinjauan
Gejala infeksi awal sebelum sepsis terjadi adalah nyeri otot, demam, diare, batuk dan tubuh lebih lemas dari biasanya. Namun ketika infeksi berkembang menjadi sepsis, penderita akan mengalami napas pendek dan cepat (22 nafas atau lebih per menit) sekaligus tekanan sistolik 100 mm Hg ke bawah.

Pemeriksaan Sepsis

Ketika menemui dokter, maka untuk mengonfirmasi kondisi sepsis pada pasien serta untuk mengetahui penyebabnya, beberapa metode diagnosa ini akan digunakan :

Dokter akan mengawali pemeriksaan dengan menanyakan apa saja gejala yang selama ini dikeluhkan pasien.

Dokter juga perlu tahu apa saja riwayat medis yang diderita pasien berikut obat-obatan yang sedang digunakan.

Setelah menanyakan riwayat gejala dan kesehatan pasien, dokter segera memeriksa fisik pasien.

Biasanya, pemeriksaan fisik akan meliputi pengukuran suhu tubuh, pemeriksaan laju pernapasan, dan pemeriksaan detak jantung pasien.

Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan saja belum cukup, maka biasanya dokter memerlukan tes penunjang berupa tes darah.

Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan lebih lanjut bertujuan utama untuk mendeteksi adanya infeksi pada tubuh pasien.

Melalui tes darah, dokter juga menjadi lebih mudah mengidentifikasi masalah penggumpalan darah, kadar dan tingkat keseimbangan elektrolit, kadar oksigen dalam darah, serta kelainan ginjal maupun hati pasien.

Selain tes darah, tes urine juga dianjurkan oleh dokter terutama jika terdapat kecurigaan bahwa pasien mengalami infeksi saluran kencing.

Atau, tes urine akan direkomendasikan apabila dokter hendak mengidentifikasi keberadaan bakteri pada urine pasien.

Tes pemindaian seperti CT scan pun kemungkinan direkomendasikan oleh dokter untuk mendeteksi keberadaan infeksi.

Infeksi pada sistem pencernaan, pankreas dan usus buntu biasanya lebih mudah teridentifikasi melalui pemeriksaan ini.

Tes pemindaian lainnya yang dokter kemungkinan terapkan adalah sinar-X atau rontgen.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi paru dan jenis infeksi yang terjadi pada paru.

Pemeriksaan MRI dianjurkan oleh dokter untuk mengidentifikasi adanya infeksi pada jaringan lunak dalam tubuh pasien.

Tes pemindaian penunjang lainnya adalah USG yang akan membantu dokter dalam mendeteksi adanya infeksi pada ovarium.

Umumnya, keberadaan infeksi pada saluran kemih juga lebih mudah terdeteksi melalui prosedur USG.

Tinjauan
Metode diagnosa sepsis yang kerap digunakan oleh dokter meliputi pemeriksaan riwayat medis, pemeriksaan fisik, tes darah, tes dahak dan luka, tes urine, CT scan, MRI scan, sinar-X/rontgen, serta USG.

Pengobatan Sepsis

Penanganan sepsis secara dini akan menghindarkan pasien dari komplikasi yang mengancam jiwa.

Beberapa metode digunakan untuk menangani sepsis, baik melalui pemberian obat-obatan maupun operasi jika memang kondisi pasien telah parah.

Melalui Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang umumnya diresepkan oleh dokter antara lain adalah :

  • Antibiotik, Antijamur atau Antivirus

Untuk sepsis yang terjadi sebagai akibat dari infeksi bakteri serius, pemberian antibiotik dengan metode injeksi tergolong efektif [1,7,8,9,10,11,12,14,15].

Hasil tes darah yang menunjukkan infeksi bakteri segera ditangani oleh dokter dengan memberikan antibiotik; antibiotik dapat berbeda-beda tergantung jenis bakterinya.

Untuk kasus sepsis yang terjadi akibat infeksi jamur dan virus, maka antijamur dan antivirus adalah jenis obat yang dokter berikan.

Bila tekanan darah belum kembali normal dan cenderung terlampau rendah, vasopresor biasanya diberikan oleh dokter [1,7,9,10,11,15].

Tujuan pemberian tindakan ini adalah untuk mengembalikan tekanan darah serta mempersempit pembuluh darah.

  • Cairan Intravena

Cairan intravena biasanya diberikan sesegera mungkin bagi pasien yang dari hasil diagnosanya positif menderita sepsis [1,7,8,9,10,11,12,15].

Jika tekanan darah masih sangat rendah bahkan ketika pasien sudah diberi cairan intravena ini, barulah dokter memberi vasopresor.

  • Insulin

Bagi penderita diabetes yang mengalami sepsis, maka ada kemungkinan dokter segera memberikan insulin [1,7].

Tujuan pemberian insulin tentu untuk menjaga agar kadar gula darah kembali normal dan stabil.

  • Kortikosteroid

Kortikosteroid merupakan golongan obat lainnya yang kemungkinan diresepkan oleh dokter [1,7,10,11].

Namun biasanya, pemberian kortikosteroid adalah dengan dosis rendah.

Melalui Operasi

Jika tindakan medis lain tidak mampu mengatasi gejala sepsis dan sepsis sudah terlampau parah, dokter akan menganjurkan pasien untuk menempuh prosedur operasi [1,8,10,11].

Jika terjadi gangren atau abses, maka dokter perlu mengangkat jaringan yang terinfeksi dan juga membuang nanah yang ada di area infeksi.

Melalui Tindakan Medis Lainnya

  • Tambahan Oksigen

Karena sesak napas rentan dialami oleh penderita sepsis, maka jika memang diperlukan dokter akan memberikan oksigen tambahan [1,7,10,11].

Oksigen tambahan akan membantu pasien untuk bernafas.

Bagi penderita sepsis mengalami gangguan pada ginjal, dokter dapat merekomendasikan prosedur dialisis [1,10,11].

Dialisis ginjal sendiri merupakan sebuah tindakan medis yang disebut juga dengan istilah cuci darah.

Prosedur ini pada dasarnya merupakan proses pembuangan limbah dalam tubuh pasien yang berbahaya bagi kesehatan.

Tinjauan
Penanganan sepsis disesuaikan dengan penyebabnya, namun secara umum dokter akan memberikan obat-obatan, dialisis, dan penambahan oksigen tergantung kondisi pasien. Namun jika obat serta terapi tidak berhasil meredakan gejala, maka dokter akan merekomendasikan prosedur operasi.

Komplikasi Sepsis

Ketika sepsis memburuk karena keterlambatan atau ketidaktepatan penanganan, maka kerusakan organ-organ vital menjadi komplikasinya [16].

Risiko komplikasi biasanya mengancam organ ginjal, paru, otak dan jantung pasien yang mengalami penurunan hingga kehilangan fungsi.

Dan bila syok septik sampai terjadi, maka komplikasi berupa kematian sangat tinggi risikonya.

Pencegahan Sepsis

Menurut WHO (World Health Organization), langkah pencegahan sepsis terbaik adalah dengan mencegah infeksi.

Infeksi dapat terjadi karena berbagai faktor, maka menjaga kebersihan diri, mencegah luka, atau menangani luka terbuka dengan benar akan menghindarkan diri dari infeksi [2].

  • Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
  • Menggunakan air bersih untuk mandi, mencuci tangan, hingga minum dan memasak.
  • Mencuci bahan-bahan makanan yang hendak diolah dengan benar dan menggunakan air bersih.
  • Mendapatkan vaksinasi.
  • Mengenali gejala sepsis.
  • Menangani infeksi dan gejala sepsis secepatnya untuk menurunkan risiko komplikasi berbahaya.
Tinjauan
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, vaksinasi, dan mengenali gejala sepsis serta menangani infeksi secara cepat merupakan tindakan pencegahan infeksi yang berujung sepsis sekaligus mencegah komplikasi sepsis.

1. Lioudmila V. Karnatovskaia, MD & Emir Festic, MD. Sepsis. The Neurohospitalist; 2012.
2. World Health Organization. How to Prevent Sepsis. World Health Organization; 2018.
3. Manu Shankar-Hari, David A Harrison, & G.D. Rubenfeld. Epidemiology of sepsis and septic shock in critical care units: Comparison between sepsis-2 and sepsis-3 populations using a national critical care database. British Journal of Anaesthesia; 2017.
4. Robert L. Gauer, MD. Early Recognition and Management of Sepsis in Adults: The First Six Hours. American Family Physician; 2013.
5. A Wardhana, R Djan, & Z Halim. Bacterial and antimicrobial susceptibility profile and the prevalence of sepsis among burn patients at the burn unit of Cipto Mangunkusumo Hospital. Annals of Burns and Fire Disasters; 2017.
6. Thierry Gustot, François Durand, Didier Lebrec, Jean-Louis Vincent, & Richard Moreau. Severe sepsis in cirrhosis. Hepatology (Baltimore, Md); 2009.
7. Prashant Nasa, Deven Juneja, & Omender Singh. Severe sepsis and septic shock in the elderly: An overview. World Journal of Critical Care Medicine; 2012.
8. Meenakshi Singh; Mahdi Alsaleem & Cory P. Gray. Neonatal Sepsis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
9. João Manoel Silva, Jr & Sigrid De Sousa dos Santos. Sepsis in AIDS patients: clinical, etiological and inflammatory characteristics. Journal of the International AIDS Society; 2013.
10. Stephen Y. Liang, MD, MPHS. Sepsis and other Infectious Disease Emergencies in the Elderly. HHS Public Access; 2017.
11. Richard S. Hotchkiss, Lyle L. Moldawer, Steven M. Opal, Konrad Reinhart,4 Isaiah R. Turnbull, & Jean-Louis Vincent. Sepsis and septic shock. HHS Public Access; 2017.
12. J Edman-Wallér, L Ljungström,2 R Andersson, G Jacobsson, & M Werner. Systemic symptoms as markers for severity in sepsis. Critical Care; 2015.
13. J Barkhausen, F Stöblen, E Dominguez-Fernandez, P Henseke, & R D Müller. Impact of CT in patients with sepsis of unknown origin. Acta Radiologica; 1999.
14. A Creamer & J Keep. Imaging in severe sepsis and septic shock: is early radiological identification of occult sources of infection needed? Critical Care; 2014.
15. Joaquín Valle Alonso, John Turpie, Islam Farhad, & Gabrielle Ruffino. Protocols for Point-of-Care-Ultrasound (POCUS) in a Patient with Sepsis; An Algorithmic Approach. Bulletin of Emergency and Trauma; 2019.
16. Sara Ryding, B.Sc. & Lois Zoppi, BA. Sepsis Complications and Prevention. News Medical Life Science; 2018.

Share