Sepsis Neonatorum: Gejala – Penyebab dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Sepsis neonatal atau kondisi sepsis yang terjadi pada neonatus masih merupakan kondisi yang mengkhawatirkan, terutama pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (dibawah 1500 gram). Sepsis neonatal... bisa menjadi kondisi yang tidak spesifik, dengan gejala demam atau hipotermia, sesak napas, sulit makan, kejang, masalah perdarahan, hati yang membesar, kuning yang tidak dapat dijelaskan, dll. Sebagian besar bayi menunjukkan gejala dalam beberapa jam setelah lahir. Sepsis merupakan kondisi serius yang membutuhkan perawatan intensif, termasuk pada bayi baru lahir. Tingkat keparahan sangat bergantung pada penyebab infeksi. Pengobatan untuk sepsis meliputi antibiotik dan terapi suportif seperti cairan, bantuan napas, dan nutrisi. Read more

Sepsis adalah kondisi keracunan yang disebabkan oleh penyebaran organisme atau produk yang dihasilkan dari organisme tersebut ke aliran darah dan jaringan lain diseluruh tubuh. Kondisi ini tidak hanya infeksi ringan namun melibatkan gejala sistemik yang disebut dengan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dan berakibat fatal berupa shock septik [1].

Sepsis neonatal atau sespsi neonatorum sendiri merupakan sepsis yang dialami oleh bayi pada 30-90 hari setelah dilahirkan dan erat kaitannya dengan kondisi prematur bayi [1]. Kondisi ini bisa disebabkan oleh bakteri seperti Escherichia coli (E. coli), Listeria, dan beberapa strain streptococcus [2].

Gejala Sepsis Neonatorum

Karena sepsis ini terjadi pada bayi baru lahir, orangtua harus paham terkait dengan gejala yang menyertai. Kondisi ini juga diketahui menjadi penyebab utama dan penting terhadap kasus morbiditas, kejadian rawat inap di rumah sakit bahkan kematian pada bayi yang baru lahir [3].

Berikut beberapa gejala dari sepsis neonatorum [3]:

  • Demam yang diikuti dengan kondisi temperatur yang tidak stabil dan juga rasa tidak nyaman pada bayi
  • Kemampuan serta nafsu untuk menyusu yang berkurang drastis diikuti dengan edema.
  • Adanya kondisi distensi perut.
  • Bayi muntah-muntah, mengalami diare, dan juga hepatomegali.
  • Adanya gangguan pernafasan yang diikuti dengan apnea, dispnea, takipnea, retraksi, flaring, mendengkur, mendengus dan sianosis.
  • Adanya gangguan pada ginjal yang ditandai dengan munculnya oliguria, dimana tubuh memproduksi urin dalam jumlah yang sangat kecil.
  • Gangguan pada sistem kardiovaskular yang ditandai dengan muka yang pucat berbintik-bintik, kedinginan, permukaan kulit yang tampak lembap dan basah, takikardia (detak jantung yang tidak normal), hipotensi, dan bradikardia (detak jantung melambat tanpa sebab).
  • Gejala yang timbul pada gangguan sistem saraf pusat akan diikuti dengan kondisi bayi mudah marah, lesu, tremor, kejang-kejang, nafas yang tidak teratur, dan tangisan dengan nada tinggi atau terdengar nyaring.
  • Gangguan pada sistem hematologi atau yang berkaitan dengan darah ditandai dengan munculnya penyakit kuning, pucat, pendarahan, purpura, pembengkakan abrnomal pada limpa, muka pucat dan juga tanda seperti lebam merah keunguan ditubuh.

Jika gejala yang telah disebutkan di atas nampak pada bayi anda, maka sangat disarankan untuk segera menghubungi dokter atau tenaga medis. Karena pada kasus sepsis neonatorum ini akan sangat dipengaruhi banyak faktor, membutuhkan penanganan khusus dan juga diagnosis serta perawatan yang tepat untuk mengetahui penyebab pastinya [1].

Penyebab Sepsis Neonatorum

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sepsis neonatorum dapat disebabkan oleh bakteri dan kelompok B. Streptococcus (GBS), dan kelompok bakteri tersebut dianggap sebagai pemicu utama. Untuk lebih jelasnya berikut penyebab dari sepsis neonatarum secara keseluruhan [2, 4]:

  • Adanya koloni GBS yang muncul selama kehamilan.
  • Adanya kelahiran dengan kondisi prematur.
  • Pecah ketuban (hancurnya membran) selama 18 jam ke atas sebelum kelahiran bayi.
  • Adanya infeksi pada jaringan plasenta dan pada cairan ketuban.
  • Kekurangan atau lemahnya sistem imun yang disebabkan karena penurunan IgG antibodi dan juga opsonisasi yang tidak kompeten dan aktivasi komplemen.
  • Lemahnya sistem kekebalan bawaan bayi yang biasanya disebabkan oleh penghalang epitel yang belum sempurna
  • Adanya penyakit parah yang menyertai bayi.
  • Adanya kateter pada aliran darah dalam jangka waktu yang lama terutama pada kasus sepsis neonatorum yang baru teridentifikasi setelah sekian lama.
  • Bayi yang berada di rumah sakit dalam periode yang cukup lama juga menjadi penyebab bayi rentan mengalami sepsis neonatorum.

Diagnosis Sepsis Neonatorum

Kasus sepsis neonatorum ini seringkali juga tidak diikuti oleh gejala dan kondisi fisik bayi terlihat normal. Oleh karena itu peran tes laboratorium sangat penting dalam diagnosis sepsis neonatorum. Adapun prosedur diagnosis yang umumnya dilakukan adalah sebagai berikut [3, 4]:

  • Pengambilan sampel darah sejumlah kurang lebih 1 ml diperlukan untuk mengidentifikasi bakteri meskipun bakteri dalam jumlah yang rendah.
  • Jika terdapat kateter makan kultur jaringan juga dapat diambil di area kateter.
  • Jika diperlukan maka dapat diambil sampel urin.
  • Analisis pungsi lumbar dengan cairan serebrospinal (CSF) dan kultur juga perlu di evaluasi pada kasus bayi dengan kultur darah positif atau jika neonatus memiliki presentasi klinis yang merujuk pada keterlibatan sistem saraf pusat.
  • Pungsi lumbar biasanya akan dilakukan kembali dalam kurun waktu 48 jam saat terapi untuk memastikan sterilitas CSF.
  • Penggunaan teknologi yang menggunakan reaksi rangkaian polimerase saat ini juga sedang dipelajari sebagai alat diagnostik untuk mengidentifikasi sepsis serta organisme yang menjadi pemicunya karena dianggap lebih cepat dibandingkan dengan kultur darah.
  • Penghitungan darah lengkap atau complete blood count (CBC) dengan diferensiasi dan C-reactive protein (CRP) juga merupakan tes penting untuk dilakukan.
  • CBC dilakukan 6-12 jam setelah kelahiran untuk menghindari perubahan parameter CBC fisiologis normal sesaat setelah proses kelahiran bayi.
  • Jika terdapat infeksi CRP level akan meningkat dalam kurun waktu 6-8 jam dan berada pada puncaknya setelah 24 jam.
  • Jika kadar CRP sudah mulai normal secara terus menerus maka pemberian antibiotik pada neonatus dapat dihentikan.
  • Dapat digunakan juga tes yang berkaitan dengan prokalsitonin, haptoglobin dan sitokin yang digunakan untuk mendukung diagnosis serta mengetahui efektivitas pengobatan yang dilakukan.
  • Pada kasus sepsis yang diikuti dengan gejala gangguan pernafasan penggunaan radiografi dada juga dapat dilakukan.

Pengobatan Sepsis Neonatorum

Perawatan secara empiris dengan menggunakan antibiotik merupakan pengobatan yang harus segera dilakukan pada penderita sepsis neonatorum. Hal ini dapat dilakukan segera setelah secara klinis ditemukan adanya sepsis pada penderita, meskipun data dari laboratorium belum terkonfirmasi [4].

Penggunaan penicillin seperti ampicillin ditambah aminoglycoside seperti gentamicin biasanya akan digunakan pada perawatan empiris tersebut [3].

Agar pengobatan sepsis neonatorum dapat berlangsung dengan optimal, akan dilakukan perawatan spesifk dan tambahan jika diperlukan seperti [3]:

  • Kondisi lingkungan termo-netral harus dipastikan agar tetap terjaga.
  • Pada kasus sepsis yang diikuti dengan gangguan pernafasan diperlukan oksigenasi yang memadai, pantauan terhadap darah dan juga terapi oksigen atau ventilator.
  • Untuk menghindari syok pada kardiovaskular dibutuhkan dukungan pada tekanan dan perfusi darah. Jika diperlukan pembesaran volume seperti saline normal dan inotropik (dopamin atau dobutamin) mungkin akan diperlukan.
  • Adanya monitoring terhadap asupan cairan dan nutrisi serta residunya.
  • Perlunya monitoring terhadap hipoglikemia, hiperglikemia dan juga asidosis metabolik serta penanganan yang tepat.

Pencegahan Sepsis Neonatorum

Langkah pencegahan yang dilakukan agar tidak terjadi sepsis neonatorum diantaranya adalah [2, 3]:

  • pemberian antibiotik profilaksis intrapartum pada saat kelahiran terutama pada ibu hamil yang memiliki hasil lab positif terhadap GBS.
  • Upaya pencegahan dengan memberikan larutan antiseptik untuk mendisinfectan jalan lahir bayi pada ibu hamil.
  • pada ibu hamil dengan kondisi memiliki chorioamnionitis, kolonisasi Group B strep, dan melahirkan bayi sebelumnya dengan kondisi sepsis perlu diberikan antibiotik preventif.
  • mencegah serta mengobati infeksi pada ibu hamil termasuk HSV.
  • menyediakan fasilitas serta sarana untuk proses kelahiran yang bersih.
  • pada saat membran pecah maka bayi sebaiknya segera dilahirkan dalam kurun waktu 12-24 jam (pada kondisi kelahiran sesar bahkan ibu hamil harus segera melahirkan dalam kurun waktu 4-6 jam setelah membran pecah).
  • penerapan kontrol terhadap potensi infeksi dengan langkah sederhana seperti mencuci tangan, ASI eksklusif dan penggunaan sarung tangan, masker, dan alat medis yang steril sebagainya.
  • pemberian edukasi dan juga masukan untuk ibu yang baru melahirkan terutama pada saat menangani dan memberikan ASI kepada bayi yang baru lahir.
  • monitoring secara berkala terutama pada pasien bayi yang dirawat di NICU.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment