Daftar isi
Sigmoidoskopi adalah tindakan pemeriksaan dan merupakan salah satu jenis endoskopi yang digunakan untuk mengecek kondisi kolon sigmoid [1,2,3].
Bagian akhir usus yang terhubung dengan anus maupun rektum disebut juga dengan kolon sigmoid [1,2,3].
Pada prosedur ini, sigmoidoskop yang merupakan tabung atau selang kecil fleksibel yang memiliki lampu serta kamera di bagian ujung akan dokter gunakan [1,2,3].
Alat bernama sigmoidoskop ini biasanya dokter masukkan secara perlahan melalui bagian belakang anus pasien hingga mencapai rektum dan kolon sigmoid untuk merekam dan menghasilkan gambar kondisi organ tubuh pasien tersebut [1,2,3].
Sigmoidoskopi adalah metode pemeriksaan yang berguna dalam memeriksa beberapa kondisi medis ini.
1. Mendeteksi Polip Usus
Polip usus termasuk kondisi yang dapat diketahui dan dipastikan saat pasien menempuh sigmoidoskopi [1,2,3].
Polip usus merupakan pertumbuhan benjolan berukuran kecil di kolon (bagian dalam usus besar) [4].
Walau umumnya bersifat tidak mengancam kesehatan, tetap cukup banyak kasus di mana polip usus berkembang menjadi kanker usus besar [4].
Jika memiliki kebiasaan merokok, usia di atas 50 tahun, mengalami obesitas, dan memiliki anggota keluarga dengan riwayat polip usus atau kanker usus besar, maka risiko seseorang menderita polip usus lebih besar [4].
Sigmoidoskopi adalah tindakan pemeriksaan yang diperlukan ketika penderita mengalami gejala-gejala sebagai berikut [4] :
Namun secara umum, tidak ada gejala di awal pada kondisi polip usus karena benjolan pada bagian dalam usus besar tidak dapat dirasakan [4].
2. Mendeteksi Kanker Usus Besar
Sigmoidoskopi bermanfaat salah satunya sebagai pendeteksi adanya kanker di usus besar pasien [1,2,3].
Kanker usus besar sendiri biasanya merupakan kanker ganas yang ditandai dengan buang air besar berdarah [5].
Jarang olahraga, punya kebiasaan merokok, konsumsi minuman keras, konsumsi daging merah berlebihan, konsumsi makanan berlemak tinggi terlalu banyak, dan tidak menjaga pola makan menjadi faktor risiko kanker usus besar [5].
Selain itu, rata-rata penderita kanker usus besar diketahui sebelumnya mengalami polip usus [5].
Maka dengan kata lain, polip usus juga menjadi faktor peningkat risiko umum kanker usus besar sehingga penderita perlu waspada [5].
Selain buang air besar berdarah, kanker usus besar biasanya menimbulkan sejumlah gejala seperti berikut [5] :
Bila kanker sudah pada stadium lanjut, artinya sel kanker telah menyebar semakin luas dan beberapa gejala lebih serius ini dapat dialami penderita [5].
Namun pada stadium awal, kanker usus besar tidak menunjukkan gejala apapun; baru ketika sel kanker semakin berkembang, gejala akan mulai timbul [5].
3. Mendeteksi Radang Usus
Radang usus adalah penyakit lainnya yang juga dapat dideteksi dengan penempuhan sigmoidoskopi [1,2,3].
Pada radang usus, radang menyerang saluran pencernaan dan bersifat kronis [6].
Penyakit Crohn (radang bisa menyerang seluruh sistem pencernaan) dan kolitis ulseratif (radang menyerang lapisan bagian paling dalam usus besar) adalah dua jenis peradangan usus yang banyak diderita [6].
Sigmoidoskopi seharusnya segera penderita tempuh apabila beberapa keluhan gejala ini mulai dialami [6] :
Gejala-gejala tersebut seringkali hilang timbul sehingga bersifat kambuh-kambuhan; bahkan terkadang gejala tidak dialami oleh penderita [6].
Bila perubahan buang air besar mulai terjadi cukup sering dan bahkan hingga 1 minggu atau 1 bulan lebih, sudah saatnya menempuh sigmoidoskopi untuk memastikan kondisi yang terjadi [6].
Sigmoidoskopi walaupun masih tergolong sebagai jenis endoskopi, tindakan pemeriksaan ini juga masih terbagi lagi menjadi 2 jenis metode, yakni sigmoidoskopi fleksibel dan sigmoidoskopi kaku [1].
Pada metode sigmoidoskopi fleksibel, dokter menggunakannya untuk mengecek kondisi usus besar pasien secara lebih detail [7].
Untuk pemeriksaan usus besar bagian bawah secara lebih jelas, sigmoidoskopi fleksibel akan sangat membantu [7].
Prosedur ini pun paling umum, yakni menggunakan sigmoidoskop fleksibel yang juga tergolong lebih nyaman saat dimasukkan ke dalam tubuh pasien [7].
Selain sigmoidoskopi fleksibel, ada pula sigmoidoskopi kaku (biasanya metode kaku adalah untuk penanganan medis dan bukan pemeriksaan) [8].
Karena menyebabkan ketidaknyamanan selama prosedur ini dilaksanakan, maka metode kaku paling jarang digunakan oleh dokter [8].
Tidak seperti metode fleksibel, metode kaku tidak bisa menjangkau secara detail bagian-bagian yang harus diperiksa dalam tubuh pasien [8].
Seperti pada metode pemeriksaan endoskopi pada umumnya, pasien memerlukan persiapan khusus sebelum menjalani sigmoidoskopi [2,3].
Berikut ini adalah beberapa langkah persiapan yang perlu diperhatikan dan diikuti oleh pasien di mana persiapannya pun memiliki kemiripan dengan kolonoskopi [2,3].
Pasien perlu memerhatikan dan mengikuti langkah persiapan tersebut dengan baik dan benar sebab hal ini turut memengaruhi hasil pemeriksaan [2].
Ketika persiapan sudah dilakukan pasien dengan baik, maka pada hari-H pasien bisa langsung menempuh sigmoidoskopi.
Beberapa langkah prosedur sigmoidoskopi pada umumnya adalah seperti berikut [1,2,3] :
Ketika dari hasil pemeriksaan dokter menemukan kelainan di jaringan usus besar pasien (tumor atau polip), maka ini akan ditandai dengan hasil sigmoidoskopi positif [2,3].
Agar deteksi kelainan lebih jelas, seringkali pasien masih harus menjalani beberapa tes lanjutan atau penunjang, salah satunya adalah kolonoskopi [2].
Walau tergolong aman, sigmoidoskopi bisa menyebabkan sejumlah ketidaknyamanan pada tubuh pasien [9].
Segera berkonsultasi dengan dokter apabila beberapa hal ini pasien rasakan [2,9] :
Tanda-tanda tersebut sebaiknya tidak dianggap enteng apalagi diabaikan, sebab beberapa efek pasca sigmoidoskopi tersebut bisa saja pertanda gangguan kesehatan serius [2].
Kapan sebaiknya memeriksakan diri dan menjalani sigmoidoskopi?
Sigmoidoskopi biasanya akan dokter anjurkan kepada pasien untuk menempuhnya apabila pasien mengalami sakit perut atau kram perut berulang [2].
Selain itu, BAB berdarah terus-menerus, diare kronis, kadar zat besi di bawah normal, hingga berat badan turun adalah tanda bahwa penderita gejala perlu segera ke dokter [2].
Beberapa keluhan tersebut umumnya berkaitan dengan gangguan usus besar, maka penyebabnya perlu dipastikan melalui prosedur sigmoidoskopi [2].
1. Stuart R. Glaser. Sigmoidoscopy in General Practice. Canadian Family Physician; 1989.
2. University of Illinois & Jaime Herndon, MS, MPH, MFA. Sigmoidoscopy; 2017.
3. Cancer.Net Editorial Board. Sigmoidoscopy. Cancer.Net; 2020.
4. Marcelle Meseeha & Maximos Attia. Colon Polyps. National Center for Biotechnology Information; 2021.
5. Alejandro Recio-Boiles & Burt Cagir. Colon Cancer. National Center for Biotechnology Information; 2022.
6. Christopher McDowell; Umer Farooq; & Muhammad Haseeb. Inflammatory Bowel Disease. National Center for Biotechnology Information; 2021.
7. Tobias Niedermaier, Korbinian Weigl, Michael Hoffmeister, & Hermann Brenner. Flexible sigmoidoscopy in colorectal cancer screening: implications of different colonoscopy referral strategies. European Journal of Epidemiology; 2018.
8. C V Mann, P Gallagher, & P B Frecker. Rigid sigmoidoscopy: an evaluation of three parameters regarding diagnostic accuracy. British Journal of Surgery; 1988.
9. Canadian Cancer Society. Sigmoidoscopy. Canadian Cancer Society; 2022.