Sindrom tietze merupakan suatu penyakit muskuloskeletal langka yang dapat menimbulkan rasa sakit tapi tidak serius[1].
Daftar isi
Sindrom tietze adalah suatu kondisi peradangan yang dicirikan oleh sakit dada dan pembengkakan kartilago di sekitar tulang rusuk.
Secara khusus, penderita sindrom tietze mengalami pembengkakan ada kartilago (tulang rawan) yang menghubungkan tulang rusuk atas ke tulang dada. Kondisi ini disebut sebagai costochondral junction[2].
Penyakit ini pertama kali dideskripsikan oleh Alexander tietze, seorang ahli bedah Jerman, pada tahun 1921[3, 4].
Sindrom tietze didefinisikan sebagai artropati non-purulent dan membatasi secara ringan, dicirikan dengan pembengkakan, rasa sakit, dan edema (70-80%), meliputi artikulasi sternocostal dan/atau sternoclavicular pada satu sisi dengan tidak terdapat gejala lainnya[5].
Umumnya kasus sindrom tietze terjadi sebelum usia 40 tahun, paling sering pada sekitar usia 20an dan 30an tahun. Namun, pada kasus langka, sindrom tietze juga dilaporkan dialami oleh bayi, anak-anak, atau lansia[2].
Pasien dengan kasus sindrom tietze sebanyak 94% mengalami sakit dada, 51% mengalami sakit pada rusuk, dan 49% mengalami napas pendek[6].
Penyakit ini sering disalahartikan sebagai kondisi lain dalam struktur toraksis, seperti costrochondritis, yang mana tidak disertai dengan pembengkakan jaringan di dalam sendi sternocostal[5].
Costrochondritis merupakan peradangan kronis menyakitkan pada tulang rawan yang terletak pada satu atau lebih tulang rusuk, di bagian hubungan antara tulang dada dan tulang rusuk[3].
Berikut perbandingan antara costochondritis dan sindrom tietze:[5]
Penyebab pasti dari sindrom tietze belum diketahui[1, 2, 3, 4, 5].
Para ahli menduga bahwa sindrom tietze berhubungan dengan perlukaan kecil di dalam dada, meliputi mikrotrauma dan kerusakan yang sangat kecil sehingga tidak terdeteksi dari luar, namun dapat menyebabkan kerusakan atau pembengkakan tulang rusuk[2].
Perlukaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut[3, 4]:
Sindrom tietze tidak bersifat diturunkan dan dapat terjadi pada pria atau pun wanita dengan rasio sama (1:1) [2, 3].
Karena penyebab utama dari sindrom tietze belum diketahui, tidak banyak pula yang diketahui tentang faktor yang dapat meningkatkan risikonya[4].
Berikut beberapa kondisi yang diketahui sebagai faktor risiko sindrom tietze[4]:
Gejala utama dari sindrom tietze ialah sakit dada yang dapat bersifat ringan hingga berat. Rasa sakit bisa menyebar hingga ke lengan dan bahu[2].
Sindrom tietze ditandai rasa sakit pada sekitar satu atau lebih dari empat tulang rusuk bagian atas, terutama pada sambungan antara tulang rusuk dan tulang dada[4].
Biasanya rasa sakit terjadi pada tulang rusuk kedua dan ketiga. Dalam 70-80% kasus, rasa sakit terjadi di sekitar satu tulang rusuk tunggal. Biasanya hanya satu sisi dada yang terpengaruh[4].
Onset sakit dapat tiba-tiba atau bertahap dan dapat bertambah buruk dengan batuk, bersin, latihan, atau gerakan cepat seperti membuka atau menutup pintu[2].
Selama bertambah buruknya gejala sindrom tietze, teramati peningkatan palpitasi nyeri tekan di dalam sendi sternokosta aktif, leukositosis, C-reactive protein (CRP), erythrocyte sedimentation rate (ESR), dan suhu tubuh hingga 38 oC. [5]
Selain itu, sindrom tietze juga dapat disertai dengan gejala dermatologis seperti pustulosis dan psoriasis pada telapak tangan dan kaki[5].
Sindrom tietze dicirikan dengan pembengkakan pada tulang rawan yang terdapat pada tulang rusuk, terutama satu dari tiga tulang rusuk yang paling dekat dengan kepala. Rasa sakit yang ditimbulkan sindrom tietze biasanya mereda setelah beberapa minggu atau bulan, akan tetapi pembengkakannya bisa menetap[2].
Beberapa pasien dengan sindrom tietze mengalami pola relapse and remission, yaitu adanya periode di mana rasa sakit muncul dan mereda[2].
Sindrom tietze mengarah pada pembatasan kekuatan otot dan bentang gerakan tungkai atas.
Pasien dengan sindrom tietze dapat mengalami kesulitan dalam aktivitas sehari-hari seperti menyeterika, mengangkat, dan menyisir rambut, namun umumnya disabilitas akibat sindrom tietze tergolong minor[3].
Diagnosis sindrom tietze berdasarkan uji klinis yang meniadakan kemungkinan berbagai penyakit lain, khususnya inflamasi tulang rawan costal (costrochondritis), sindrom koroner, dan perubahan peradangan di dalam paru-paru dan pleura[5].
Gejala sindrom tietze dapat tampak seperti gejala angina dan beberapa gangguan paru-paru sehingga diagnosis cukup sulit dilakukan.
Saat ini juga belum terdapat tes khusus untuk diagnosis sindrom tietze, sehingga untuk melakukan diagnosis dokter biasanya perlu mengajukan pertanyaan mengenai gejala yang dialami pasien[1].
Pemeriksaan fisik menyeluruh dan berbagai tes dapat diperlukan untuk meniadakan kondisi lain[2].
Berikut beberapat tes yang dapat dilakukan dalam[2, 4]:
Gejala sindrom tietze biasanya tidak serius dan sering mereda tanpa perawatan[1, 2, 4].
Terdapat beberapa saran untuk menangani sindrom tietze, meliputi[3, 4]:
Untuk membantu meringankan rasa sakit, dokter dapat meresepkan obat NSAID (non-steroidal anti-inflammatory drugs) seperti ibuprofen, naproxen dan aspirin[1, 4].
Jika pasien mengalami sakit berat, dokter dapat menganjurkan injeksi kortikosteroid ke bagian sendi untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan. Injeksi lidocaine pada bagian yang terpengaruh dapat membantu meringankan rasa sakit[3, 4].
Rata-rata, gejala menghilang setelah 1-2 minggu perawatan. Dalam beberapa kasus langka, rasa sakit dapat bertahan menjadi kronis[5].
Pembengkakan pada sindrom tietze dapat bertahan lebih lama dari rasa sakitnya. Terkadang gejala dapat mereda kemudian kambuh lagi[4].
Pada kasus ekstrim di mana perawatan konservatif tidak membantu mengurangi rasa sakit dan pembengkakan, prosedur bedah mungkin diperlukan untuk menghilangkan tulang rawan berlebih dari rusuk yang terpengaruh penyakit[4].
Belum terdapat cara perawatan spesifik untuk sindrom tietze sehingga perawatan umumnya simptomatik[3].
Terapi fisik dapat membantu dalam menangani gejala, antara lain dengan cara[3]:
Sampai saat ini belum diketahui penyebab utama dan cara pencegahan sindrom Tietze[1, 2, 3, 4].
1. Anonim. Tietze Syndrome: What to Know. WebMD; 2020.
2. Anonim. Tietze Syndrome. National Center for Advancing Translational Sciences; 2020.
3. Anonim. Tietzes. Physiopedia; 2020.
4. Marjorie Hecht, reviewed by Brenda B. Spriggs, M.D., MPH, FACP. What You Need to Know About Tietze Syndrome. Healthline; 2020.
5. Wojciech Rokicki, Marek Rokicki, and Mateusz Rydel. What Do We Know about Tietze Syndrome? Polish Journal of Thoracic and Cardiovascular Surgery; 2018.
6. Anonim. Tietze Syndrome. Symcat; 2020.