Tinjauan Medis : dr. Christine Verina
Sleep Apnea merupakan gangguan bernafas yang dialami seseorang dimana penderita gangguan ini akan berhenti bernafas beberapa kali saat sedang tidur. Penyebabnya diantara lain karena ukuran saluran pernapasan
Mendengkur atau mengorok merupakan salah satu kebiasaan yang sangat umum terjadi pada seseorang. Mitos yang beredar di masyarakat Indonesia adalah kelelahan pasca melakukan aktivitas.
Waspada jika suara mengorok sangat keras sampai menganggu orang lain, karena bisa jadi hal tersebut merupakan salah satu tanda Sleep Apnea.
Daftar isi
Sleep Apnea merupakan gangguan bernafas yang dialami seseorang dimana penderita gangguan ini akan berhenti bernafas secara tidak sengaja beberapa kali saat sedang tidur[1].
Jeda pernapasan tersebut terjadi selama 10 detik karena tidak adanya aliran udara yang masuk kedalam paru-paru [2].
Para penderita gangguan ini memiliki riwayat mendengkur yang keras pada saat tidur. Selain itu mereka akan terbangun secara tiba-tiba karena tersedak akibat berhenti bernafas.
Hal ini mengakibatkan penderita mengalami kantuk dan kelelahan berat saat beraktivitas di pagi hari[3].
Berdasarkan penelitian, Sleep Apnea sangat umum terjadi di Amerika seperti halnya Diabetes tipe 2. Terdapat 18 Juta penderita apnea di Amerika yang merupakan orang dewasa usia pertengahan[3].
Faktor resiko dari gangguan ini adalah kelebihan berat badan (obesitas), kelompok usia 30-60 tahun, namun sleep apnea dapat menyerang siapapun. Proporsi gender dari penderita adalah 24% laki-laki dan 9% perempuan. Sehingga, mayoritas penderita sleep apnea adalah laki-laki [4].
Terdapat kemungkinan 2-3% populasi anak-anak di dunia memiliki gangguan sleep apnea.
Dimana 10-20% anak yang mendengkur saat tidur memiliki resiko terhadap sleep apnea[3].
Terdapat 3 jenis sleep apnea yaitu obstructive, central, dan mixed. Berikut penjelasannya[1]:
Setiap peristiwa apnea, penderita akan merasa setengah terbangun dari tidurnya, karena otak akan memberikan sinyal untuk bernafas kembali.
Akibatnya penderita mengalami fragmentasi tidur sehingga kualitas tidur menjadi terganggu dan dapat menurunkan kondisi tubuh.
Namun kesadaran terhadap gangguan ini masih sangat rendah sehingga banyak penderita Sleep Apnea yang tidak terdiagnosis. Padahal, gangguan ini memiliki konsekuensi yang tinggi terhadap kesehatan.
Terdapat sejumlah faktor yang meningkatkan resiko dari gangguan ini. Sebelumnya telah disebutkan beberapa kriteria seseorang yang memiliki resiko terhadap Sleep Apnea yakni obesitas dan faktor usia.
Selain itu masih terdapat faktor lain yang memiliki resiko terhadap gangguan ini, yakni sebagai berikut[5]:
Gejala dari gangguan ini dapat dilihat pada saat tidur maupun saat beraktivitas. Adapun gejala dari sleep apnea yang perlu diketahui adalah sebagai berikut[6,7]:
1. Gejala pada saat malam hari (posisi tidur):
2. Gejala pada saat pagi atau siang hari
Terdapat beberapa kondisi medis lain dapat menjadi salah satu gejala dari Sleep Apnea sebagai berikut:
Pemeriksaan tahap awal biasanya dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap tanda, gejala dan riwayat tidur pasien.
Untuk memudahkan pasien dalam memberikan informasi, keluarga menjadi orang terdekat yang dapat membantu. Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pasien[9].
Selanjutnya, pasien akan mendapatkan rujukan kepada ahli spesialis untuk menjalani pemeriksaan pola tidur dan akan melakukan evaluasi lanjutan sesuai dengan kebutuhan.
Pemantauan pola pernapasan dan fungsi tubuh lain pada saat tidur dilakukan di klinik khusus di rumah sakit maupun rumah pasien. Tes yang dilakukan untuk mendeteksi sleep apnea meliputi[9]:
Jika berdasarkan hasil pemantauan ditemukan kondisi yang tidak normal (abnormal) maka dokter dapat memberikan rujukan untuk melakukan terapi tanpa pengujian lebih lanjut.
Pasien yang menderita sleep apnea, akan dirujuk ke dokter spesialis paru/THT/saraf untuk ditangani.
Kesadaran akan gangguan ini masih tergolong rendah sehingga banyak pasien sleep apnea yang tidak terdiagnosa.
Hal ini tentunya memicu sejumlah komplikasi serius, rata-rata dikarenakan penurunan kadar oksigen dalam darah secara tiba-tiba.
Oleh sebab itu, perlu diwaspadai gejala dari gangguan ini. Adapun komplikasi dari sleep apnea adalah sebagai berikut:
Berdasarkan kondisi dari penderita sleep apnea, pengobatan dapat dilakukan dengan cara mandiri atau melalui perawatan khusus.
Jika kondisi pasien masih dapat ditangai secara mandiri seperti menurunkan berat badan, mengubah pola hidup seperti berhenti merokok dan menghindari minum minuman beralkohol, serta mengubah posisi tidur.
CPAP adalah Continuous Positive Airway Pressure merupakan salah satu metode pengobatan standar yang sering diberikan kepada penderita sleep apnea.
Metode pengobatan ini menggunakan masker yang berfungsi meniupkan udara ke saluran pernapasan saat penderita sedang tidur.
Tujuan dari metode ini adalah untuk mencegah tenggorokan tertutup dan mengurangi gejala-gejala yang terjadi saat tidur. Terapi ini akan menjadi sangat efektif jika dilakuan dengan rutin.
Meskipun CPAP merupakan merupakan metode terapi yang efektif untuk pasien sleep apnea, namun peralatan oral menjadi salah satu alternatif yang mudah untuk digunakan.
Alat ini berfungsi untuk membuka tenggorokan pada saat pasien tidur dengan menggerakkan rahang kedepan. Hal ini dapat mengurangi permasalahan mendengkur pada pasien Obstructive Sleep Apnea ringan dan sedang.
Jika dengan menggunakan mesin CPAP seorang pasien malah mengalami kesulitan tidur, terdapat metode lain yakni Bilevel Positive Airway Pressure (BPAP).
Mesin ini menggunakan tekanan udara otomatis yang menyesuaikan kondisi pernapasan pasien saat tidur. Alat ini memberikan lebih banyak udara saat menarik nafas dan mengurangi udara saat menghembuskan nafas.
Tindakan operasi merupakan jalan alternatif pilihan terakhir jika terjadi kegagalan dalam melakukan terapi. Jika selama 3 bulan telah menjalani terapi namun tidak mengubah kondisi sleep apnea, maka tindakan operasi dapat dilakukan.
Namun untuk beberapa orang yang mengalami masalah struktur rahang tertentu, operasi merupakan opsi pertama yang baik[5,9].
Tindakan operasi yang dapat menangani sleep apnea meliputi:
Merupakan prosedur pengangkatan jaringan dari bagian belakang mulut dan bagian atas tenggorokan, biasanya amandel dan adenoid juga dihilangkan. Hal ini dilakukan supaya pasien tidak mendengkur ketika tidur.
Dimana operasi ini dilakuakn untuk menangkat jaringan di bagian belakang mulut dan bagian belakang tenggorokan. Prosedur ini dapat digunakan untuk sleep apnea ringan sampai sedang.
Merupakan prosedur untuk mengubah posisi rahang lebih maju daripada tulang wajah untuk memperbesar ruang di belakang lidah dan langit-langit. Hal ini membuat kemungkinan obstruksi lebih kecil.
Stimulasi saraf dilakukan dengan memasukkan stimulator untuk saraf yang mengontrol pergerakan lidah (saraf hypoglossal). Stimulasi tersebut bertujuan untuk membuat jalan nafas terbuka.
Jika seseorang sudah didiagnosa memiliki sleep apnea, maka merupakan suatu kewajiban baginya untuk menjaga gaya hidup yang sehat dan menggunakan perawatan sesuai dengan kebutuhan.
Berikut adalah tips yang dapat dilakukan pasien gangguan ini untuk terhindar dari gejala yang dialami[10]:
Sangat penting bagi pasien sleep apnea untuk tetap menggunakan alat bantu saat tidur di siang dan malam hari. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan manfaat yang maksimal.
Selain itu sangat penting bagi pasien untuk melakukan perawatan terhadap alat bantu yang digunakan seperti penggantian tabung, masker, dan filter udara untuk perawatan CPAP.
Dokter akan memantau kondisi pasien terhadap respon pengobatan dan tanda-tanda komplikasi yang ada.
Gejala pada pasien akan diawasi apakah mengalami rasa kantuk yang berlebihan di siang hari, bagaimana perasaan pasien tentang kualitas hidup, apakah pasien masih mendengkur, atau apakah pasien telah mengalami penurunan berat badan atau perubahan dalam gaya hidup.
Pasien yang mengalami kenaikan/penurunan berat badan 10% selama 3 bulan, perlu melakukan pemeriksaan ulang.
Gangguan sleep apnea dapat meningkatkan resiko komplikasi setelah melakukan tindakan operasi. Hal ini mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengemudi.
Seorang pasien apnea akan mengalami penurunan kemampuan belajar, memperlambat pengambilan keputusan, dan mengurangi fokus seseorang, yang sangat berbahaya saat mengemudi.
Sleep apnea dapat dialami oleh siapapun, sehingga perlu diwaspadai. Cara pencegahan dari gangguan ini yang paling utama adalah
1) Anonim. 2019. American Sleep Apnea Association. What is Sleep Apnea?
2) Feran Barbe & Jerome A Dempsey. 2017. American College of Cardiology. Sleep Apnea: Types, Mechanisms, and Clinical Cardiovascular Consequences
3) Anonim. 2011. Sleep Health Foundation. Obstructive Sleep Apnoea
4) Terry Young, Mari Palta, Jerome Dempsey, James Skatrud, Steven Weber, dan Safwan Badr. 1993. N Engl J Med. The Occurrence of Sleep-Disordered Breathing among Middle-Aged Adults
5) Anonim. 2019. Sleep Foundation. Sleep Apnea
6) Anonim. University of Michigan Neurosciences. Obstructive Sleep Apnea
7) Craig A Hukins. 2006. Obstructive sleep apnea – management update review: Neuropsychiatric Disease and Treatment
8) Stuart Quan. 2016. Harvard Health Publishing. Heart disease, sleep apnea, and the Darth Vader mask too?
9) Anonim. 2018. Mayo Clinic. Diseases & Conditions Sleep Apnea
10) Anonim. 2018. National Heart, Lung, and Blood Institute. Helath Topic: Sleep Apnea