Obat

Stimulan Ovulasi Sintetis : Manfaat, Cara Kerja dan Efek Samping

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Stimulan ovulasi sintetik adalah obat yang menstimulasi ovulasi atau pelepasan sel telur dari ovarium. Obat ini memiliki struktur mirip dengan estrogen sehingga dapat berikatan dengan reseptor estrogen.

Infertilitas wanita merupakan keadaan yang membuat seorang wanita mengalami kesulitan untuk hamil. Banyak penyebab yang membuat kondisi ini terjadi, antara lain yaitu rusaknya saluran tuba yang berfungsi membawa telur dari ovarium, masalah hormonal, masalah serviks, masalah uterus bahkan infertilitas yang tidak dapat dijelaskan[1].

Disini para ahli medis akan melakukan beberapa tes, termasuk dengan tes darah untuk memeriksa kadar hormon dan biopsi endometrium, dalam pemeriksaan lapisan pada rahim. Dokter akan membantu dengan mencari tahu penyebabnya dalam menemukan pengobatan yang dapat membantu[1].

Fungsi Stimulan Ovulasi Sintetis

Stimulan ovulasi sintetis merupakan obat yang berfungsi merangsang ovulasi atau keluarnya sel telur dari ovarium. Obat yang terdapat pada agen ini memiliki struktur yang sama dengan estrogen[2].

Stimulan ovulasi sintetis bertindak dengan membuat reseptor estrogen menjadi terikat, sehingga otak akan mengira bahwa ada tingkat estrogen yang rendah pada tubuh. Dan akan membuat estrogen tidak dapat memberikan umpan balik negatif ke hipotalamus dengan akurat juga akan melepaskan hormon pelepas gonadotropin (GnRH)[2].

Hormon pelepas gonadotropin (GnRH) akan membuat kelenjar pituitari menjadi aktif untuk melepaskan hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinizing (LH). Pertumbuhan folikel ovarium akan dirangsang dan selanjutya akan melepaskan sel telur karena sekresi hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinizing (LH)[2].

Stimulan ovulasi sintetis digunakan dalam pengobatan infertilitas pada wanita anovulasi dan infertilitas pria (induksi spermatogenesis)[2,4].

Penyakit yang Diatasi dengan Stimulan Ovulasi Sintetis

Penyakit yang diatasi dengan stimulan ovulasi sintetis, yaitu[2]:

  • Infertilitas Wanita
  • Supresi Laktasi
  • Oligospermia
  • Induksi Ovulasi

Supresi Laktasi atau penekanan laktasi merupakan berbagai alasan psikologis juga sosial, yang memilih untuk tidak menyusui bayinya. Ketika rangsangan menyusu tidak ada, penekanan laktasi akan terjadi secara alami[6].

Penekanan laktasi secara medis yaitu kelainan yang terdapat pada ibu, seperti puting yang terbalik, infeksi dan tumor pada payudara, mempunyai penyakit tertentu, menggunakan obat-obatan yang berbahaya untuk bayi, kematian bayi dan keinginan untuk menyapih bayi[6].

Induksi Ovulasi merupakan pengobatan konvensional infertilitas anovulatorik normogonadotropik yang menggunakan antiestrogen clomiphene citrate, dan akan di ikuti dengan hormon perangsang folikel. Perkembangan pada folikel multipel, akan terkait pada hiperstimulasi ovarium, dan kehamilan multipel akan tetap menjadi komplikasi utama[7].

Cara Kerja Stimulan Ovulasi Sintetis

Stimulan ovulasi sintetis bertindak dengan membuat reseptor estrogen menjadi terikat, sehingga otak akan mengira bahwa ada tingkat estrogen yang rendah pada tubuh. Dan akan membuat estrogen tidak dapat memberikan umpan balik negatif ke hipotalamus dengan akurat juga akan melepaskan hormon pelepas gonadotropin (GnRH)[2].

Hormon pelepas gonadotropin (GnRH) akan membuat kelenjar pituitari menjadi aktif untuk melepaskan hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinizing (LH). Pertumbuhan folikel ovarium akan dirangsang dan selanjutya akan melepaskan sel telur karena sekresi hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinizing (LH)[2].

Melalui clomiphene sebagai senyawa nonsteroid, mempunyai efek estrogenik dan anti-estrogenik. Obat ini akan merangsang ovulasi dengan membuat efek umpan balik negatif estrogen mengalami hambatan pada situs reseptor di hipotalamus dan hipofisis, mengakibatkan sekresi GnRH hipotalamus meningkat dengan pelepasan FSH dan LH hipofisis berikutnya[3].

Melalui saliran gastrointestinal obat ini diserap dengan mudah dengan plasma puncak kisaran 6 jam. Di hati obat ini bermetabolisme mengalami resirkulasi enterohepatik. Pengeluarannya melalui feses kisaran 42% dan melalui urin kisaran 8% dengan paruh waktu kira-kira 5 hari[3].

Contoh Obat Stimulan Ovulasi Sintetis

Stimulan ovulasi sintetis tersedia dalam bentuk tablet, dan obat ini hanya bisa di dapatkan dengan resep dokter saja. Contoh obat stimulan ovulasi sintetis dengan resep dokter termasuk[2]:

  • Clomiphene

Clomiphene disebut juga dengan clomiphene citrate, modulator reseptor estrogen selektif (SERM). Clomiphene telah mendapatkan persetujuan oleh FDA dalam pengobatan infertilitas anovulatori atau oligo-ovulasi untuk menginduksi ovulasi bagi pasien yang ingin hamil[4].

Penggunaan terhadap clomiphene dalam menginduksi kehamilan, menghasilkan angka kelahiran hidup selama 6 bulan sebesar 20%-40%. Dapat digunakan sendiri atau dengan ajuvan, seperti terapi akupuntur. Seseorang yang akan mendapatkan manfaat dari clomiphene citrate yaitu yang didiagnosis dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS), amenore pasca kontrasepsi oral, sindrom amenore-galaktorea, amenore psikogenik serta beberapa kasus amenore sekunder[4].

Clomiphene juga dapat digunakan untuk pengaturan off-label oleh pria dalam mengobati infertilitas pria dan hipogonadisme sekunder, karena kemampuannya dalam membuat kadar testosteron serum menjadi meningkat[4].

Efek Samping Stimulan Ovulasi Sintetis

Stimulan ovulasi sintetis dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak di inginkan. Beberapa efek samping umum dari stimulan ovulasi sintetis termasuk[4,5]:

Apabila menderita penyakit hati, perdarahan vagina abnormal, kelenjar adrenal yang tidak terkontrol, kista ovarium atau bila sedang hami, jangan menggunakan clomiphene[5].

Penggunaan dosis clomiphene yang tinggi akan menyebabkan gangguan pada penglihatan yang tidak dapat diubah, atau keadaan yang disebut dengan sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS). Sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS), menjadi keadaan yang dapat berakibat fatal. Adapun gejala yang muncul yaitu sakit perut, kembung, mual, penambahan berat badan, serta kesulitan dalam bernapas[5].

Clomiphene tidak boleh digunakan lebih dari 3-6 siklus pengobatan. Bila ovulasi terjadi tetapi belum juga hamil setelah 3 siklus pengobatan, dokter akan menghentikan pengobatan, lalu akan mengevaluasi infertilitas lebih lanjut[5].

Bila mengalami nyeri pada panggul, masalah pada penglihatan, melihat kilatan cahaya, peningkatan kepekaan pada mata dan pendarahan berat yang terjadi pada vagina, berhenti menggunakan clomiphene, dan segera pergi ke tempat pelayanan kesehatan terdekat untuk mengambil tindakan[5].

1) Anonim. WebMD.com. Your Guide to Female Infertility. 2019
2) Anonim. Drugs.com. Synthetic ovulation stimulants. 2021
3) Anonim. Mims.com. Clomifene. 2017
4) Anonim. ncbi.nlm.nih.gov. Clomiphene. 2020
5) Anonim. Drugs.com. Clomiphene. 2021
6) Anonim. PubMed.ncbi.nlm.nih.gov. Suppression of lactation. 1979
7) Anonim. ncbi.nlm.nih.gov. Anovulation and ovulation induction. 2006

Share