Daftar isi
Tirotoksikosis merupakan sebuah kondisi kadar hormon tiroid dalam tubuh yang meningkat di mana hal ini ditandai dengan percepatan metabolisme, sekaligus juga detak jantung yang lebih cepat, berat badan turun, hingga tremor [1,3,4].
Walau kerap disamakan dengan kondisi hipertiroidisme, sebenarnya keduanya adalah kondisi berbeda.
Hipertiroidisme justru merupakan salah satu penyebab tirotoksikosis dan wanita memiliki risiko lebih tinggi mengalami tirotoksikosis daripada pria.
Tinjauan - Tirotoksikosis adalah sebuah kondisi ketika kadar hormon tiroid dalam tubuh meningkat dan ditandai dengan metabolisme yang lebih cepat, detak jantung lebih cepat, hingga tremor. - Tirotoksikosis dan hipertiroidisme adalah dua kondisi berbeda karena hipertiroidisme dapat menyebabkan atau mengakibatkan kondisi tirotoksikosis sebagai bentuk komplikasinya, sedangkan tirotoksikosis sendiri belum tentu selalu disebabkan oleh hipertiroidisme.
Seperti telah disebutkan, hipertiroidisme merupakan penyebab umum dari kondisi tirotoksikosis, yakni sebuah kondisi di mana produksi hormon tiroid terlalu berlebihan oleh kelenjar tiroid.
Selain dari hipertiroidisme, terdapat sejumlah faktor lainnya yang mampu menjadi alasan seseorang menderita tirotoksikosis, yaitu :
Kelenjar tiroid dapat menjadi lokasi terbentuknya nodul atau benjolan.
Nodul inilah yang mampu berpengaruh pada jumlah produksi hormon tiroid dalam tubuh.
Nodul yang terbentuk dapat lebih dari satu yang disebut dengan istilah toxic multinodular goiter atau justru nodul yang terbentuk tunggal, disebut dengan toxic nodular adenoma [1,3].
Penyakit Graves adalah penyebab umum tirotoksikosis lain selain hipertiroidisme [1,3,4].
Penyakit Graves sendiri merupakan jenis gangguan autoimun yang membuat produksi hormon tiroid di dalam tubuh berlebihan.
Suplemen yang dimaksud adalah suplemen tiroid dan yodium di mana seharusnya suplemen ini membantu para penderita hipotiroidisme untuk meningkatkan kadar hormon tiroid [1,3].
Namun apabila penggunaan tidak dalam dosis yang tepat dan dosis cenderung berlebihan, tirotoksikosis adalah efek yang dapat terjadi.
Thyrotropin-secreting pituitary adenoma merupakan sejenis tumor yang tumbuh di kelenjar pituitari [5].
Keberadaan tumor ini mampu membuat TSH atau thyroid stimulating hormon lepas.
Jika TSH terlepas, maka produksi hormon tiroid dapat terpicu semakin banyak dan berlebihan sehingga di dalam tubuh kadar hormon tiroid terlalu tinggi.
Penyebab lain tirotoksikosis adalah tumor rahim yang disebut struma ovarii di mana hal ini tergolong sebagai kondisi langka.
Namun bila pun terjadi, biasanya pertumbuhan sel tumor ini ada di jaringan tiroid dan memengaruhi produksi hormon tiroid yang menjadi semakin banyak.
Faktor lain yang juga perlu diketahui mampu menyebabkan tirotoksikosis adalah tiroiditis, yaitu peradangan pada kelenjar tiroid [1,3].
Peradangan ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, sistem imun lemah, maupun penggunaan obat tertentu seperti lithium.
Hormon tiroid yang cenderung berlebih di dalam darah dapat disebabkan oleh beberapa faktor lainnya.
Hamil anggur, tumor sel germinal jenis teratoma ovarium, hingga kanker tiroid folikuler metastasis dapat menjadi penyebabnya [1,6].
Selain itu, penggunaan obat tertentu seperti iodine eksogen dan amiodarone dapat meningkatkan risiko seseorang menderita tirotoksikosis.
Tinjauan Penyebab tirotoksikosis meliputi hipertiroidisme, nodul tiroid, penyakit Graves, suplemen turoid dan yodium, tumor, dan tiroiditis.
Fungsi tubuh yang bekerja dengan baik serta maksimal tidak luput dari dukungan hormon tiroid.
Ini karena tugas utama hormon tiroid adalah menjadi pengatur metabolisme tubuh, detak jantung, siklus haid pada wanita, dan temperatur tubuh.
Bila kadarnya terlalu tinggi di dalam tubuh, kondisi ini mampu menyebabkan sejumlah gejala, seperti [1,3] :
Pada kasus tirotoksikosis yang disebabkan oleh penyakit Graves, gejala-gejala di bawah ini dapat dialami oleh penderita [7] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Bila beberapa gejala yang telah disebutkan di atas terjadi, maka jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Meski demikian, cukup sulit dalam mendiagnosa tirotoksikosis karena gejala-gejalanya tergolong umum dan memiliki kemiripan dengan sejumlah gejala pada kondisi medis lain.
Namun, tidak ada salahnya segera memeriksakan diri agar penanganan dini dapat diberikan untuk mengatasi gejala.
Tinjauan Tremor, palpitasi, takikardia, eksoftalmus, berat badan turun, gangguan siklus haid, hingga gangguan kecemasan. Bila berkaitan dengan penyakit Graves, maka kemungkinan gangguan pada mata dapat dialami penderita.
Ketika menemui dokter untuk memeriksakan kondisi gejala yang dialami, dokter biasanya akan menggunakan sejumlah metode diagnosa sebagai berikut :
Dokter umumnya akan mengawali pemeriksaan dengan memberi pertanyaan seputar gejala yang selama ini dialami oleh pasien [1,3,7].
Gejala apa saja, sejak kapan gejala timbul, dan kira-kira sudah berapa lama mengalami gejala tersebut.
Dokter juga perlu tahu riwayat medis pasien dan keluarga pasien, termasuk obat-obatan apa saja yang tengah pasien konsumsi.
Selanjutnya, dokter juga perlu melakukan pemeriksaan fisik dengan mengecek apakah terjadi pembesaran pada kelenjar tiroid pasien [1,3,7].
Dokter juga akan mengecek denyut nadi pasien, sebab tirotoksikosis umumnya akan menjadikan denyut nadi menjadi lebih cepat.
Ada kemungkinan dokter perlu menerapkan tes darah sebagai tes penunjang [1,3,7].
Tujuan tes darah ini adalah untuk mengukur kadar TSH (thyroid-stimulating hormone), F3 dan F4 [1].
Selain itu, tes darah juga dapat diandalkan untuk mengetahui kadar antibodi tertentu pada kondisi penyakit Graves maupun tiroiditis.
Pemeriksaan penunjang lainnya yang diperlukan adalah USG, yaitu untuk melihat secara lebih jelas dan detail kondisi kelenjar tiroid [3,6].
Segala bentuk gangguan atau kelainan pada kelenjar tiroid umumnya dapat teridentifikasi melalui prosedur USG.
Tinjauan Pemeriksaan riwayat kesehatan dan gejala, pemeriksaan fisik, tes darah dan USG merupakan metode-metode diagnosa yang umumnya diterapkan dokter untuk mengonfirmasi tirotoksikosis.
Terdapat dua metode yang secara umum digunakan untuk mengatasi tirotoksikosis, yaitu melalui pemberian obat-obatan dan melalui prosedur operasi.
Tujuan utama pengobatan adalah menormalkan produksi hormon tiroid sehingga gejala akan berangsur mereda.
Tergantung dari kondisi pasien, dokter akan meresepkan beberapa jenis obat sebagai pereda gejala, yaitu antara lain [1,3,4,7,8] :
Jika tindakan pemberian obat tidak mampu secara efektif meredakan gejala karena kondisi kelenjar tiroid yang sudah sangat parah, dokter akan merekomendasikan prosedur operasi.
Tiroidektomi adalah metode operasi yang diterapkan untuk mengatasi tirotoksikosis [1,3].
Namun, hanya pasien dengan kriteria di bawah inilah yang perlu menjalani prosedur operasi untuk mengangkat seluruh atau sebagian dari kelenjar tiroidnya :
Tinjauan Pengobatan tirotoksikosis terdiri dari dua metode, yaitu melalui obat-obatan dan prosedur operasi (hanya ketika obat-obatan tidak mampu memberikan efek bagi gejala dan kelenjar tiroid telah mengalami kerusakan parah).
Tirotoksikosis yang tidak segera ditangani dapat meningkatkan risiko komplikasi berupa badai tiroid.
Beberapa kondisi yang perlu diwaspadai sebagai kondisi komplikasinya antara lain adalah [1] :
Tidak memungkinkan untuk mencegah kondisi tirotoksikosis.
Hanya saja bagi penderita kondisi medis penyebab tirotoksikosis, termasuk penderita hipertiroidisme, mengobatinya segera akan sangat membantu.
Ketika kondisi medis pemicu tirotoksikosis ditangani secara dini dan penderita melakukan kontrol rutin ke dokter, hal ini otomatis meminimalisir risiko tirotoksikosis [1,9].
Berkonsultasilah dengan dokter apabila memiliki kondisi seperti hipertiroidisme, tiroiditis, tumor atau lainnya yang berpotensi mengembangkan kondisi tirotoksikosis.
Bila penanganan kondisi-kondisi medis tersebut secepatnya didapat, risiko tirotoksikosis juga semakin kecil.
Tinjauan Untuk meminimalisir tirotoksikosis, penting untuk menangani segala bentuk kondisi medis penyebabnya lebih dulu, seperti hipertiroidisme dan tiroiditis misalnya. Risiko tirotoksikosis semakin kecil ketika kondisi medis pemicunya telah teratasi.
1. Carly Blick; Minhthao Nguyen; & Ishwarlal Jialal. Thyrotoxicosis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Peter N. Taylor, Diana Albrecht, Anna Scholz, Gala Gutierrez-Buey, John H. Lazarus, Colin M. Dayan & Onyebuchi E. Okosieme. Global epidemiology of hyperthyroidism and hypothyroidism. Nature Reviews Endocrinology; 2018.
3. Simone De Leo, Sun Y Lee, & Lewis E Braverman. Hyperthyroidism. HHS Public Access; 2016.
4. Uswah Sudirman. Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Definisi , epidemiologi dan etiologi hipertiroid. Universitas Sumatera Utara; 2020.
5. J G Yovos, J M Falko, T M O'Dorisio, W B Malarkey, S Cataland, & C C Capen. Thyrotoxicosis and a thyrotropin-secreting pituitary tumor causing unilateral exophthalmos. The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism; 1981.
6. Elli Anagnostou,a Antonios Polymeris, Georgios Morphopoulos, Alexios Travlos,a Vassiliki Sarantopoulou, & Irini Papaspyrou. An Unusual Case of Malignant Struma Ovarii Causing Thyrotoxicosis. European Thyroid Journal; 2016.
7. Feingold KR, Anawalt B, Boyce A, et al. Graves’ Disease and the Manifestations of Thyrotoxicosis. South Dartmouth (MA): MDText.com, Inc.; 2000.
8. Anna Candoni, Federico De Marchi, Fabio Vescini, Sara Mauro, Cristina Rinaldi, Marco Piemonte, Nicholas Rabassi, Maria Vittoria Dubbini, & Renato Fanin. Graves’ Disease Thyrotoxicosis and Propylthiouracil Related Agranulocytosis Successfully Treated with Therapeutic Plasma Exchange and G-CSF Followed by Total Thyroidectomy. Mediterranean Journal of Hematology and Infectious Diseases; 2017.
9. Anonim. Hyperthyroidism. familydoctor.org by American Academy of Family Physicians; 2020.