Penyakit & Kelainan

Trichotillomania : Penyebab – Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Trichotillomania?

Trichotillomania merupakan sebuah jenis gangguan mental yang juga dikenal dengan istilah gangguan menarik rambut [1,2,3,4,9,10].

Trichotillomania adalah sebuah kondisi ketika seseorang memiliki keinginan tak tertahankan untuk menarik rambutnya dari kulit kepala.

Keinginan dan aksi menari rambut ini terjadi berulang kali; tak hanya rambut, bahkan alis dan rambut di bagian tubuh lain dapat pula menjadi target penarikan [1,2,3,4,8] .

Aksi menarik rambut pada trichotillomania ini bisa sampai menyebabkan kebotakan karena rambut benar-benar tercabut dari kulit kepala [1,2,3,4.9,10].

Jika berkelanjutan, kondisi ini mampu menyebabkan kelangsungan hidup penderitanya, terutama dalam hal pekerjaan maupun hubungan sosial [1,2,3,10].

Tinjauan
Trichotillomania atau gangguan menarik rambut adalah sebuah gangguan mental di mana seseorang memiliki keinginan tak tertahankan untuk menarik rambutnya berulang kali, baik itu ketika merasakan emosi positif maupun negatif.

Fakta Tentang Trichotillomania

  1. Berawal dari usia pra-remaja dan remaja, prevalensi trichotillomania seumur hidup diketahui berpresentase sebesar 3,5% [1].
  2. Penderita trichotillomania usia remaja tidak selalu memenuhi kriteria dari panduan diagnostik DSM-5, namun bentuk-bentuk gejala trichotillomania tetap dialami oleh mereka [1].
  3. Pada anak, faktor jenis kelamin tidak terlalu memengaruhi karena anak laki-laki maupun anak perempuan diketahui memiliki risiko sama tinggi mengalami trichotillomania [1].
  4. Namun pada orang dewasa, diketahui bahwa prevalensi trichotillomania lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria dengan rasio 9:1 [1].
  5. Di Indonesia, trichotillomania bukan sebuah hal asing atau baru, namun untuk data prevalensi secara spesifik belum diketahui.

Penyebab Trichotillomania

Belum diketahui pasti penyebab trichotillomania, namun seperti kasus gangguan mental pada umumnya, faktor genetik diduga menjadi alasan utama.

Selain faktor genetik, faktor lingkungan pun berpotensi menjadi pemicu trichotillomania pada seseorang.

Bahkan kondisi gangguan mental ini juga berkemungkinan hasil dari kombinasi faktor lingkungan dan genetik.

Berikut ini adalah deretan faktor risiko trichotillomania yang perlu diketahui :

  • Faktor Usia

Usia 10-13 tahun merupakan kelompok usia yang rentan memiliki kondisi awal trichotillomania [2,4].

Pada kebanyakan kasus, trichotillomania terjadi pada seseorang di usia remaja awal yang kemudian berlanjut hingga usia dewasa.

Bayi pun sebenarnya dapat menarik-narik rambutnya, hanya saja kondisi ini tergolong ringan dan kebiasaan ini akan mereda dengan sendirinya [5].

  • Faktor Riwayat Keluarga

Faktor genetik berperan penting dalam hampir seluruh jenis gangguan mental [1,6].

Memiliki anggota keluarga dengan gangguan mental atau bahkan riwayat trichotillomania, tentunya otomatis ini meningkatkan risiko seseorang memiliki kondisi serupa.

Menarik rambut biasanya berawal dari reaksi terhadap stres yang kemudian menjadi sebuah kebiasaan buruk [1,2,3,4,5].

Pada beberapa orang, menarik rambut dapat dilakukan secara sadar maupun tak sadar ketika menghadapi tekanan.

  • Faktor Gangguan Mental Lain

Orang-orang yang memiliki trichotillomania rata-rata juga memiliki kondisi gangguan mental lain, seperti salah satunya gangguan obsesif kompulsif [1,2,3,6].

Tak hanya itu, penderita trichotillomania pun ada pula yang menderita ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), gangguan kecemasan, autisme, maupun depresi [1,2,3,4,5,6,7].

Tinjauan
Faktor usia, faktor genetik/riwayat keluarga, faktor stres, dan faktor gangguan mental lain dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami trichotillomania.

Gejala Trichotillomania

Gejala yang paling umum ditimbulkan oleh kondisi trichotillomania antara lain adalah [1,2,3,4,5,6,7] :

  • Berulang kali menarik rambut dengan keras.
  • Merasakan adanya kesenangan atau kelegaan setiap usai menarik rambut.
  • Mematahkan helaian rambut.
  • Memakan rambut atau yang juga disebut dengan istilah trichophagy.

Bukan hanya rambut pada bagian kulit kepala, seseorang dengan trichotillomania juga dapat menarik-narik rambut kemaluan, jenggot atau kumis, alis, maupun bulu mata [1,2,3,4,8].

Penderita trichotillomania kebanyakan pun diketahui memiliki perilaku suka menggigit kuku, menggigit bibir, maupun mencubit atau menggigit kulit [2,4].

Bahkan ada pula penderita yang juga cenderung menarik rambut boneka, bulu hewan, atau bahan-bahan lainnya seperti selimut ataupun pakaian [4].

Ada dua jenis kondisi dibalik aksi menarik rambut pada penderita trichotillomania, yaitu :

  • Tanpa sadar. Beberapa penderita menarik-narik rambut mereka tanpa menyadarinya, terutama ketika mereka sedang menonton televisi, membaca, atau ketika sedang merasa bosan.
  • Saat berkonsentrasi. Beberapa orang menarik rambut untuk meredakan rasa stres dan ketegangan agar diri mereka dapat lebih konsentrasi terhadap suatu hal yang sedang dikerjakan atau dilihat.

Ada dua jenis emosi yang terkait dengan tindakan menarik rambut pada penderita trichotillomania, yaitu emosi positif dan emosi negatif.

Pada emosi positif, penderita menarik rambut ketika merasa lega atau puas terhadap suatu hal [1,2].

Pada emosi negatif, penderita menarik rambut ketika merasa tegang, gugup, cemas, stres, bosan, frustasi, lelah, atau merasakan kesendirian [1,2,3].

Orang-orang dengan risiko trichotillomania akan sangat mudah terpicu ketika posisi tangan menyangga bagian kepala.

Saat bagian kepala bersandar pada tangan atau ketika tangan digunakan menyisir rambut, aksi menarik rambut dapat dilakukan secara sadar atau tidak sadar [1,2,10].

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Ketika keinginan menarik rambut terjadi berulang kali dalam jangka panjang dan Anda merasa hal ini tidak normal, segera periksakan diri.

Bentuk gejala dan tingkat keparahan kondisi trichotillomania sendiri bisa bermacam-macam, namun gangguan mental ini memiliki sifat jangka panjang yang tanpa adanya penanganan dini maka berkemungkinan akan terus berlanjut.

Pada wanita, gejala trichotillomania dapat memburuk ketika sedang dalam masa menstruasi karena perubahan hormon [3].

Gejala yang tak segera ditangani dapat berlanjut hingga berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Sebaiknya pun tidak menganggap enteng aksi menarik rambut ini sebagai salah satu kebiasaan buruk saja, sebab trichotillomania adalah sebuah gangguan mental.

Tinjauan
Berulang kali menarik rambut dengan keras, merasakan senang/lega setiap usai menarik rambut, memiliki kebiasaan mematahkan helaian rambut, dan memakan rambut.

Pemeriksaan Trichotillomania

Ketika memeriksakan diri ke dokter, umumnya dokter akan mengawali dengan pemeriksaan fisik terlebih dulu [1,2,4,6].

Selanjutnya, dokter akan menanyakan tentang riwayat medis pasien dan juga riwayat medis keluarga pasien [1,4].

Dokter pun akan menanyakan secara rinci mengenai gejala-gejala apa saja yang pernah dirasakan.

Apabila memang mengarah pada sebuah kondisi gangguan mental, dokter tentunya segera merujukkan pasien ke dokter ahli kesehatan mental dan jiwa seperti psikolog atau psikiater.

Psikolog atau psikiater biasanya menggunakan kriteria diagnostik dari DSM-5 untuk menentukan apakah pasien menderita trichotillomania.

Pasien yang memenuhi kriteria-kriteria DSM-5 di bawah ini dianggap positif memiliki gangguan mental trichotillomania [1,2,3,4,6].

  • Menarik rambut secara berulang kali yang mengakibatkan kerontokan rambut hingga kebotakan.
  • Sering memiliki keinginan untuk mengurangi aksi menarik rambut atau berhenti dari kebiasaan ini.
  • Menarik rambut bukan lagi menjadi kebiasaan buruk, tapi juga sebuah aksi yang memengaruhi pekerjaan, kehidupan sosial, dan aspek hidup lain penderita.
  • Menarik rambut tidak terkait dengan adanya kondisi medis lain, seperti halnya kondisi dermatologis atau kondisi gangguan kesehatan kulit.
  • Gejala-gejala yang menyertai aksi menarik rambut tidak dapat dijelaskan lebih baik dengan gejala gangguan mental lain.

Jika dokter menemukan bahwa kulit kepala atau kulit area tubuh lain mengalami gangguan karena trichotillomania, dokter akan merujukkan pasien ke dokter spesialis kulit.

Dokter spesialis kulit akan membantu memeriksa lebih rinci dan juga menangani sesuai dengan kondisi pasien secara tepat.

Tinjauan
Selain pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan lebih dulu, pemeriksaan trichotillomania akan didasarkan pada kriteria diagnostik DSM-5.

Penanganan Trichotillomania

Penanganan untuk penderita trichotillomania umumnya berupa terapi dan pemberian obat, tergantung dari kondisi pasien menyeluruh.

Melalui Terapi Khusus

Terdapat beberapa jenis terapi yang pasien dapat tempuh untuk menangani gejala-gejala trichotillomania, terutama yang bertujuan agar pasien berhenti dari aksi tersebut.

  • Terapi Pembalik Kebiasaan

Beberapa orang dengan kasus trichotillomania ditangani dengan terapi perilaku di mana habit reversal training (terapi pembalik kebiasaan) adalah salah satu bentuk terapi perilaku itu [1,2,3,6,9,10].

Melalui terapi ini, terapi profesional akan membantu pasien dalam mengenali situasi di mana pasien sering menarik rambut dan membantu pasien menemukan jalan untuk mengubah kebiasaan atau perilaku ini.

Sebagai contoh, pasien dapat mengepalkan tangan supaya keinginan tangan menuju rambut dan menarik rambut dapat berhenti.

Namun selain terapi melatih pembalikan kebiasaan ini, beberapa terapi llain juga dapat digunakan bersamaan untuk membantu meredakan gejala.

  • Terapi Kognitif

Terapi kognitif adalah jenis terapi di mana terapis akan membantu pasien untuk mengidentifikasi alasan pasien dalam menarik rambut [1,2,3,6,9,10].

Proses identifikasi ini kemudian menjadi suatu jalan bagi terapis untuk membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan yang dapat merugikan kesehatannya.

  • Terapi Penerimaan dan Komitmen

Terapi perilaku lainnya yang juga dapat diterapkan bersama dengan dua terapi sebelumnya adalah terapi penerimaan dan komitmen [1,2,3,9,10].

Melalui terapi ini, terapis akan membantu pasien dalam belajar menerima keinginan menarik rambut tapi tanpa melakukan aksi menarik rambut.

Melalui Obat-obatan

Belum ada obat-obatan khusus yang dapat digunakan untuk mengobati kondisi trichotillomania.

Namun beberapa jenis obat seperti di bawah ini bertujuan mengendalikan gejala tertentu :

Diskusi dan konsultasikan lebih jauh mengenai obat-obatan yang dokter rekomendasikan atau resepkan untuk mengetahui apa saja efek samping dari obat tersebut.

Meski obat-obatan tersebut dikenal efektif dan bermanfaat, selalu terdapat sejumlah efek samping yang perlu diwaspadai.

Bagaimana prognosis trichotillomania?

Diagnosa dan deteksi dini trichotillomania akan memperbesar potensi prognosis yang baik [1].

Ketika kondisi terdeteksi dini, penanganan dapat secepatnya diberikan kepada penderita sehingga pemulihan berjalan lebih baik.

Tinjauan
Terapi perilaku (terapi pembalikan kebiasaan, terapi kognitif, dan terapi penerimaan dan komitmen) serta penggunaan obat-obatan (antidepresan, SSRI, dan asam amino) merupakan cara menangani gejala-gejala trichotillomania.

Komplikasi Trichotillomania

Pada kasus trichotillomania ringan, gejala tidak terlalu berdampak serius.

Namun secara umum, trichotillomania dapat menimbulkan risiko komplikasi yang buruk dan sebaiknya diwaspadai :

  • Stres Emosional

Stres emosional dirasakan oleh banyak penderita trichotillomania dalam bentuk rasa malu [2,3,4,10].

Rasa percaya diri dan citra diri yang rendah pun dapat dialami oleh penderita [10].

Hal ini kemudian berpotensi memicu penderita melakukan hal-hal negatif, seperti penyalahgunaan alkohol dan narkotika [2,10].

Beberapa orang pun kemudian memiliki gangguan kecemasan (terutama gangguan kecemasan sosial) dan depresi karena gejala trichotillomania yang tak segera ditangani [1,2,3,10].

  • Kerusakan Rambut dan Kulit

Aksi menarik rambut terus-menerus atau secara konstan dapat menimbulkan masalah rambut serta kulit [2].

Infeksi, iritasi, penipisan rambut, hingga kebotakan adalah risiko komplikasi dari trichotillomania [1,2,3,4,9,10].

Pada beberapa kasus, pertumbuhan rambut pun menjadi terganggu dan tidak berjalan normal karena trichotillomania [9,10].

  • Masalah Pekerjaan dan Hubungan Sosial

Trichotillomania dapat berakibat pada gangguan penampilan fisik sehingga memicu penderita untuk menghindari aktivitas sosial, termasuk dalam pekerjaan [1,2,3,10].

Untuk mengatasi masalah kebotakan rambut, penggunaan rambut palsu, bulu mata palsu, dan pensil alis dapat dilakukan demi menutupi kekurangan [6].

Tinjauan
Stres emosional, depresi, gangguan kecemasan, terhambatnya kehidupan sehari-hari, hingga kerusakan kulit serta rambut adalah risiko-risiko komplikasi yang perlu diwaspadai.

Pencegahan Trichotillomania

Tidak terdapat cara khusus dan jelas untuk mencegah trichotillomania, namun deteksi dan penanganan dini sangat dianjurkan [6].

Ketika gejala terdeteksi dini dan penanganan segera didapat oleh pasien, maka hal ini akan meminimalisir risiko komplikasi.

Pengelolaan stres yang baik dan positif juga akan membantu mengurangi risiko gejala trichotillomania.

Tinjauan
Tidak ada cara mencegah trichotillomania, namun untuk meminimalisir komplikasi, deteksi dan penanganan dini sangat dianjurkan.

1. Aubree D. Pereyra & Abdolreza Saadabadi. Trichotillomania. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Jon E. Grant, J.D., M.D., M.P.H. & Samuel R. Chamberlain, M.D., Ph.D., M.R.C.Psych. Trichotillomania. The American Journal of Psychiatry; 2017.
3. Jon E. Grant. Trichotillomania (hair pulling disorder). Indian Journal of Psychiatry; 2019.
4. Nisha Suyien Chandran, Jeroen Novak, Matilde Iorizzo, Ramon Grimalt, & Arnold P. Oranje. Trichotillomania in Children. Skin Appendage Disorder; 2015.
5. Miri Keren, Adi Ron-Miara, Ruth Feldman, & Samuel Tyano. Some reflections on infancy-onset trichotillomania. The Psychoanalytic Study of the Child; 2006.
6. Cleveland Clinic medical professional. Trichotillomania. Cleveland Clinic; 2018.
7. Ruziana Masiran. Autism and trichotillomania in an adolescent boy. British Medical Journal Case Reports; 2018.
8. Sarah Anwar & Mohammad Jafferany. Trichotillomania: a psychopathological perspective and the psychiatric comorbidity of hair pulling. Acta Dermatovenerologica Alpina, Pannonica, et Adriatica; 2019.
9. Martin E Franklin, Kathryn Zagrabbe, & Kristin L Benavides. Trichotillomania and its treatment: a review and recommendations. HHS Public Access; 2012.
10. Douglas W. Woods & David C. Houghton. Diagnosis, Evaluation, and Management of Trichotillomania. HHS Public Access; 2015.

Share