Acetylcysteine: Manfaat, Dosis dan Efek Samping

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Acetylcysteine merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi mukus yang terdapat pada saluran pernapasan akibat penyakit tertentu [1, 2, 3, 4, 5].

Mukus yaitu sekresi kelenjar berupa cairan kental dan licin yang berfungsi untuk melindungi dan melumasi suatu permukaan [12]. Istilah sputum dan phlegm atau dahak digunakan untuk mendefinisikan mukus yang disekresikan atau dikeluarkan pada saluran respirasi [13].

Apa itu Acetylcysteine

Acetylcysteine adalah mukolitik yang berfungsi untuk menangani hipersekresi mukus pada saluran pernapasan. Obat ini juga digunakan untuk penanganan overdosis acetaminophen [2, 3, 5].

Berikut informasi mengenai Acetylcysteine[1, 4]:

IndikasiPenyakit pulmoner dan bronkus akut dan kronis yang berhubungan dengan sekresi mukus berlebihan, bronkitis akut/kronis dan eksaserbasi akut, emfisema pulmoner, mucoviscidosis, bronkiektasis, overdosis acetaminophen
KategoriObat Keras (golongan K)
KonsumsiAnak-anak dan dewasa
KelasMukolitik
BentukTablet, kapsul, sirup kering, larutan
KontraindikasiHipersensitif. Pasien dengan diabetes atau sedang diet rendah kalori.
PeringatanPasien dengan kondisi berikut wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum menerima pengobatan acetylcysteine:
→ Pasien yang menderita asma bronkial: penggunaan harus diawasi.
→ Pasien dengan riwayat gastritis: konsumsi obat sebaiknya dilakukan setelah makan
→ Pasien dengan diabetes atau sedang menjalani diet rendah kalori: kandungan gula dalam Fluimucil (acetylcysteine) sebaiknya dipertimbangkan.
→ Pasien dengan diabetes melitus: penggunaan tidak dianjurkan kecuali jika konsentrasi glukosa nomal
→ Pasien dengan alergi terhadap acetylcysteine
→ Pasien yang sedang hamil dan menyusui

↔ Info peringatan untuk tenaga medis
→ Sirup kering: Aroma sulfur yang mungkin muncul tidak mengindikasikan perubahan pada Acetylcysteine tapi karena kandungan NAC pada preparasi
Pemberian Acetylcysteine, khususnya pada awal perawatan, dapat menyebabkan sekresi bronkus menjadi lebih cair dan secara simultan meningkatkan volume urin
→ Larutan untuk inhalasi: Pemberian NAC, khususnya melalui aerosol, pada awal perawatan dapat mencairkan sekresi bronkus dan secara simultan meningkatkan volumenya. Jika pasien tidak mampu untuk  meludah, maka diperlukan pembersihan saluran udara dengan drainase postural atau nantinya dengan bronchosuction untuk menghindari retensi sekresi.
→ Pasien yang menderita asma bronkial harus dimonitoring dengan ketat karena bronkospasme dapat terjadi selama pengobatan. Dalam kondisi tersebut, pengobatan harus segera dihentikan.
→ Adanya bau sulfur saat membuka ampul tidak mempengaruhi kualitas Acetylcysteine. Larutan N-acetylcysteine, penyimpanan ampul yang telah dibuka atau pemindahan pada peralatan aerosol dapat menimbulkan warna pink tapi tidak akan mempengaruhi efisiensi dan keamanan Acetylcysteine
→ Penggunaan pada kehamilan dan laktasi: pemberian acetylcysteine selama kehamilan dan menyusui harus dilakukan dalam pengawasan tenaga medis. Pada kasus tertentu, perlu dipertimbangkan rasio antara resiko dan manfaatnya.
→ Penggunaan pada anak-anak:
→ Pada pasien <1 tahun: penggunaan hanya pada kasus yang mengancam nyawa dan selalu dalam pengawasan medis yang ketat
→ Pada pasien <6 tahun: pemberian acetylcystein tidak dianjurkan
Kategori Obat pada Kehamilan & MenyusuiKategori B: Studi pada hewan tidak menunjukkan resiko pada janin, akan tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil, atau studi pada reproduksi hewan yang menunjukkan efek yang merugikan (selain penurunan fertilitas) yang tidak dikonfirmasi pada studi terkontrol pada ibu hamil trisemester I (dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester berikutnya).

Manfaat Acetylcysteine

Acetylcysteine dapat digunakan untuk menangani sekresi mukus berlebihan yang diakibatkan oleh penyakit pada saluran pernapasan, meliputi emfisema, bronkitis, fibrosis kistik atau mucoviscidosis, pneumonia, bronchiectasis [1, 3].

Emfisema ditandai dengan kerusakan pada dinding di antara alveolus di dalam paru-paru, mengakibatkan gangguan pada pertukaran oksigen dan karbondioksida. Gejala emfisema meliputi batuk, bersin, dahak berlebihan, dan napas pendek [7]

Bronkitis merupakan kondisi di mana saluran pernapasan (bronkus) mengalami inflamasi dan pembengkakan, mengakibatkan batuk serak dan berdahak (mukus) [8].

Fibrosis kistik merupakan kelainan genetik yang umumnya terjadi di paru-paru dan menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang meliputi kesulitan bernapas dan keluarnya dahak akibat seringnya terjadi infeksi pada paru-paru. Kistik fibrosis disebut juga sebagai muscoviscidosis [9].

Pneumonia merupakan infeksi pada paru-paru, dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau pun jamur. infeksi mengakibatkan inflamasi atau peradangan pada alveolus sehingga kantung alveolus dipenuhi cairan dan penderita mengalami kesulitan bernapas [10].

Bronkiektasis adalah suatu kondisi medis jangka panjang di mana saluran udara ke paru-paru menjadi lebih lebar, menyebabkan penumpukan mukus berlebih yang dapat mengakibatkan paru-paru lebih rentan terhadap infeksi [11].

Acetylcysteine juga digunakan untuk menangani overdosis acetaminophen [2, 3]

Dosis Acetylcysteine

Dosis Dewasa

Berikut rincian dosis penggunaan acetylcysteine pada pasien dewasa[14]:

Endotrakeal
Mukolitik (pengencer dahak):
→ Sebagai larutan 10% atau 20%: 1-2 ml setiap jam.
Inhalasi
Mukolitik (pengencer dahak):
→ Sebagai larutan 10%: 6-10 ml 3-4 kali sehari, dapat ditingkatkan menjadi 2-20 ml setiap 2-6 jam jika diperlukan.
→ Sebagai larutan 20%: 3-5 ml 3-4 kali sehari, dapat ditingkatkan menjadi 1-10 ml setiap 2-6 jam jika diperlukan.
Intravena
Overdosis Parasetamol (Acetaminophen):
→ Dosis awal 150 mg/kg (maksimal: 16,5 g) dalam 200 ml pelarut (diluent) selama 1 jam, diikuti oleh 50 mg/kg (maksimal: 5,5 g) dalam 500 ml pelarut (diluent) selama 4 jam, kemudian 100 mg/kg (Maks: 11 g) dalam 1 liter pelarut (diluent) selama 16 jam ke depan.
Oral/Diminum
Overdosis parasetamol (Acetaminophen):
Sebagai tablet effervesent: Dosis awal 140 mg kg diikuti oleh 17 dosis pemeliharaan 70 mg/kg diberikan setiap 4 jam.

Mukolitik
Sebagai bubuk untuk larutan oral: 200 mg 3 kali sehari. Maksimal 600 mg setiap hari.
Sebagai tab effervescent: 600 mg sekali sehari.
Ophthalmic (penggunaan pada mata)
Mata kering berhubungan dengan produksi lendir yang abnormal:
→ Sebagai larutan 5%: Teteskan 1 atau 2 tetes ke konjungtiva mata yang terkena, 3 atau 4 kali sehari.

Dosis Anak-Anak

Berikut dosis untuk penggunaan acetylcysteine pada pasien anak-anak[1]:

Endotrakeal
Mukolitik (pengencer dahak):
Sebagai larutan 10% atau 20%: 1-2 ml setiap jam.
Inhalasi
Mukolitik (pengencer dahak):
→ Sebagai larutan 10%: 6-10 ml 3-4 kali sehari, dapat ditingkatkan menjadi 2-20 ml setiap 2-6 jam jika diperlukan.
→ Sebagai larutan 20%: 3-5 ml 3-4 kali sehari, dapat ditingkatkan menjadi 1-10 ml setiap 2-6 jam jika diperlukan.
Intravena
Overdosis Parasetamol (Acetaminophen):
→ Berat badan <20 kg: Dosis awal 150 mg/kg dalam 3 ml/kg pelarut (diluent) selama 1 jam, diikuti 50 mg/kg dalam 7 ml/kg pelarut (diluent) selama 4 jam, kemudian 100 mg/kg dalam 14 ml/kg pelarut (diluent) selama 16 jam.
→ Berat badan 20-39 kg: Dosis awal, 150 mg/kg dalam 100 ml pelarut (diluent) selama 1 jam, diikuti oleh 50 mg/kg dalam 250 ml pelarut (diluent) selama 4 jam, kemudian 100 mg/kg dalam 500 ml pelarut (diluent) selama 16 jam.
→ Berat badan ≥40 kg: Sama seperti dosis dewasa.
Oral/Diminum
Overdosis parasetamol (Acetaminophen):
Sebagai tablet effervesent: Dosis awal 140 mg kg diikuti oleh 17 dosis pemeliharaan 70 mg/kg diberikan setiap 4 jam.

Mukolitik
→ Sebagai bubuk untuk larutan oral:
2-6 tahun: 100 mg 2-4 kali sehari;
> 6 tahun: 200 mg 2-3 kali sehari.
→ Sebagai tab effervescent: > 6 tahun 600 mg sekali sehari.

Efek Samping Acetylcysteine

Segera dapatkan pertolongan medis jika mengalami beberapa efek samping berikut[3]:

  • Sulit bernapas atau sulit menelan
  • Demam
  • Gatal-gatal
  • Mual
  • Ruam disertai atau tanpa demam
  • Kulit kemerahan, terutama di sekitar telinga
  • Muntah berlebihan atau terus-menerus
  • Pembengkakan pada mata, wajah, atau di sebelah dalam hidung
  • Keletihan berlebih

Beberapa efek samping berikut tidak membutuhkan pertolongan segera[3]:

  • Mual sedang
  • Sakit perut
  • Muntah

Info Efek Samping Acetylcysteine untuk Tenaga Medis[3]

  • Umum
    • Efek samping paling umum meliputi: reaksi anafilaktoid, mual, muntah, sensasi panas, dan ruam kulit
  • Hipersensitif
    • Sangat umum (10% atau lebih): reaksi anafilaktoid (18%), meliputi: gangguan saluran pernapasan (bronkospasem), angioedema, dispnea, tekanan darah rendah, shock, takikardi, urtikaria, dan reaksi pada area injeksi.
    • Jarang (< 0,1%): Sensitisasi acquired
    • Frekuensi tidak dilaporkan: erupsi dermal
  • Gastrointestinal
    • Sangat umum (10% atau lebih): muntah NOS (12%)
    • Umum (1% hingga 10%): mual
  • Sistem Respirasi
    • Umum (1% hingga 10%): gejala respirasi (meliputi: batuk, bersin, stridor, napas pendek, dada sesak, masalah pernapasan, atau bronkospasme), faringitis, rhinorrhea, rhonchi, sesak pada tenggorokan
    • Frekuensi tidak dilaporkan: bronkokonstriksi, bronkospasme, iritasi trakea dan saluran bronkus (rute inhalasi), hemoptisis, dispnea, pernapasan terhenti, batuk, stridor
  • Kardiovaskuler
    • Umum (1% hingga 10%): takikardi
    • Tidak umum (0,1% hingga 1%): hipotensi
  • Dermatologis
    • Umum (1% hingga 10%): urtikaria atau flushing pada wajah, ruam NOS, pruritus, flushing
    • Frekuensi tidak dilaporkan: angioedema, berkeringat, edema periorbital, lengket
  • Metabolik
    • Umum (1% hingga 10%): edema
  • Lain-lain
    • Jarang (< 0,1%): kematian
    • Frekuensi tidak dilaporkan: demam, malaise, rigor, sakit pada dada, sakit pada wajah, edema pada wajah, suhu tubuh meningkat
  • Sistem Saraf
    • Frekuensi tidak dilaporkan: sinkop, kejang-kejang, kantuk
  • Lokal
    • Frekuensi tidak dilaporkan: arthralgia, artropati
  • Hepatik
    • Frekuensi tidak dilaporkan: penurunan fungsi hati
  • Hematologis
  • Okuler
    • Frekuensi tidak dilaporkan: penglihatan kabur, sakit mata, mata bengkak, mata gatal/kemerahan/iritasi (formulasi ophthalmik)
  • Psikiatrik

Detail Acetylcysteine

Untuk mengetahui informasi mengenai penyimpanan, cara kerja, interaksi dengan obat, interaksi dengan makanan dan overdosis berikut informasi detail acetylcysteine [1, 3]:

Penyimpanan → Simpan antara 25 – 30°C.
Cara KerjaDeskripsi: N-acetylcysteine (NAC) merupakan derivat asam amino yang terdapat di dalam tubuh secara alami, yaitu sistein. NAC menggunakan aksi pencairan mukolitik pada sekresi mukus dan mukopurulen melalui gugus sulfohidril pada molekulnya dengan membelah ikatan disulfida intra dan intermolekuler pada kumpulan gikoprotein. Sehingga dengan depolimerisasi kompleks mukoprotein dan asam nukleat yang memberi viskositas ke dalam komponen vitreous dan purulen dari dahak dan sekresi. Selanjutnya, NAC menimbulkan pengaruh antiflogistik dan meningkatkan regenerasi mukus.
Acetylcysteine juga berfungsi memberi perlindungan  terhadap hepatotoksisitas yang terinduksi overdosis acetaminophen dengan menjaga atau memulihkan konsentasi glutation hati.
Farmakokinetik:
→ Kapsul/sirup kering: NAC diserap dengan cepat setelah pemberian secara oral dan didistriuskan ke jaringan tubuh termasuk paru-paru. Ditoleransi dengan cukup baik pada usus halus.
→ Distribusi: 0,47 L/kg
→ Onset: Inhalasi 5 – 10 menit
→ Waktu Puncak Plasma: larutan oral (1 – 2 jam), tablet berbuih (1 – 3,5 jam)
→ Bioavaibilitas: oral: 6 – 10%, topikal: <3%
→ Pengikatan protein: 83%
→ Metabolisme: Hepatik. Mengalami terdeasetilasi oleh hati dan dimetabolisme sesudah itu
→ Paruh waktu: 5,6 jam (dewasa), 11 jam (neonatal)
→ Ekskresi: Urin (13% sampai 38%)
Interaksi dengan obat lain→ Kapsul: Penggunaan bersamaan dari kapsul NAC dengan antitusif dapat menyebabkan stasis mukus karena kedua obat ini menekan refleks batuk. Oleh sebab itu, kombinasi perlu dilakukan dengan hati-hati.
→ Penggunaan HCl tetrasiklin harus diminum secara terpisah dengan selang waktu setidaknya 2 jam.
→ Penggunaan bersamaan NAC kapsul dengan trinitrat gliserol (nitrogliserin) dapat menyebabkan peningkatan pengaruh vasodilatasi dan peningkatan aliran darah.
→ Larutan untuk inhalasi: NAC dapat diberikan secara bersamaan dengan bronkodilator umum, vasokonstriktor dan sebagainya. Ketika pengobatan lokal dengan NAC dan antibiotik diperlukan, dianjurkan untuk diberikan secara terpisah karena dapat terjadi inkompabilitas di antara NAC dan antibiotik tertentu.
Overdosis→ Kapsul: Pada kasus overdosis tidak disengaja atau disengaja, dapat menyebabkan iritasi seperti, pirosis, sakit perut, mual, muntah, dan diare.Tidak ada efek samping serius atau gejala keracunan yang dilaporkan, bahkan pada pasien yang menerima NAC dengan dosis sangat tinggi. Namun disarankan untuk berkonsultasi pada dokter saat terjadi gejala overdosis.
→ Larutan untuk inhalasi: Tidak ada tanda dan gejala khusus yang teramati, bahkan pada pasien yang menerima pengobatan NAC dengan dosis tinggi melalui rute sistemik. Dosis sangat tinggi untuk NAC topikal dapat menghasilkan pencairan berlebihan dan masif dari sekresi mucopurulen, terutama pada pasien dengan refleks meludah tidak memadai saat batuk, pada mereka yang mungkin membutuhkan penggunaan metode mekanik suction bronkial.

Pertanyaan Seputar Acetylcysteine

Bagaimana cara penyimpanan acetylcysteine?

Penyimpanan vial yang belum terbuka pada suhu ruang, sedangkan vial terbuka disimpan di lemari es. Sisa acetylcysteine larutan yang tidak terpakai setelah 4 hari sebaiknya dibuang dan jangan digunakan. Obat disimpan di tempat yang terlindung dari cahaya serta dari jangkauan anak-anak. [3]

Apakah acetylcysteine termasuk antibiotik?

Bukan. Acetylcysteine adalah obat yang membantu menangani sekresi mukus berlebihan pada saluran pernapasan. Obat ini tidak memiliki sifat antibakteri [2].

Bolehkah mengemudikan kendaraan saat menerima pengobatan acetylcysteine?

Aktivitas mengemudikan kendaraan dan mengoperasikan mesin sebaiknya dihindari karena acetylcystein berpotensi menimbulkan efek samping berupa kantuk dan gangguan penglihatan. [3]

Bagaimana jika melewatkan satu dosis?

Segera dapatkan dosis yang terlewat, tapi jika sudah mendekati waktu untuk dosis berikutnya lebih baik dosis yang lupa dilewatkan saja. Hindari mengonsumsi dua dosis obat dalam sekali pemakaian[3]

Contoh Obat (Merek Dagang) Acetylcysteine

Berikut beberapa obat dengan kandungan acetylcysteine[2, 4]:

Brand Merek Dagang
Fluimucil
Mucolysin
N-Ace
Nytex
Mucylin
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment