Wasir tidak hanya mungkin terjadi saat seorang wanita hamil, sebab pasca melahirkan pun risiko mengalami wasir cukup tinggi [1,2].
Bila dubur membengkak, proses bersalin akan memicu pembengkakan semakin besar [1,2,3].
Selain pembengkakan, biasanya wasir setelah melahirkan menimbulkan gatal dan perdarahan [3].
Dengan mengetahui penyebabnya, maka wasir dapat ditangani sesuai dengan kondisi ibu setelah bersalin.
Wasir yang terjadi pada wanita pasca bersalin dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut :
1. Peningkatan Hormon Progesteron
Dinding pembuluh darah selama hamil mudah membengkak karena hormon progesteron yang meningkat [2,4].
Progesteron sendiri sebenarnya merupakan hormon penting yang mempersiapkan rahim agar janin dapat tumbuh di sana secara normal [5].
Oleh sebab itu, hormon progesteron juga dikenal sebagai hormon kehamilan yang bila kadarnya menurun maka mampu berakibat pada keguguran [5].
Pasca bersalin, para wanita membutuhkan kadar hormon progesteron tinggi untuk produksi ASI maksimal, bersama dengan hormon estrogen [5].
Hanya saja, peningkatan kadar progesteron mampu menyebabkan gangguan pencernaan seperti susah buang air besar [2,4].
Ini karena pergerakan usus menjadi lebih lambat ketika hormon progesteron lebih dari biasanya [2,4].
Susah buang air besar berkaitan erat dengan wasir, oleh karena itu tidak hanya pada saat selama hamil, setelah melahirkan pun wanita lebih rentan mengalami wasir [2,4].
2. Sembelit
Sembelit pasca melahirkan adalah hal yang banyak dialami wanita dan hal ini menyebabkan setiap buang air besar harus sampai pada tahap mengejan [2,6].
Wasir sendiri umum dikenal sebagai salah satu komplikasi dari sembelit [1,2,7].
Sembelit dapat disebabkan oleh kurangnya asupan serat, sumbatan di bagian rektum atau usus besar, hingga gangguan di saraf sekitar rektum dan usus besar [7].
Namun pada kasus ibu hamil, faktor lain yang juga dapat menjadi alasan dibalik sembelit adalah peningkatan hormon progesteron [2,4].
Ketika frekuensi buang air besar pasca melahirkan lebih jarang, tinja sulit dikeluarkan, mengejan setiap buang air besar, dan terasa sakit setiap mengeluarkan tinja, ini adalah kondisi sembelit [7].
Para ibu pasca melahirkan pun perlu mewaspadai sembelit kronis; kondisi ini terjadi ketika gejala sembelit dialami 3 bulan atau lebih [8].
3. Tekanan Rahim Saat Hamil
Wasir dialami oleh wanita setelah melahirkan dapat disebabkan oleh tekanan rahim selama kehamilan [2,9].
Jadi dengan kata lain, wasir tersebut sudah ada sewaktu hamil sehingga usai melahirkan kondisi berkembang [2,9].
Wasir karena tekanan rahim selama hamil sebenarnya merupakan hal normal, karena rahim semakin membesar saat hamil [2,9].
Ketika rahim semakin besar pembuluh darah mendapat tekanan, terutama pada area dubur dan rahim [2,9].
Untuk mengetahui apakah tekanan rahim menjadi penyebab utama, maka kondisi dapat diperiksakan secepanya [2,9].
Pemeriksaan kehamilan secara rutin ditambah pemeriksaan wasir selama hamil apabila terdapat gejala juga akan membantu penanganan dini.
4. Melahirkan Normal
Wasir setelah melahirkan juga diketahui berisiko lebih tinggi terjadi pada wanita yang melahirkan secara normal [2,10].
Melahirkan dari vagina secara normal mengharuskan wanita mengejan, hal ini kemudian menjadi faktor risiko timbulnya wasir, terutama bila selama hamil wasir telah ada [2,10].
Pembengkakan kemudian terjadi pada area anus, darah akan keluar saat buang air besar, dan anus juga merasakan gatal maupun nyeri [2,10].
Apakah wasir setelah melahirkan bisa sembuh dengan sendirinya?
Wasir pada beberapa kasus dapat sembuh dengan sendirinya, namun ada pula yang kemudian berkembang dan semakin lama bersifat kronis [1].
Membutuhkan waktu sekitar beberapa hari hingga beberapa minggu untuk wasir hilang sendiri [2].
Wasir dianggap kronis bila terjadi beberapa bulan tanpa ada tanda-tanda membaik atau mereda [1].
Wasir juga berpotensi menyebabkan terbentuknya gumpalan darah yang akan terasa sakit bagi penderita, namun hal ini jarang dijumpai [1].
Rasa sakit tersebut tidak sampai membahayakan nyawa penderitanya, namun akan cukup tak nyaman saat beraktivitas sehari-hari [1].
Jika wasir bersifat kronis, maka sudah saatnya penderita memperoleh penanganan medis invasif oleh dokter [1].
Wasir yang terjadi setelah melahirkan dapat ditangani dengan beberapa cara seperti di bawah ini.
Mengejan hanya akan memperburuk gejala wasir, maka hindari mengejan setiap buang air besar [1,2,10].
Memberi tekanan lebih banyak pada area rektum hanya akan memperlama wasir untuk sembuh.
Setelah melahirkan, perbanyak asupan serat jika memiliki kondisi wasir [1,2,10].
Serat akan membantu mempermudah proses buang air besar sehingga feses mudah keluar dan penderita tak perlu mengejan.
Wasir memerlukan waktu untuk sembuh, dan asupan serat cukup akan membantu agar feses tidak keras dan pergerakan usus lebih lancar.
Serat terkandung dalam sayuran, buah dan gandum utuh, maka mengonsumsinya setiap hari setelah melahirkan dan selama menyusui akan mengatasi gangguan pencernaan sekaligus wasir.
Selain asupan serat dari sumber makanan langsung, suplemen serat juga dapat dikonsumsi, namun karena baru melahirkan dan masih menyusui, konsultasikan dengan dokter.
Selain fokus dalam memenuhi kebutuhan tubuh akan serat, penting pula bagi ibu pasca melahirkan untuk minum banyak air putih, terutama bila mengalami wasir [1,2,10].
Air putih berguna sebagai pencegah sembelit; sama seperti serat, air putih dapat melancarkan pencernaan dan melunakkan feses.
Selama melakukan aktivitas ataupun beristirahat, pastikan untuk tidak duduk di atas permukaan yang keras [2].
Pilih permukaan kursi yang empuk, atau beri alas bantal agar duduk bisa terasa nyaman tanpa rektum mendapatkan tekanan.
Tidak hanya itu, pastikan juga untuk tidak duduk dalam waktu yang lama, termasuk juga berdiri supaya wasir cepat pulih.
Wasir juga dapat diatasi dengan berendam air hangat, bokong dan area dubur perlu mengenai air hangat [1,2,10].
Wasir lama-kelamaan akan menyusut ketika melakukan cara perendaman ini sehari 2-4 kali.
Dalam menyusutkan pembengkakan di area rektum maupun dubur, kompres dingin menggunakan es batu yang dibungkus handuk atau kain bersih beberapa kali sehari akan efektif [1,2].
Kompres dengan es mampu mengurangi juga ketidaknyamanan karena wasir.
Menunda buang air besar dan menahannya adalah salah satu faktor yang akan memperburuk wasir [1,2].
Feses cenderung kering, semakin keras dan lebih sulit keluar ketika menahan buang air besar.
Hal ini nantinya akan memicu aktivitas mengejan terlalu lama.
Segera ke toilet apabila mengalami rasa sakit perut dan terasa seperti hendak buang air besar sehingga feses bisa langsung keluar.
Bersihkan area dubur perlahan dan secara lembut menggunakan air hangat setiap sehabis buang air besar [1,2].
Jika terbiasa menggunakan tisu untuk membersihkan dubur, maka pilih tisu yang sama sekali tidak berbau harum.
Gunakan tisu tanpa parfum dan yang bahannya lembut saat mengusap dubur agar tidak menyebabkan iritasi.
Agar wasir cepat reda dan tidak mudah kambuh, melakukan senam kegel secara rutin bisa dilakukan [2].
Olahraga ini salah satunya melancarkan peredaran darah pada area dubur sekaligus melancarkan pencernaan [2].
Wasir setelah melahirkan dapat berkurang ketika senam kegel berhasil memperkuat otot-otot sekitar dubur [2].
Setelah melahirkan, wasir perlu ditangani dengan obat yang tepat agar tidak menghambat proses menyusui sekaligus aman bagi si kecil [1,2,10.
Konsultasikan dengan dokter mengenai obat wasir apa yang terbaik dan teraman (dalam bentuk obat oles atau supositoria).
Penggunaan obat pencahar juga diperbolehkan oleh dokter supaya feses lebih lunak dan mudah keluar.
Tanyakan secara detail mengenai cara dan waktu penggunaan obat.
Berapa lama obat tersebut boleh digunakan juga perlu diketahui oleh pasien, sebab pasca melahirkan biasanya penggunaan obat tidak boleh lebih dari 1 minggu.
Wasir setelah melahirkan bisa sembuh dengan sendirinya, namun ketika tak kunjung mereda berminggu-minggu hingga berbulan-bulan serta nyeri bertambah parah, segera ke dokter.
1. Alana Biggers, M.D., MPH & Corinne O'Keefe Osborn. How to Deal with Hemorrhoids After Pregnancy. Healthline; 2018.
2. Jennifer White & Leigh Raviv, WHNP-BC. Hemorrhoids After Giving Birth. Verywell Family; 2021.
3. Varut Lohsiriwat. Hemorrhoids: From basic pathophysiology to clinical management. World Journal of Gastroenterology; 2012.
4. Pratap Kumar & Navneet Magon. Hormones in pregnancy. Nigerian Medical Journal; 2012.
5. Jessie K. Cable & Michael H. Grider. Physiology, Progesterone. National Center for Biotechnology Information; 2021.
6. Jan Kestřánek MD. Hemorrhoid management in women: the role of tribenoside + lidocaine. Drugs Context; 2019.
7. Sorangel Diaz; Khaled Bittar & Magda D. Mendez. Constipation. National Center for Biotechnology Information; 2021.
8. Elaine K. Luo, M.D. & Jacquelyn Cafasso. What Does It Mean to Have Chronic Constipation?. Healthline; 2020.
9. Kate Marple & Rebecca Yee, M.D. Postpartum hemorrhoids. Baby Center; 2022.
10. University of Rochester Medical Center Rochester, NY. Common Conditions. University of Rochester Medical Center Rochester, NY; 2022.