Tinjauan Medis : dr. Puspasari Septama Susanto
Ablasi endometrium adalah suatu prosedur medis untuk menghancurkan dinding dalam rahim atau endometrium. Prosedur ini bertujuan sebagai terapi bagi wanita yang mengalami menoragia yaitu kondisi perdarahan
Daftar isi
Tiap wanita yang sudah dewasa dan mengalami menstruasi akan melalui pengalaman yang berbeda-beda.
Ada yang siklusnya pasti, ada yang tidak teratur. Ada yang pendarahannya sangat deras dan lama, ada yang ringan dan singkat. Kondisi ini dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk usia, sudah atau belum pernah melahirkan, serta ukuran tubuh seseorang. [5]
Secara ilmiah, berdasarkan penelitian, menstruasi yang normal berlangsung selama 4 hingga 6 hari, dengan jumlah darah yang keluar sekitar 10 hingga 35 ml dalam satu periode menstruasi. [5]
Jika dalam satu periode darah yang keluar lebih dari 80 ml, maka sudah termasuk menorrhagia, yaitu menstruasi yang sangat deras.
Wanita yang mengalami menorrhagia terus menerus disarankan untuk menjalani prosedur ablasi endometrium untuk meredakan keluarnya darah setiap masa haid. [1, 2, 3, 4]
Tidak hanya untuk mengatasi masalah pada jantung, ablasi juga bisa dilakukan pada rahim.
Ablasi endometrium adalah prosedur yang biasanya disarankan oleh dokter pada wanita yang pendarahan saat masa menstruasi-nya sangat deras, sangat lama, atau mengalami pendarahan diantara masa haid. [1, 3, 4]
Penyebab derasnya darah haid bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari perubahan hormon sampai adanya polip yang tumbuh dalam rahim. [3]
Jika obat minum tidak bisa mengatasi pendarahan abnormal ini, maka ablasi endometrium sebaiknya dilakukan untuk mengurangi pendarahan atau menghentikannya sama sekali. [3]
Ablasi endometrium adalah tindakan untuk membakar atau menghilangkan dinding rahim (endometrium) yang setiap masa haid luruh dan menjadi darah dan gumpalan-gumpalan yang keluar. Prosedur ini aman, cepat, relatif tidak sakit, dan tanpa pembedahan. [1]
Tindakan ablasi ini bukanlah pembedahan. Dokter tidak akan membuat sayatan apapun namun akan memasukkan sebuah alat yang sangat tipis melalui vagina menuju rahim. [1, 2, 3, 4]
Metode ablasi endometrium ada beberapa macam: [2, 3, 4]
Seperti yang sudah disebutkan diatas, ablasi endometrium disarankan bagi mereka yang darah haid-nya sangat deras hingga termasuk kategori menorrhagia dan tidak bisa diatasi oleh obat minum atau pemasangan IUD. [2]
Pendarahan menstruasi dianggap sangat deras bila:
Meskipun dianggap efektif untuk mengatasi pendarahan abnormal, ada beberapa kondisi yang tidak boleh menjalani tindakan ini.
Ablasi endometrium adalah prosedur yang hasilnya permanen; artinya, dinding rahim yang sudah di-ablasi atau dibakar tidak akan tumbuh kembali. [1, 2, 4]
Prosedur ini bisa membantu bagi banyak wanita, tapi tidak untuk semua. Jika penderita sudah memasuki masa post-menopause, maka sebaiknya tidak mengambil tindakan ini.
Ablasi endometrium juga tidak disarankan bagi wanita yang : [3, 4]
Ablasi endometrium dilarang bagi wanita yang sedang hamil atau masih berencana untuk hamil di masa yang akan datang, karena prosedur ini bisa menurunkan tingkat kesuburan.
Sebelum hari pelaksanaan tindakan, dokter akan memeriksa riwayat kesehatan pasien, termasuk daftar alergi yang dimiliki – jika ada.
Jika pasien dan dokter setuju untuk melanjutkan ke tahap tindakan, setelah melihat riwayat kesehatan dan penjelasan mengenai risiko-risiko, maka diskusi mengenai seluruh aspek dari prosedur akan dilakukan bersama. Hal ini termasuk membicarakan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan sejak beberapa minggu sebelum hari pelaksanaan tindakan.
Protokol pra-prosedur termasuk:
Tindakan ablasi endometrium bisa dilakukan di ruang praktik dokter atau di rumah sakit, tergantung dari jenis obat bius yang digunakan – bila total, maka harus dilakukan di rumah sakit.
Proses pemulihan setelah tindakan tidak sama, tergantung dari jenis ablasi yang dilakukan dan bius apa yang digunakan. Namun, rentangnya antara beberapa hari hingga beberapa minggu. Kebanyakan wanita yang menjalani ablasi endometrium sudah bisa kembali beraktivitas seperti biasa dalam satu minggu. [2, 3, 4, 6]
Jika pasien mendapatkan bius total atau tulang belakang, maka ia akan dibawa ke ruang pemulihan setelah tindakan selesai. Begitu tekanan darah, denyut nadi, dan irama nafas sudah stabil dan pasien sudah sadar, maka akan dipindahkan ke kamar perawatan di rumah sakit atau diijinkan untuk pulang.
Jika pasien hanya mendapatkan bius lokal, maka hanya perlu istirahat sekitar 2 jam sebelum diijinkan untuk pulang.
Pasien disarankan menggunakan pembalut selama beberapa hari setelah tindakan karena akan ada pendarahan yang encer diikuti kram, mual, muntah, dan rasa ingin buang air kecil yang lebih sering dari biasanya. Hal-hal tersebut adalah normal.
Yang harus dihindari pasien pasca ablasi endometrium adalah: [2, 3, 4, 6]
Pasien harus segera menghubungi dokter jika hal-hal berikut terjadi:
Dokter mungkin akan memberikan anjuran dan instruksi perawatan di rumah yang berbeda bagi tiap pasien tergantung pada kondisinya.
Setelah tindakan, pasien disarankan untuk terus menggunakan alat kontrasepsi. Jika kehamilan terjadi, maka kemungkinan untuk keguguran lebih besar. [1, 2, 3]
Normalnya, dinding rahim akan menebal bila kehamilan terjadi. Tanpa dinding yang tebal, janin tidak bisa tumbuh dengan baik. Karena inilah, untuk mencegah kehamilan dan keguguran, dokter akan menyarankan pasien untuk juga melakukan sterilisasi setelah ablasi endometrium. [2, 3]
Selain jelasnya risiko menurun hingga hilangnya kesuburan pasien, komplikasi dari prosedur ini jarang terjadi. Namun, bila ada, maka termasuk: [1, 2, 3]
Karena kondisi fisik tiap wanita berbeda dan dipengaruhi banyak faktor, hasil dari ablasi endometrium pun bisa berbeda pada tiap pasien.
Setelah tindakan, ada yang masih mengalami menstruasi namun darah haidnya sudah tidak keluar sederas sebelumnya, tapi ada pula yang siklus haidnya benar-benar berhenti. [1, 2, 3, 4]
Setelah beberapa tahun, ada yang kembali mengalami pendarahan hebat saat periode haid. Jika ini terjadi, maka harus segera dikonsultasikan kembali dengan dokter agar pengobatan lain bisa dilakukan. [3]
Tindakan ini termasuk pada gangguan menstruasi dan sistem reproduksi wanita lain-lain dalam daftar pelayanan kesehatan Indonesia, dan kisaran biayanya adalah 5,5 juta hingga 7,5 juta.
1) Heba Mahdy, Christinne D. Canela, William G. Gossman. 2019. National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library of Medicine. Endometrial Ablation.
2) Corey Whelan, Carolyn Kay, MD. 2019. HealthLine. Endometrial Ablation: What to Expect.
3) Kecia Gaither, MD, MPH. 2019. WebMD. What is Endometrial Ablation?
4) Mayo Clinic Staff. 2018. Mayo Clinic. Endometrial ablation.
5) Dr. Jerilynn C. Prior. 2017. The Centre for Menstrual Cycle and Ovulation Research. Very Heavy Menstrual Flow.
6) Anonim. Johns Hopkins Medicine. Endometrial Ablation.