Daftar isi
Alkalosis merupakan suatu kondisi ketika kandungan alkali atau basa terlalu tinggi kadarnya di dalam darah yang jika terlambat terdeteksi maka akan lebih sulit untuk ditangani [1,2,3,4,5,6].
Perlu diketahui bahwa darah terdiri dari asam dan basa di mana pemeriksaan darah dalam skala pH adalah cara pengukuran yang biasa digunakan supaya kandungan kadar keduanya dapat ditentukan.
Untuk kesehatan tubuh dan fungsi tubuh yang normal, asam dan basa harus seimbang karena ketidakseimbangan yang sedikit saja dapat mengganggu kesehatan.
Salah satu ketidakseimbangan itu adalah kondisi yang dinamakan alkalosis, kandungan basa di dalam darah terlalu tinggi.
Meski memang biasanya kadar basa sedikit lebih tinggi dari asam, jika kadar tingginya terlalu berlebihan, maka hal ini tak baik bagi seluruh tubuh.
Tinjauan Darah terdiri dari asam dan basa, ketika keduanya tidak seimbang dan basa justru berkadar lebih tinggi atau terlalu tinggi, maka hal ini yang disebut dengan kondisi alkalosis.
Menurut penyebabnya, alkalosis terbagi menjadi empat jenis kondisi, yaitu alkalosis respiratorik, alkalosis metabolik, alkalosis hipokalemik, dan alkalosis hipokloremik [1,2,3,6,8].
Ketika di dalam aliran darah tidak terdapat cukup karbondioksida, maka alkalosis respiratorik dapat terjadi.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang mampu menyebabkan kurangnya kadar karbondioksidan di dalam aliran darah.
Pada jenis alkalosis metabolik, kondisi ini dapat terjadi ketika kadar asam dalam darah mengalami penurunan dan kadar basa meningkat cukup drastis.
Berbagai faktor dapat mendasarinya, seperti misalnya :
Kekurangan mineral kalium dapat menjadi penyebab jenis alkalosis hipokalemik terjadi.
Dengan kata lain, alkalosis hipokalemik adalah dampak dari defisiensi kalium karena jarang mengonsumsi makanan yang mengandung kalium tinggi.
Tubuh memerlukan kalium dari sumber makanan yang kaya kalium, namun jarang mengonsumsinya justru akan merugikan tubuh.
Ini karena kalium sangat dibutuhkan untuk kelangsungan fungsi otot, jantung, sistem pencernaan, ginjal, dan juga sistem saraf.
Selain karena kurang mengonsumsi asupan berkandungan kalium, kadar kalium di dalam tubuh mengalami penurunan pun bisa disebabkan oleh beberapa gangguan kesehatan.
Diare, keringat yang keluar berlebihan, serta penyakit ginjal adalah sejumlah faktor yang mampu menyebabkan tubuh kehilangan kalium.
Alkalosis hipokloremik adalah jenis alkalosis yang terjadi umumnya karena terlalu banyak berkeringat atau sering muntah.
Hal ini kemudian berakibat pada kadar klorida yang menurun di dalam tubuh penderita.
Padahal, klorida adalah zat yang berfungsi utama menjadi penyeimbang cairan tubuh sekaligus yang melancarkan sistem pencernaan.
Tinjauan Jenis alkalosis dibedakan menurut penyebabnya, yaitu alkalosis respiratorik, alkalosis metabolik, alkalosis hipokalemik, dan alkalosis hipokloremik.
Alkalosis menimbulkan gejala dalam dua tahap, yaitu gejala yang dialami pada awal alkalosis terjadi serta gejala yang menunjukkan kondisi alkalosis sudah teramat serius.
Meski tiap penderita alkalosis mengalami gejala yang berbeda-beda, gejala awal yang umumnya dialami antara lain adalah [1,2,6] :
Bila gejala awal tersebut tidak segera diperiksakan dan ditangani, gejala berpotensi memburuk.
Berikut ini adalah gejala-gejala yang lebih serius dan menjadi tanda untuk segera menemui dokter.
Tak semua kasus alkalosis akan menunjukkan gejala-gejala yang telah disebutkan, sebab sebagian kecil kasus justru penderitanya tak mengalami gejala sama sekali.
Waspadai keluhan sesak nafas, karena tanda ini menunjukkan bahwa alkalosis sudah tergolong parah.
Bila tak yakin apakah itu merupakan penyakit pernafasan, penyakit jantung, atau memang alkalosis, tempuh beberapa metode diagnosa.
Tinjauan Tremor pada tangan, pusing, kecemasan, mudah tersinggung, kehilangan refleks, tidak fokus, hingga sesak nafas dan koma menjadi gejala utama pada alkalosis secara umum.
Gejala alkalosis cukup mirip dengan gejala beberapa kondisi medis lain, hal ini menjadi alasan penting bagi penderita untuk memastikan ketidakberesan pada tubuhnya.
Saat menemui dokter, beberapa metode pemeriksaan ini yang biasanya diterapkan oleh dokter dalam mengonfirmasi alkalosis [1,2,3,4,6].
Dokter selalu mengawali proses diagnosa dengan memeriksa fisik pasien terlebih dulu.
Suhu tubuh pasien dan segala gejala fisik yang nampak menjadi bahan pertimbangan dokter dalam menegakkan diagnosa.
Dokter juga menanyakan riwayat kesehatan pasien secara lebih detil untuk mengetahui apakah pasien menderita penyakit lain.
Selain pemeriksaan fisik, dokter biasanya akan meminta pasien menempuh pemeriksaan lanjutan supaya dapat mengidentifikasi secara lebih akurat penyebab gejala yang dialami pasien.
Urinalisis adalah salah satunya, yaitu tes urine di mana dokter harus melakukan pengambilan sampel urine.
Sampel urine kemudian dibawa ke laboratorium dan dianalisa untuk mengetahui kadar pH urine dan elektrolit dalam tubuh pasien.
Tes analisa gas darah dan elektrolit diperlukan sebagai tes penunjang, dimana sampelnya menggunakan darah di pembuluh arteri.
Analisa gas di sini termasuk mengukur kadar karbondioksida dan oksigen dalam tubuh pasien, sehingga dokter dapat mengidentifikasi apa jenis alkalosis yang diderita pasien.
Sinar-X pada bagian dada juga kemungkinan direkomendasikan oleh dokter supaya dokter dapat mengetahui keberadaan infeksi dan semacamnya pada bagian paru pasien.
Melalui rontgen dada, dokter juga akan dapat mengidentifikasi struktur paru pasien.
Kadar pH darah yang normal berada pada angka 7,35 dan 7,45 menurut American Association for Clinical Chemistry sehingga kadar dengan angka di atas 7,45 menunjukkan pasien benar-benar menderita alkalosis [2,3,7].
Tinjauan Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes urine dan darah, serta rontgen / sinar-X dada adalah cara-cara dokter dalam mendiagnosa dan mengonfirmasi alkalosis.
Bila dokter sudah tahu penyebab pasti alkalosis, maka akan lebih mudah dalam menyesuaikan perawatan seperti apa yang tepat sesuai penyebab dan kondisi kesehatan pasien menyeluruh [1,2,3,4,6].
Pada kondisi alkalosis yang disebabkan oleh kadar kalium dan klorida dalam tubuh yang menurun, maka dokter akan mencoba meningkatkannya kembali.
Pemberian obat dan suplemen diresepkan sesuai kebutuhan tubuh pasien demi mengganti zat yang telah hilang tersebut.
Mencukupi kebutuhan cairan tubuh adalah salah satu yang juga dokter anjurkan dan pasien dapat melakukannya dengan mudah.
Pada kasus alkalosis di mana tubuh mengalami ketidakseimbangan elektrolit, maka memberikan tubuh cairan secara memadai adalah kunci perawatan yang tepat.
Atau jika memang sudah sangat parah, dokter meminta pasien untuk dirawat inap di rumah sakit.
Pada kasus alkalosis respiratorik, ketidakseimbangan kadar karbondioksida dan oksigen menjadi hal yang dikhawatirkan.
Supaya kadar oksigen dan proses pernafasan pasien kembali normal, pemberian tambahan oksigen adalah penanganan yang sesuai.
Ada kalanya pasien mengalami nyeri yang kemudian menyebabkan nafas menjadi lebih cepat.
Bila hal ini terjadi, dokter perlu mengatasi rasa nyerinya lebih dulu sehingga kondisi penderita membaik.
Pada kasus pasien yang mengalami gejala berupa kecemasan, dokter akan membimbing pasien dalam melakukan pernafasan lambat dan dalam-dalam.
Gejala terasa lebih ringan ketika pasien berhasil mengatur nafas secara perlahan dan lambat.
Untuk karbondioksida dalam darah yang juga mengalami penurunan, dokter perlu meningkatkannya kembali.
Biasanya, pasien diminta bernafas di dalam kantong kertas supaya kadar karbondioksida naik di mana hal ini pun menjadi pereda gejala alkalosis yang efektif.
Bila pasien perlu dirawat inap di rumah sakit, maka dokter mengamati dan mengawasi kondisi pasien.
Tekanan darah, laju pernafasan, serta suhu tubuh pasien selalu di bawah pemantauan tenaga medis supaya pasien pulih dengan maksimal.
Kemungkinan untuk pulih kembali sangat besar karena rata-rata pasien benar-benar sembuh usai ditangani secara medis.
Tinjauan Pemberian suplemen dan obat-obatan adalah cara dokter dalam menangani kurangnya klorida dan kalium. Sementara itu, minum banyak cairan, pemberian tambahan oksigen, latihan pernafasan, serta pemantauan dokter adalah cara lainnya dalam membantu pemulihan pasien.
Alkalosis yang terlambat ditangani atau mendapatkan penanganan salah akan berakibat pada timbulnya komplikasi [8].
Kondisi komplikasi berbahaya antara lain adalah aritmia, yaitu kondisi ketidakteraturan detak jantung (terlalu lambat, cepat, atau keduanya terjadi bersamaan).
Pada kondisi yang jauh lebih serius, penderita berpotensi mengalami gagal ginjal hingga koma karena kekurangan oksigen.
Menerapkan pola hidup sehat yang seimbang adalah cara terbaik dalam menghindari alkalosis.
Langkah-langkah upaya pencegahan alkalosis melalui perubahan gaya hidup antara lain adalah [9] :
Tinjauan Minum banyak cairan untuk mengganti elektrolit yang hilang dari tubuh, mengonsumsi makanan sehat bergizi dan membatasi beberapa asupan yang menyebabkan dehidrasi adalah upaya pencegahan terbaik agar tak menderita alkalosis.
1) Moushumi Sur & Ankur D. Shah. 2020. National Center for Biotechnology Information. Alkalosis.
2) Joshua E. Brinkman & Sandeep Sharma. 2019. National Center for Biotechnology Information. Physiology, Respiratory Alkalosis.
3) Joshua E. Brinkman; Sandeep Sharma. 2019. National Center for Biotechnology Information. Physiology, Metabolic Alkalosis.
4) D K Pahari, W Kazmi, G Raman, & Sobhan Biswas. 2006. PubMed gov National Library of Medicine. Diagnosis and Management of Metabolic Alkalosis.
5) Jennifer T Soifer & Hyung T Kim. 2014. PubMed gov National Library of Medicine. Approach to Metabolic Alkalosis.
6) James L. Lewis, III , MD. 2020. Merck Manual. Alkalosis.
7) James L. Lewis, III , MD. 2020. Merck Manual. Overview of Acid-Base Balance.
8) Christie P Thomas, MBBS, FRCP, FASN, FAHA, Sameer Yaseen, MD, Eleanor Lederer, MD, Francisco Talavera, PharmD, PhD, & Vecihi Batuman, MD, FASN. 2018. MedScape. Metabolic Alkalosis Clinical Presentation.
9) Beth S. Friedman & Philip D. Lumb. 1990. Journal of Intensive Care Medicine. Prevention and Management of Metabolic Alkalosis.