Tinjauan Medis : dr. Shinta Pradyasti
Demensia adalah suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya bersifat kronik atau progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur. Jenis demensia yang paling sering dijumpai yaitu demensia tipe alzheimer.
Daftar isi
Alzheimer merupakan gangguan otak yang memengaruhi fungsi otak sehingga kemampuan bicara, berpikir dan mengingat menurun [1,2,3,4,5,6,7].
Kondisi yang umumnya diderita oleh orang-orang usia 65 tahun ke atas ini pun mampu berdampak pada perilaku penderita yang berubah secara bertahap.
Tinjauan Alzheimer adalah timbulnya masalah pada otak yang kemudian memengaruhi kemampuan berpikir, daya ingat, hingga berkomunikasi penderitanya.
Walau dugaan penyebab penyakit Alzheimer adalah penumpukan protein secara abnormal di otak maupun area sekitarnya, hingga kini penyebab pasti Alzheimer belum diketahui jelas [2,3,4,5,6,7].
Menurut penelitian, protein yang mengendap di dalam otak mampu menjadi penghalang penyerapan nutrisi oleh sel-sel otak di mana hal ini kemudian berpengaruh buruk pada fungsi otak.
Sel otak yang mengalami kerusakan memicu kadar zat kimia pada otak menurun sehingga kemampuan otak dalam berfungsi pun ikut menurun.
Tak hanya daya ingat, suasana hati menjadi sangat mudah berubah karena hal tersebut.
Walau belum diketahui jelas faktor penyebab Alzheimer, beberapa faktor di bawah ini mampu meningkatkan risiko Alzheimer.
Tinjauan Penyebab pasti Alzheimer belum diketahui namun terdapat dugaan bahwa penumpukan protein di dalam otak dan sekitarnya secara abnormal dan memicu kerusakan otak menjadi sebab utama Alzheimer terjadi.
Gejala utama pada kondisi Alzheimer adalah hilangnya ingatan atau memori penderita, seperti misalnya kesulitan dalam mengingat pembicaraan yang belum lama terjadi.
Ketika Alzheimer terus berkembang, gangguan pada ingatan ini akan semakin buruk dengan diikuti berbagai gejala lain [2,3,4,5,6,7].
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Jika kemampuan mengingat terasa semakin buruk, sulit berkonsentrasi, sulit berpikir, dan bahkan merasakan perubahan pada perilaku, segera konsultasikan hal ini dengan dokter.
Bila ragu untuk menemui dokter, diskusikan hal ini dengan anggota keluarga atau teman yang dapat dipercaya mengenai kemampuan berpikir yang dirasa menurun.
Alzheimer merupakan jenis penyakit progresif yang artinya akan terus berkembang dan gejala dapat memburuk seiring bertambahnya usia.
Beberapa tahap kondisi Alzheimer berikut ini perlu dikenali [3] :
Tinjauan - Sering lupa atau pikun adalah tanda awal Alzheimer yang walaupun seringkali dianggap sebagai kondisi biasa. Sulit berkonsentrasi, menarik diri dari kehidupan sosial, delusi, sulit memecahkan masalah maupun berkomunikasi adalah gejala lain yang menyertai. - Ada 7 tahap kondisi Alzheimer mulai dari ketiadaan gejala (tahap pertama) hingga gejala yang paling parah dan mulai menghambat aktivitas sehari-hari (tahap 7).
Ketika memutuskan untuk menemui dokter, penting bagi pasien dan keluarga pasien dalam memberikan penjelasan seperti apa bentuk gejala yang terjadi pada pasien.
Informasi mengenai gejala dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar sehari-hari menjadi pertimbangan dokter dalam membuat hasil diagnosa.
Namun selain penyebutan gejala, beberapa metode pemeriksaan berikut umumnya akan perlu dilalui oleh pasien [4,5,6,7] :
Pemeriksaan darah dilakukan oleh dokter untuk mengetahui apakah terdapat masalah kekurangan vitamin pada tubuh pasien ataupun gangguan tiroid.
Hal ini karena salah satu dari kondisi tersebut mampu menyebabkan kebingungan pada pasien serta kehilangan ingatan.
Ini menjadi alasan dokter untuk memastikan sehingga dapat mengeliminasi berbagai potensi gangguan kesehatan lain selain Alzheimer.
Pemeriksaan fisik juga menjadi metode yang dilakukan dokter untuk juga memeriksa kesehatan neurologis pasien.
Dokter perlu memeriksa kekuatan dan tonus otot pasien, refleks, keseimbangan tubuh, koordinasi tubuh, kemampuan bangkit dari posisi duduk dan berjalan, serta kemampuan melihat dan mendengar.
Tes pemindaian pada otak terutama dengan metode MRI atau CT scan diperlukan bila dokter ingin mengetahui apakah terjadi penyusutan otak, timbul tumor, terdapat cedera kepala, dan/atau kondisi stroke.
PET scan adalah metode pemeriksaan yang perlu ditempuh pasien untuk mengetahui dengan jelas apakah gejala mengarah pada penyakit Alzheimer atau justru demensia.
PET scan sangat bermanfaat ketika gejala yang dialami pasien pun sangat mirip dengan gejala demensia.
Dokter akan menerapkan tes lanjutan bagi pasien untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir dan juga mengevaluasi daya ingat pasien.
Salah satu bentu dari tes neuropsikologis adalah memeriksa fungsi mental pasien yang kemudian dibandingkan dengan orang lain yang memiliki tingkat pendidikan maupun usia yang hampir sama dengan pasien.
Metode pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter dengan mengambil sampel cairan dari celah tulang maupun otak.
Tujuan pungsi lumbal adalah untuk mendeteksi keberadaan infeksi otak pada pasien yang kemudian memicu gangguan fungsi otak serta berakibat pada Alzheimer.
Tinjauan Tes darah, pemeriksaan fisik dan neurologis, pungsi lumbal, serta tes pemindaian (MRI, CT, ataupun PET scan) adalah metode-metode pemeriksaan yang umumnya dilakukan dokter untuk memastikan gejala mengarah pada Alzheimer.
Metode penanganan Alzheimer rata-rata adalah melalui pemberian obat-obatan serta terapi bagi pasiennya.
Pemberian obat-obatan di bawah ini pada pasien Alzheimer biasanya bertjuan agar gejala pikun atau penurunan daya ingat dapat diatasi, begitu pula gejala kognitif lainnya [4,5,6,7].
Tak hanya obat-obatan, dokter kemungkinan merekomendasikan psikoterapi untuk mengatasi gejala Alzheimer yang berkaitan dengan gangguan psikologis [6,7].
Terapi perilaku kognitif dan relaksasi adalah dua jenis terapi yang akan membantu pasien dalam mengatasi depresi, kecemasan, delusi ataupun halusinasi.
Sementara itu, stimulasi kognitif adalah terapi yang akan mengembalikan kemampuan pasien dalam memecahkan masalah, berkomunikasi serta mengingat.
Perubahan gaya hidup pasien juga turut berkontribusi dalam pemulihan tubuh dari Alzheimer.
Dalam perubahan kebiasaan dan gaya hidup, pasien memerlukan pertolongan dari orang-orang terdekat di sekitarnya, baik keluarga maupun sahabat, seperti [4,5,6,7,9]:
Tinjauan Penanganan Alzheimer adalah terdiri dari pemberian obat-obatan pereda gejala dan/atau suplemen vitamin E, terapi khusus untuk fisik dan mental pasien, serta perubahan gaya hidup dan kebiasaan yang menjadi lebih sehat.
Alzheimer berpotensi mengakibatkan berbagai macam kondisi komplikasi, khususnya bila penderita tengah mengalami kondisi medis lain ataupun sedang menjalani pengobatan tertentu.
Berikut ini adalah sejumlah kondisi yang dianggap sebagai komplikasi serius pada penderita Alzheimer [6,7] :
Komplikasi paling berbahaya dan diketahui menjadi penyebab meninggalnya penderita Alzheimer adalah infeksi paru serta kurang gizi.
Alzheimer adalah jenis penyakit yang dapat dicegah sedari usia muda.
Pola hidup baik, sehat dan seimbang dapat menjadi upaya pencegahan Alzheimer yang dilakukan, yaitu seperti [4,6,8] :
Karena pola tidur yang buruk dapat meningkatkan risiko Alzheimer, memiliki waktu tidur cukup sangat dianjurkan untuk mencegah Alzheimer.
Peningkatan kualitas tidur dan menghindari terlalu sering begadang sangat baik untuk meningkatkan juga fungsi kerja otak.
Diet Mediterania telah terbukti mampu memperlambat progres Alzheimer maupun mencegahnya.
Diet Mediterania ini adalah metode diet yang berfokus pada buah-buahan dan sayur, begitu juga dengan sumber makanan lain yang menyehatkan.
Selain sayur dan buah, penting untuk mengonsumsi telur, daging unggas (secukupnya), produk olahran susu, ikan, kacang-kacangan, minyak zaitun, daging merah (hanya sekali-sekali), maupun gandum utuh.
Memiliki kontak sosial atau berinteraksi dan mengobrol dengan orang lain sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari dalam mencegah Alzheimer.
Dalam obrolan dengan orang lain, seseorang mampu mendapat informasi, melakukan observasi, maupun membiarkan otak bekerja dengan maksimal untuk kemampuan berpikir, mengingat dan bicara.
Dalam mencegah Alzheimer, aktivitas yang menstimulasi otak sangat diperlukan.
Bermain games yang mengasah otak, mempelajari bahasa asing, ataupun kegiatan-kegiatan lain yang membuat otak aktif akan membantu fungsinya tetap baik.
Aktivitas fisik membantu memperlambat perkembangan risiko Alzheimer.
Jenis olahraga seperti aerobik yang dilakukan selama 30 menit 3-4 kali dalam seminggu adalah yang paling dianjurkan, khususnya oleh Dr. Gad Marshall dari Center for Alzheimer Research and Treatment di Brigham and Women’s Hospital.
Tinjauan Memiliki pola hidup yang sehat seperti diet Mediterania, tidur cukup setiap hari, olahraga rutin, mempelajari banyak hal baru, serta bersosialisasi dengan orang lain adalah cara terbaik dalam meminimalisir maupun menghambat perkembangan Alzheimer.
1) Anonim. 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menkes: Lansia yang Sehat, Lansia yang Jauh dari Demensia.
2) Anonim. Alzheimer's Association. Younger/Early-Onset Alzheimer's.
3)Barry Reisberg, M.D. Clinical Stages of Alzheimer’s. The Fisher Center for Alzheimer's Research Foundation.
4) Jason Weller & Andrew Budson. 2018. PubMed Central - US National Library of Medicine National Institutes of Health. Current understanding of Alzheimer’s disease diagnosis and treatment.
5) Anil Kumar; Jaskirat Sidhu; Amandeep Goyal; & Jack W. Tsao. 2020. National Center for Biotechnology Information. Alzheimer Disease.
6) Anonim. 2018. National Health Service. Overview-Alzheimer's disease.
7) Anonim. 2019. National Institute of Aging. Alzheimer's Disease Fact Sheet.
8) Harvard Health Publishing. 2017. Harvard Medical School. What can you do to avoid Alzheimer’s disease?
9) Giorgio La Fata, Peter Weber & M. Hasan Mohajeri. 2014. Multidisciplinary Digital Publishing Institute. Effects of Vitamin E on Cognitive Performance during Ageing and in Alzheimer’s Disease.