Penyakit & Kelainan

Alzheimer : Penyebab – Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Shinta Pradyasti
Demensia adalah suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya bersifat kronik atau progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur. Jenis demensia yang paling sering dijumpai yaitu demensia tipe alzheimer.

Apa Itu Alzheimer?

Alzheimer merupakan gangguan otak yang memengaruhi fungsi otak sehingga kemampuan bicara, berpikir dan mengingat menurun [1,2,3,4,5,6,7].

Kondisi yang umumnya diderita oleh orang-orang usia 65 tahun ke atas ini pun mampu berdampak pada perilaku penderita yang berubah secara bertahap.

Tinjauan
Alzheimer adalah timbulnya masalah pada otak yang kemudian memengaruhi kemampuan berpikir, daya ingat, hingga berkomunikasi penderitanya.

Fakta Tentang Alzheimer

  1. Di seluruh dunia, terhitung sekitar 46 juta jiwa yang mengalami Alzheimer di mana 22 juta diantaranya adalah penderita Alzheimer di Asia [1].
  2. Di Amerika Serikat, penyakit Alzheimer dialami oleh 4 juta orang lebih yang sudah berusia lanjut dan diperkirakan mengalami peningkatan hingga tahun 2050 sebanyak 4 kali lipat [1].
  3. Di Indonesia sendiri, jumlah penderita Alzheimer diperkirakan mencapai 1 juta jiwa di tahun 2013 yang juga diprediksi akan terus bertambah hingga tahun 2030 sebanyak 2 kali lipat. Ini karena terbukti bahwa setiap tahunnya, jumlah penderita Alzheimer terus meningkat di Indonesia [1].
  4. Seiring usia yang bertambah, risiko Alzheimer pun ikut meningkat dengan persentase 8% pada usia di atas 85 tahun per tahun, 3% pada usia 80-84 tahun per tahun, 2% pada usia 75-79 tahun per tahun, 1% pada usia 70-74 tahun per tahun, serta 0,5% pada usia 69 tahun per tahunnya [1].
  5. Di Amerika Serikat, penderita Alzheimer yang berusia di bawah 65 tahun terdapat sekitar 5% [2].

Penyebab Alzheimer

Walau dugaan penyebab penyakit Alzheimer adalah penumpukan protein secara abnormal di otak maupun area sekitarnya, hingga kini penyebab pasti Alzheimer belum diketahui jelas [2,3,4,5,6,7].

Menurut penelitian, protein yang mengendap di dalam otak mampu menjadi penghalang penyerapan nutrisi oleh sel-sel otak di mana hal ini kemudian berpengaruh buruk pada fungsi otak.

Sel otak yang mengalami kerusakan memicu kadar zat kimia pada otak menurun sehingga kemampuan otak dalam berfungsi pun ikut menurun.

Tak hanya daya ingat, suasana hati menjadi sangat mudah berubah karena hal tersebut.

Walau belum diketahui jelas faktor penyebab Alzheimer, beberapa faktor di bawah ini mampu meningkatkan risiko Alzheimer.

  • Faktor Usia : Orang-orang dengan usia 65 tahun ke atas jauh lebih rentan mengalami penyakit Alzheimer.
  • Faktor Jenis Kelamin : Wanita jauh lebih berisiko mengalami Alzheimer daripada pria.
  • Faktor Genetik : Seseorang yang anggota keluarganya (khususnya orangtua atau saudara kandung) memiliki penyakit Alzheimer, maka risiko dirinya menderita kondisi yang sama lebih besar.
  • Penderita Gangguan Kognitif : Jika pada usia muda beberapa orang telah mempunyai gangguan kognitif, seperti masalah daya ingat, maka memasuki usia lanjut gangguan kognitif dapat lebih buruk.
  • Cedera Kepala : Riwayat cedera kepala mampu meningkatkan risiko seseorang mengalami Alzheimer pada masa tuanya.
  • Penderita Down Syndrome : Down syndrome terjadi karena karena kelainan genetik yang kemudian memicu protein menumpuk di dalam otak dan kemudian Alzheimer terjadi.
  • Pola Hidup Tidak Sehat : Selain pola tidur buruk, orang-orang dengan obesitas, kurang olahraga, kolesterol tinggi, hipertensi, aktivitas merokok/menjadi perokok pasif, atau diabetes tipe 2 yang tak terkendali meningkatkan potensi terkena Alzheimer.
Tinjauan
Penyebab pasti Alzheimer belum diketahui namun terdapat dugaan bahwa penumpukan protein di dalam otak dan sekitarnya secara abnormal dan memicu kerusakan otak menjadi sebab utama Alzheimer terjadi.

Gejala Alzheimer

Gejala utama pada kondisi Alzheimer adalah hilangnya ingatan atau memori penderita, seperti misalnya kesulitan dalam mengingat pembicaraan yang belum lama terjadi.

Ketika Alzheimer terus berkembang, gangguan pada ingatan ini akan semakin buruk dengan diikuti berbagai gejala lain [2,3,4,5,6,7].

  • Sering lupa menepati janji.
  • Sering mengulang pertanyaan atau pernyataan yang sama.
  • Sering mengalami masalah dalam menemukan istilah atau kata yang tepat untuk menyebut suatu benda atau saat sedang mengutarakan apa yang sedang dipikirkan.
  • Sering lupa nama benda yang bahkan sering digunakan.
  • Mulai lupa nama anggota keluarga.
  • Kehilangan arah atau kesasar saat berada di tempat-tempat yang sebenarnya sudah sangat sering dikunjungi dan sangat familiar.
  • Memiliki masalah ketika harus menulis atau berbicara.
  • Sering lupa menaruh barang.
  • Sulit berpikir dan berkonsentrasi, terutama jika terkait dengan angka (bentuk konsep abstrak).
  • Kesulitan dalam menggunakan alat atau benda yang umumnya dipakai sehari-hari.
  • Kesulitan dalam memecahkan masalah.
  • Sering lupa tempat maupun waktu.
  • Perubahan perilaku dan suasana hati.
  • Kurang memerhatikan dan menjaga kebersihan serta penampilan diri sendiri.
  • Menarik diri dari komunitas (baik itu keluarga maupun teman-teman).
  • Mengambil keputusan atau pilihan yang kurang tepat pada saat berinteraksi sosial.
  • Kesulitan dalam merespon terhadap masalah sehari-hari yang tampak sepele, seperti mengatasi masakan gosong.
  • Mengalami depresi.
  • Perubahan dalam pola tidur menjadi tidak senormalnya.
  • Agresif atau cenderung mudah marah.
  • Memiliki krisis kepercayaan terhadap orang lain.
  • Mengalami delusi.

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Jika kemampuan mengingat terasa semakin buruk, sulit berkonsentrasi, sulit berpikir, dan bahkan merasakan perubahan pada perilaku, segera konsultasikan hal ini dengan dokter.

Bila ragu untuk menemui dokter, diskusikan hal ini dengan anggota keluarga atau teman yang dapat dipercaya mengenai kemampuan berpikir yang dirasa menurun.

Tahap Kondisi Alzheimer

Alzheimer merupakan jenis penyakit progresif yang artinya akan terus berkembang dan gejala dapat memburuk seiring bertambahnya usia.

Beberapa tahap kondisi Alzheimer berikut ini perlu dikenali [3] :

  • Tahap 1 : Pada tahap pertama umumnya gejala belum begitu nampak dan dirasakan oleh penderita, namun diagnosa awal bisa saja berdasarkan pada riwayat anggota keluarga yang memiliki Alzheimer.
  • Tahap 2 : Mengalami kelupaan yang sudah mulai cukup sering dapat terjadi sebagai gejala paling awal dari Alzheimer.
  • Tahap 3 : Konsentrasi dan daya ingat yang menurun mulai dialami sebagai tanda gangguan mental dan fisik yang ringan.
  • Tahap 4 : Pada tahap ini, penderita gejala dapat didiagnosa positif mengidap Alzheimer ringan yang ditandai dengan penurunan kemampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari disertai daya ingat yang sangat menurun sehingga mudah lupa.
  • Tahap 5 : Tahap ini adalah tahap gejala Alzheimer sedang hingga parah di mana penderita harus sudah mulai mendapatkan bantuan dari orang-orang terdekat di sekitarnya.
  • Tahap 6 : Dalam hal makan hingga berganti pakaian penderita Alzheimer akan mulai mengalami kesulitan sehingga harus dibantu.
  • Tahap 7 : Tahap ini adalah tahap paling parah dan serius dari Alzheimer di mana ekspresi wajah berkurang dan bahkan kemampuan bicara menurun drastis.
Tinjauan
- Sering lupa atau pikun adalah tanda awal Alzheimer yang walaupun seringkali dianggap sebagai kondisi biasa. Sulit berkonsentrasi, menarik diri dari kehidupan sosial, delusi, sulit memecahkan masalah maupun berkomunikasi adalah gejala lain yang menyertai.
- Ada 7 tahap kondisi Alzheimer mulai dari ketiadaan gejala (tahap pertama) hingga gejala yang paling parah dan mulai menghambat aktivitas sehari-hari (tahap 7).

Pemeriksaan Alzheimer

Ketika memutuskan untuk menemui dokter, penting bagi pasien dan keluarga pasien dalam memberikan penjelasan seperti apa bentuk gejala yang terjadi pada pasien.

Informasi mengenai gejala dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar sehari-hari menjadi pertimbangan dokter dalam membuat hasil diagnosa.

Namun selain penyebutan gejala, beberapa metode pemeriksaan berikut umumnya akan perlu dilalui oleh pasien [4,5,6,7] :

  • Tes Darah

Pemeriksaan darah dilakukan oleh dokter untuk mengetahui apakah terdapat masalah kekurangan vitamin pada tubuh pasien ataupun gangguan tiroid.

Hal ini karena salah satu dari kondisi tersebut mampu menyebabkan kebingungan pada pasien serta kehilangan ingatan.

Ini menjadi alasan dokter untuk memastikan sehingga dapat mengeliminasi berbagai potensi gangguan kesehatan lain selain Alzheimer.

  • Pemeriksaan Fisik dan Neurologis

Pemeriksaan fisik juga menjadi metode yang dilakukan dokter untuk juga memeriksa kesehatan neurologis pasien.

Dokter perlu memeriksa kekuatan dan tonus otot pasien, refleks, keseimbangan tubuh, koordinasi tubuh, kemampuan bangkit dari posisi duduk dan berjalan, serta kemampuan melihat dan mendengar.

Tes pemindaian pada otak terutama dengan metode MRI atau CT scan diperlukan bila dokter ingin mengetahui apakah terjadi penyusutan otak, timbul tumor, terdapat cedera kepala, dan/atau kondisi stroke.

  • PET Scan

PET scan adalah metode pemeriksaan yang perlu ditempuh pasien untuk mengetahui dengan jelas apakah gejala mengarah pada penyakit Alzheimer atau justru demensia.

PET scan sangat bermanfaat ketika gejala yang dialami pasien pun sangat mirip dengan gejala demensia.

  • Pemeriksaan Neuropsikologis dan Status Mental

Dokter akan menerapkan tes lanjutan bagi pasien untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir dan juga mengevaluasi daya ingat pasien.

Salah satu bentu dari tes neuropsikologis adalah memeriksa fungsi mental pasien yang kemudian dibandingkan dengan orang lain yang memiliki tingkat pendidikan maupun usia yang hampir sama dengan pasien.

  • Pungsi Lumbal

Metode pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter dengan mengambil sampel cairan dari celah tulang maupun otak.

Tujuan pungsi lumbal adalah untuk mendeteksi keberadaan infeksi otak pada pasien yang kemudian memicu gangguan fungsi otak serta berakibat pada Alzheimer.

Tinjauan
Tes darah, pemeriksaan fisik dan neurologis, pungsi lumbal, serta tes pemindaian (MRI, CT, ataupun PET scan) adalah metode-metode pemeriksaan yang umumnya dilakukan dokter untuk memastikan gejala mengarah pada Alzheimer.

Penanganan Alzheimer

Metode penanganan Alzheimer rata-rata adalah melalui pemberian obat-obatan serta terapi bagi pasiennya.

Melalui Obat-obatan

Pemberian obat-obatan di bawah ini pada pasien Alzheimer biasanya bertjuan agar gejala pikun atau penurunan daya ingat dapat diatasi, begitu pula gejala kognitif lainnya [4,5,6,7].

  • Memantine : Jenis obat ini biasanya diresepkan bagi pasien dengan gejala sedang hingga parah di mana tujuannya membuat perkembangan gejala Alzheimer terhambat. Namun sebagai efek samping penggunaan, pasien dapat mengalami linglung dan rasa pusing.
  • Cholinesterase Inhibitors : Jenis obat ini sangat dapat membantu meredakan gejala berupa perilaku agresif dan juga depresi yang dialami penderita. Namun sebagai efek samping penggunaan, penurunan nafsu makan, mual, gangguan tidur, hingga diare dapat terjadi.
  • Antidepresan : Ada kemungkinan dokter meresepkan pula antidepresan untuk mengendalikan gejala perilaku agresif serta depresi yang dialami oleh pasien.
  • Suplemen Vitamin E : Sebuah hasil studi menyatakan bahwa asupan vitamin E mampu mencegah gangguan mental meski masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Konsultasikan dengan dokter apakah perlu mengonsumsi suplemen vitamin E sebagai penanganan Alzheimer.

Melalui Terapi

Tak hanya obat-obatan, dokter kemungkinan merekomendasikan psikoterapi untuk mengatasi gejala Alzheimer yang berkaitan dengan gangguan psikologis [6,7].

Terapi perilaku kognitif dan relaksasi adalah dua jenis terapi yang akan membantu pasien dalam mengatasi depresi, kecemasan, delusi ataupun halusinasi.

Sementara itu, stimulasi kognitif adalah terapi yang akan mengembalikan kemampuan pasien dalam memecahkan masalah, berkomunikasi serta mengingat.

Melalui Perubahan Kebiasaan dan Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup pasien juga turut berkontribusi dalam pemulihan tubuh dari Alzheimer.

Dalam perubahan kebiasaan dan gaya hidup, pasien memerlukan pertolongan dari orang-orang terdekat di sekitarnya, baik keluarga maupun sahabat, seperti [4,5,6,7,9]:

  • Memasang alarm pada ponsel untuk mengingatkan hal-hal sederhana hingga hal-hal penting.
  • Meminta tolong orang serumah untuk mengingatkan rencana atau acara yang akan dilakukan atau digelar.
  • Mencatat hal-hal yang hendak dilakukan lalu menempelkannya pada area-area atau benda yang mudah terlihat.
  • Mengatur perabotan rumah dengan meletakkannya di tempat yang tak akan berbahaya bagi pasien Alzheimer.
  • Mengurangi jumlah cermin yang ada di dalam rumah supaya tidak membuat pasien Alzheimer cemas, takut ataupun bingung.
  • Menempelkan kertas penanda atau label pada tiap wadah (khususnya yang tertutup) supaya tidak keliru mengonsumsi karena sudah tahu apa isi di dalamnya; tak hanya makanan ataupun obat, benda-benda besar seperti lemari pakaian dan laci pun dapat ditempel label.
  • Menyimpan kontak keluarga, teman, maupun orang-orang tertentu pada ponsel atau buku tertentu, letakkan di tempat yang pasien mudah lihat supaya dapat lebih mudah mengingatnya.
Tinjauan
Penanganan Alzheimer adalah terdiri dari pemberian obat-obatan pereda gejala dan/atau suplemen vitamin E, terapi khusus untuk fisik dan mental pasien, serta perubahan gaya hidup dan kebiasaan yang menjadi lebih sehat.

Komplikasi Alzheimer

Alzheimer berpotensi mengakibatkan berbagai macam kondisi komplikasi, khususnya bila penderita tengah mengalami kondisi medis lain ataupun sedang menjalani pengobatan tertentu.

Berikut ini adalah sejumlah kondisi yang dianggap sebagai komplikasi serius pada penderita Alzheimer [6,7] :

  • Gangguan keseimbangan tubuh.
  • Sulit menelan.
  • Tidak mampu mengendalikan buang air.
  • Dehidrasi
  • Kurang gizi.
  • Patah tulang.
  • Mudah terjatuh.
  • Penyakit infeksi
  • Tersedak dan berakibat pada pernafasan yang terganggu.

Komplikasi paling berbahaya dan diketahui menjadi penyebab meninggalnya penderita Alzheimer adalah infeksi paru serta kurang gizi.

Pencegahan Alzheimer

Alzheimer adalah jenis penyakit yang dapat dicegah sedari usia muda.

Pola hidup baik, sehat dan seimbang dapat menjadi upaya pencegahan Alzheimer yang dilakukan, yaitu seperti [4,6,8] :

  • Tidur Cukup

Karena pola tidur yang buruk dapat meningkatkan risiko Alzheimer, memiliki waktu tidur cukup sangat dianjurkan untuk mencegah Alzheimer.

Peningkatan kualitas tidur dan menghindari terlalu sering begadang sangat baik untuk meningkatkan juga fungsi kerja otak.

Diet Mediterania telah terbukti mampu memperlambat progres Alzheimer maupun mencegahnya.

Diet Mediterania ini adalah metode diet yang berfokus pada buah-buahan dan sayur, begitu juga dengan sumber makanan lain yang menyehatkan.

Selain sayur dan buah, penting untuk mengonsumsi telur, daging unggas (secukupnya), produk olahran susu, ikan, kacang-kacangan, minyak zaitun, daging merah (hanya sekali-sekali), maupun gandum utuh.

  • Bersosialisasi dengan Orang Lain

Memiliki kontak sosial atau berinteraksi dan mengobrol dengan orang lain sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari dalam mencegah Alzheimer.

Dalam obrolan dengan orang lain, seseorang mampu mendapat informasi, melakukan observasi, maupun membiarkan otak bekerja dengan maksimal untuk kemampuan berpikir, mengingat dan bicara.

  • Mempelajari Hal-hal Baru

Dalam mencegah Alzheimer, aktivitas yang menstimulasi otak sangat diperlukan.

Bermain games yang mengasah otak, mempelajari bahasa asing, ataupun kegiatan-kegiatan lain yang membuat otak aktif akan membantu fungsinya tetap baik.

  • Olahraga

Aktivitas fisik membantu memperlambat perkembangan risiko Alzheimer.

Jenis olahraga seperti aerobik yang dilakukan selama 30 menit 3-4 kali dalam seminggu adalah yang paling dianjurkan, khususnya oleh Dr. Gad Marshall dari Center for Alzheimer Research and Treatment di Brigham and Women’s Hospital.

Tinjauan
Memiliki pola hidup yang sehat seperti diet Mediterania, tidur cukup setiap hari, olahraga rutin, mempelajari banyak hal baru, serta bersosialisasi dengan orang lain adalah cara terbaik dalam meminimalisir maupun menghambat perkembangan Alzheimer.

1) Anonim. 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menkes: Lansia yang Sehat, Lansia yang Jauh dari Demensia.
2) Anonim. Alzheimer's Association. Younger/Early-Onset Alzheimer's.
3)Barry Reisberg, M.D. Clinical Stages of Alzheimer’s. The Fisher Center for Alzheimer's Research Foundation.
4) Jason Weller & Andrew Budson. 2018. PubMed Central - US National Library of Medicine National Institutes of Health. Current understanding of Alzheimer’s disease diagnosis and treatment.
5) Anil Kumar; Jaskirat Sidhu; Amandeep Goyal; & Jack W. Tsao. 2020. National Center for Biotechnology Information. Alzheimer Disease.
6) Anonim. 2018. National Health Service. Overview-Alzheimer's disease.
7) Anonim. 2019. National Institute of Aging. Alzheimer's Disease Fact Sheet.
8) Harvard Health Publishing. 2017. Harvard Medical School. What can you do to avoid Alzheimer’s disease?
9) Giorgio La Fata, Peter Weber & M. Hasan Mohajeri. 2014. Multidisciplinary Digital Publishing Institute. Effects of Vitamin E on Cognitive Performance during Ageing and in Alzheimer’s Disease.

Share