Tinjauan Medis : dr. Hadian Widyatmojo, SpPK
Amebiasis adalah istilah umum untuk menjelaskan infeksi yang disebabkan oleh amuba. Penyebab utamanya adalah parasit Entamoeba Hystolytica yang masuk melalui saluran cerna manusia oleh karena makanan yang
Daftar isi
Amebiasis merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh parasit bersel satu yang disebut dengan Entamoeba histolytica [1,2,3,4,5].
Kondisi infeksi ini biasanya dapat menyerang tanpa menimbulkan gejala, namun ada pula yang mengalami keluhan ringan hingga berat.
Umumnya, amebiasis dengan gejala membuat penderitanya mengalami nyeri perut, diare atau diare berdarah.
Tinjauan Amebiasis adalah kondisi infeksi oleh parasit Entamoeba histolytica yang ditandai umumnya dengan nyeri perut dan diare. Pada kondisi yang lebih serius, diare berdarah dapat menjadi keluhannya.
Penyebab utama amebiasis adalah parasit bersel satu Entamoeba histolytica.
Namun selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang mampu meningkatkan risiko terkena amebiasis, yaitu [3] :
Bagaimana Entamoeba histolytica dapat menginfeksi manusia?
Parasit Entamoeba histolytica hanya dapat aktif dan bertahan di dalam tubuh manusia dan beberapa kondisi di bawah inilah yang meningkatkan risiko penyebaran amebiasis [2,3,4].
Parasit Entamoeba histolytica yang berhasil masuk ke dalam tubuh manusia biasanya akan bertahan di dalam usus kemudian menyebabkan infeksi.
Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, biasanya larva Entamoeba histolytica justru teraktivasi yang padahal sebelumnya larva Entamoeba histolytica dalam kondisi tidak aktif saat ada di pupuk, tinja, tanah maupun air.
Ketika larva yang semula tidak aktif menjadi aktif, ia akan kemudian secara lebih mudah berkembang biak pada saluran pencernaan penderita.
Larva ini pun akan bertahan di dinding usus besar setelah bergerak dari saluran pencernaan ke usus besar.
Tinjauan Entamoeba histolytica adalah jenis parasit yang menyebabkan amebiasis. Risiko seseorang terkena infeksi amebiasis ini menjadi lebih tinggi ketika berada di suatu wilayah tropis dengan tingkat kebersihan yang rendah.
Parasit Entamoeba histolytica umumnya dapat bertahan di dalam tubuh manusia selama berminggu-minggu hingga bertahun-tahun tanpa orang tersebut menyadarinya.
Seringkali walau parasit sudah berada di dalam tubuh, tidak ada gejala yang ditimbulkan sama sekali.
Hanya kurang lebih 10-20% orang yang terinfeksi oleh Entamoeba histolytica akan mengalami keluhan gejala ringan seperti [2,3,4,5] :
Namun pada beberapa kasus lainnya, gejala yang lebih parah dapat terjadi pada penderitanya, yaitu seperti [5] :
Entamoeba histolytica pun dapat menyerang liver (organ hati penderita lalu menyebabkan abses (timbulnya nanah pada liver) [1].
Hanya saja, timbulnya gejala berupa abses ini sangat jarang, namun tetap perlu diwaspadai.
Walau pada umumnya penderita amebiasis tidak bergejala, beberapa orang dengan amebiasis dapat mengalami gejala dengan masa inkubasi antara 2-4 minggu.
Namun untuk gejalanya sendiri, keluhan dapat dialami oleh penderita selama beberapa hari hingga beberapa bulan.
Tinjauan Umumnya amebiasis tidak menimbulkan gejala, namun bila pun ada, penderita utamanya akan mengalami diare, sakit perut dan kelelahan. Pada kondisi yang sudah parah, diare berdarah, muntah, demam hingga abses dapat terjadi.
Bila gejala sudah cukup buruk, maka penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Dokter umumnya akan menerapkan beberapa metode diagnosa seperti berikut ini :
Dokter akan meminta pasien untuk memberikan sampel feses dan biasanya dokter akan meminta tidak hanya satu sampel saja [1,3,4,5].
Entamoeba histolytica adalah jenis parasit yang cukup sulit terdeteksi dan kemungkinan tidak dapat diketahui keberadaannya hanya dengan pemeriksaan satu sampel feses saja.
Oleh sebab itu, dokter akan meminta pasien memberikan beberapa sampel feses dari beberapa hari yang berbeda.
Bahkan diagnosa dengan memeriksa sampel tinja pasien terkadang tidak cukup menolong karena parasit Entamoeba histolytica cukup mirip dengan beberapa jenis parasit dan sel lain saat diperiksa di bawah mikroskop.
Inilah yang terkadang memicu pula salah diagnosa, seperti seseorang seharusnya bukan terinfeksi oleh Entamoeba histolytica melainkan oleh Entamoeba dispar misalnya karena kemiripan kedua jenis parasit tersebut.
Selain tes sampel tinja atau feses, dokter kemungkinan akan meminta pasien menempuh pemeriksaan pemindaian seperti CT scan [1,5].
Tujuan pemeriksaan dengan metode ini adalah agar dokter bisa mengevaluasi amebiasis ekstraintestinal.
Dokter dapat pula meminta pasien menempuh pemeriksaan darah untuk mengetahui beberapa kondisi, seperti anemia ringan, kadar sel darah putih, laju endap darah, peningkatan enzim transaminase dan bilirubin, serta eosinofilia (kadar eosinofil pada plasma darah) [1,3,5].
Tes darah lengkap dapat mengonfirmasi pula apakah infeksi sudah menyebar hingga saluran pencernaan maupun organ-organ tubuh vital lainnya, termasuk pada liver.
Hanya saja, tes darah untuk amebiasis rata-rata akan positif bila sebelumnya pasien pernah mengalami amebiasis.
Itulah mengapa tes darah dapat menunjukkan hasil yang salah, seperti hasil positif yang keluar padahal tubuh pasien tidak terinfeksi hanya karena pasien memiliki riwayat amebiasis.
Ultrasound adalah metode tes pencitraan dengan memanfaatkan gelombang suara yang bertujuan membantu dokter dalam mendeteksi adanya kondisi abses pada liver pasien [1].
Walau abses tergolong sangat jarang terjadi pada kondisi amebiasis, namun tidak ada salahnya untuk memastikan hal ini melalui tes ultrasound.
Metode pemeriksaan seperti tes kultur kemungkinan juga diperlukan untuk dokter dapat mendeteksi keberadaan mikroorganisme pada darah pasien [1].
Tes ini dapat diterapkan oleh dokter dari spesimen biopsi dubur atau tinja. Hanya saja tingkat akurasi atau keberhasilan melalui pemeriksana ini rata-rata adalah 60% saja.
Metode pemeriksaan ini pun kemungkinan diperlukan untuk dokter dapat mengecek kondisi usus besar pasien [1].
Biasanya dokter menyarankan pasien menempuh kolonoskopi jika tes sampel feses menunjukkan hasil negatif untuk amebiasis namun dokter masih memiliki kecurigaan terhadap kondisi amebiasis.
Tinjauan Rangkaian metode pemeriksaan yang diperlukan untuk mendiagnosa amebiasis adalah tes sampel tinja/feses, tes darah, CT scan, ultrasound, tes kultur, dan kolonoskopi.
Dalam menangani amebiasis, terdapat dua jenis metode, yaitu melalui penggunaan obat dan operasi.
Dokter akan menentukan langkah penanganan yang tepat sesuai dengan tingkat keparahan kondisi gejala pasien.
Dokter umumnya meresepkan obat jenis antibiotik. Dokter dapat memberikan resep satu jenis antibiotik saja bagi penderita amebiasis yang tidak menimbulkan gejala serius [1,3,4].
Namun dokter kemungkinan besar akan meresepkan lebih dari satu jenis antibiotik bila gejala yang dialami cukup parah.
Tinidazole dan/atau metronidazole adalah jenis obat yang diresepkan pada umumnya sebagai penanganan terhadap amebiasis.
Selain itu, paromomycin dan diloxanide furoate pun dapat menjadi alternatif karena mampu mengobati infeksi parasit, baik itu amebiasis maupun cacingan.
Langkah operasi menjadi opsi terakhir bagi pasien amebiasis dan akan direkomendasikan oleh dokter ketika pengobatan antibiotik kurang efektif [1].
Jika terjadi perdarahan pada usus atau saluran pencernaan karena amebiasis, termasuk juga kondisi abses hati yang sudah serius, maka langkah operasi perlu ditempuh.
Sekalipun amebiasis berhasil ditangani dengan obat-obatan antibiotik maupun operasi, risiko bahwa infeksi dapat kembali menyerang sangat tinggi.
Para penderita amebiasis perlu tetap waspada walaupun angka mortalitas usai perawatan tidak lebih dari 1% menandakan bahwa infeksi ini tidak terlalu mengancam.
Tinjauan Obat antibiotik (tinidazole dan/atau metronidazole serta paromomycin dan diloxanide furoate) umumnya diresepkan oleh dokter sebagai penanganan utama amebiasis. Namun bila obat tidak efektif, terjadi perdarahan saluran pencernaan ataupun abses, dokter akan merekomendasikan prosedur operasi.
Kasus amebiasis rata-rata tidaklah mengancam jiwa penderitanya dan sangat jarang menimbulkan komplikasi.
Namun bila amebiasis tidak segera ditangani, terabaikan, atau tidak memperoleh penanganan yang tepat, maka beberapa komplikasi berikut dapat menjadi ancaman [1,5] :
Tinjauan Komplikasi umum dari amebiasis adalah abses hati dan perdarahan usus, namun beberapa kondisi lain seperti perforasi usus, penyebaran parasit hingga ke organ lain, rectovaginal fistula, ameboma, dan empiema pun perlu dicegah.
Infeksi amuba atau parasit dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri.
Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalisir risiko terinfeksi Entamoeba histolytica [1,3,4,5] :
Tinjauan Pencegahan utama yang bisa dilakukan agar tidak terkena infeksi Entamoeba histolytica dan menderita amebiasis adalah dengan menjaga kebersihan dan menjaga diri, terutama saat sedang berwisata ke suatu wilayah tropis.
1) Hassam Zulfiqar, George Mathew & Shawn Horrall. 2019. National Center for Biotechnology Information. Amebiasis.
2) Anonim. World Health Organization. Amoebiasis.
3) Anonim. 2015. Centers for Disease Control and Prevention. Amebiasis.
4) Anonim. 2017. New York State Department of Health. Amebiasis (amebic dysentery).
5) Jatin M. Vyas, MD, PhD, David Zieve, MD, MHA, & Brenda Conaway. 2018. Medline Plus. Amebiasis.
6) Anorital & Lelly Andayasari. 2011. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kajian Epidemiologi Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan yang Disebabkan oleh Amuba di Indonesia.