Daftar isi
Anhidrosis adalah kondisi ketika seseorang berada di cuaca panas dan beraktivitas padat namun sama sekali tidak berkeringat [1,2].
Itu artinya, tubuh sedang mengalami gangguan atau kelainan pada proses produksi keringat sehingga keringat tidak terhasilkan secara normal [1,2].
Anhidrosis ini dapat terjadi pada bagian tubuh tertentu atau bahkan di seluruh tubuh penderitanya [1,2]
Saat keringat tidak keluar dari tubuh saat terpapar suhu panas atau melakukan banyak kegiatan, itu artinya kelenjar keringat mengalami suatu gangguan pada fungsinya [1,2].
Atau, ada kalanya gangguan pada kelenjar keringat merupakan sebuah kondisi bawaan lahir yang sama sekali tak dapat dicegah [1,2].
Berikut ini adalah beberapa faktor yang mampu menyebabkan atau memicu anhidrosis :
Anhidrosis umumnya menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut [1,2] :
Kasus anhidrosis antar penderitanya bisa berbeda-beda, sebab ketidakmampuan keringat keluar secara normal bisa terjadi pada salah satu atau beberapa bagian tubuh saja maupun seluruh bagian tubuh [1,2].
Namun semakin banyak area tubuh yang mengalami gejala anhidrosis, akan semakin sulit pula untuk mendinginkan tubuh [1,2].
Ketika area tubuh sebagian besar mengalami anhidrosis, melakukan aktivitas fisik terlalu banyak atau berada di tempat dnegan cuaca panas akan memicu [1,2] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Segera cari pertolongan medis atau setidaknya lakukan konsultasi dengan dokter ketika tubuh sangat jarang berkeringat.
Bila tubuh kesulitan mengeluarkan keringat bahkan dengan aktivitas fisik sangat banyak, olahraga intensitas tinggi, atau cuaca sangat panas, hal ini tergolong tidak normal.
Deteksi dan penanganan dini jauh lebih baik untuk meminimalisir risiko komplikasi.
Ketika memeriksakan diri ke dokter, biasanya dokter dapat mengambil kesimpulan sementara bahwa kondisi pasien adalah anhidrosis berdasarkan gejala yang nampak.
Namun, berikut ini adalah beberapa metode pemeriksaan yang tetap perlu pasien tempuh untuk memastikan kondisi anhidrosis.
Dokter perlu lebih dulu memeriksa kondisi gejala fisik pasien melalui pemeriksaan fisik [1,2].
Selain itu, dokter juga akan menanyakan riwayat medis pasien sekaligus keluarga pasien [1,2].
Pasien pun perlu menginformasikan tentang riwayat pengobatan yang pernah atau sedang dijalaninya sekalipun mungkin dokter terlewat menanyakan hal tersebut [1,2].
Tes keringat atau juga dikenal dengan istilah tes keringat termoregulatori adalah metode diagnosa di mana dokter akan melapisi kulit pasien dengan bubuk khusus [2].
Bubuk ini mampu berubah warna ketika terkena keringat, maka jika dilumurkan pada kulit pasien, dokter baru dapat memastikan anhidrosis jika tubuh pasien mengeluarkan keringat sehingga bubuk berubah warna [2].
Setelah proses pembaluran bubuk ini, dokter akan membawa pasien ke ruang khusus untuk meningkatkan suhu tubuh [2].
Pemeriksaan ini hanya akan dilakukan sekali dan dokter mendokumentasikan hasilnya melalui foto digital [2].
Biopsi kulit pada beberapa kasus dapat membantu dokter untuk mendiagnosa anhidrosis [1,2].
Pada tes ini, dokter akan mengambil sampel jaringan kulit pasien atau kelenjar keringat pasien [1,2].
Sampel ini kemudian dianalisa di laboratorium untuk mengetahui adanya gangguan atau kelainan [1,2].
Ketika anhidrosis hanya memengaruhi satu atau sebagian kecil bagian tubuh, maka biasanya tidak memerlukan penanganan medis khusus [1,2].
Namun bila sebagian besar anggota tubuh mengalami anhidrosis, penanganan perlu diberikan secepatnya sesuai dengan kondisi yang mendasarinya [1,2].
Jika tidak mendapat penanganan, anhidrosis yang terjadi pada sebagian besar atau seluruh tubuh ini lama-kelamaan akan mengancam jiwa penderitanya [1,2].
Berikut ini merupakan metode-metode penanganan anhidrosis pada umumnya [1,2] :
Walaupun anhidrosis adalah kondisi yang bisa sembuh sendiri, pada beberapa kasus anhidrosis tetap berbahaya [1,2].
Anhidrosis berpotensi dialami penderita dalam waktu yang lama ditambah adanya kemungkinan keluhan lain yang menyertai.
Jika demikian, segera pastikan memeriksakan diri dan mendapatkan penanganan secepatnya agar komplikasi tidak terjadi.
Bagaimana prognosis anhidrosis?
Seberapa baik prognosis anhidrosis tidak mudah ditentukan karena sangat bervariasi hasilnya pada setiap kasus yang ada [1].
Baik buruknya prognosis anhidrosis tergantung dari faktor penyebab atau faktor risikonya [1].
Jika anhidrosis terjadi sebagai efek samping dari penggunaan obat atau tindakan medis tertentu, biasanya gejala akan hilang setelah pasien berhenti dari pengobatan tersebut [1].
Namun pada kasus anhidrosis karena kelainan genetik, gejala akan bertahan lama dan seumur hidup [1].
Bila pun terdapat pengobatan bagi anhidrosis terkait kelainan bawaan atau genetik, tujuan utama hanya untuk meredakan gejalanya saja [1].
Komplikasi anhidrosis sebenarnya dapat terjadi tergantung dari penyebab kondisi ini [1].
Tingkat keparahan komplikasi yang berhubungan dengan kondisi suhu panas dan sebagainya jauh lebih tinggi [1].
Beberapa risiko komplikasi anhidrosis yang perlu diwaspadai adalah [1,2] :
Hanya saja, heatstroke adalah risiko komplikasi yang paling berat diantara ketiganya [1].
Terlepas dari apapun penyebabnya, heatstroke tetap berpotensi terjadi pada penderita [1].
Sulit untuk mencegah supaya anhidrosis sama sekali tidak terjadi, namun untuk meminimalisir terjadinya gejala agar tidak memburuk, beberapa hal ini dapat dilakukan [1,2] :
1. Chelsea D. Harper & Rene Bermudez. Anhidrosis. National Center for Biotechnology Information; 2021.
2. Cleveland Clinic medical professional. Anhidrosis (Lack of Sweat). Cleveland Clinic; 2021.
3. Uwe Wollina, Theodor Karamfilov, & Helga Konrad. High-dose botulinum toxin type A therapy for axillary hyperhidrosis markedly prolongs the relapse-free interval. Journal of the American Academy of Dermatology; 2002.
4. Andrew Morris & Gaurav Patel. Heat Stroke. National Center for Biotechnology Information; 2021.
5. Glen P Kenny, Thad E Wilson, Andreas D Flouris & Naoto Fujii. Heat exhaustion. Handbook of Clinical Neurology; 2018.
6. Hans R. House, MD. Heat cramps. University of Iowa Hospitals & Clinics; 2018.
7. Carounanidy Udayashankar, P Oudeacoumar, & Amiya Kumar Nath. Congenital insensitivity to pain and anhidrosis: a case report from South India. Indian Journal of Dermatology; 2012.
8. Ece Özdemir Öktem, Şeyda Çankaya, Abdullah Burak Uykur, Nazan Simsek Erdem & Burak Yulug. A rare entity of acquired idiopathic generalised anhidrosis which has been successfully treated with pulse steroid therapy: Does the histopathology predict the treatment response?. Ideggyogyaszati Szemle; 2020.