Bandotan adalah tanaman gulma yang berasal dari Amerika Selatan dan menyebar secara luas hingga ke Indonesia. Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias, pembasmi hama, dan pengobatan tradisional[1].
Daftar isi
Bandotan memiliki nama ilmiah Ageratum Conyzoides dan merupakan anggota keluarga dari Asteraceae. Tanaman ini memiliki banyak penyebutan lain babadotan dan wedusan di Indonesia; billygoat-weed, white weed, atau goatweed dalam bahasa Inggris; atau agerato di Brazil[1].
Bandotan sering dianggap menjadi tanaman pengganggu di perkebunan atau pekarangan rumah serta memiliki bau yang khas dari daun yaitu bau seperti kambing jantan. Ini yang mengakibatkan tanaman ini memiliki panggilan ‘tanaman kambing'[1].
Bandotan merupakan tanaman yang tersebar luas di wilayah tropis hingga subtropis. Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai jenis tanah seperti di pinggir jalan, padang rumput, hutan, tanah kering, lahan terbuka, lahan basah, atau bukit pasir[1].
Beberapa ciri-ciri dari bandotan adalah sebagai berikut[1]:
Bagian dari bandotan yang sering digunakan sebagai pengobatan tradisional adalah daun, tetapi beberapa pengobatan menggunakan bunga dan akar. Kandungan gizi dari daun segar Bandotan adalah sebagai berikut[2]:
Nama | Jumlah | Unit |
---|---|---|
Fosfor | 4.49 | gram/ kilogram |
Kalium | 11.91 | gram/ kilogram |
Natrium | 11.71 | gram/ kilogram |
Magnesium | 0.82 | gram/ kilogram |
Kalsium | 2.21 | gram/ kilogram |
Zat besi | 161.00 | miligram/ kilogram |
Seng (Zinc) | 9.85 | miligram/ kilogram |
Mangan | 0.50 | miligram/ kilogram |
Tembaga | 6.90 | miligram/ kilogram |
Protein mentah | 15.67 | persen |
Lemak kasar | 5.67 | persen |
Serat kasar | 18.24 | persen |
Abu total | 16.72 | persen |
Konten kelembaban | 10.33 | persen |
Karbohidrat | 33.37 | persen |
Lemak | 89.67 | persen |
Beberapa kandungan senyawa dari daun bandotan adalah sebagai berikut[2,3,4,9]:
Kandungan senyawa dari akar adalah alkaloid, flavonoid, HCN, glikosida, fenol, protein, karbohidrat, lemak, dan minyak[17].
Kandungan senyawa dari bunga adalah alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, HCN, glikosida, terpenoid, dan fenol[17].
Kandungan yang dimiliki oleh bandotan memberikan sifat anti mikroba, anti radang, antioksidan, analgesik, anti kanker, dan anti diabetik yang bermanfaat bagi tubuh[5].
Beberapa manfaat dari daun bandotan adalah sebagai berikut:
Ekstrak air daun bandotan telah diuji aman dan ampuh bagi pasien diabetes. Ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan terhadap hewan diabetes yang diberikan ekstrak air daun bandotan. Hewan ini mengalami penurunan kadar gula darah setelah diberikan ekstrak tersebut[2].
Kandungan mineral khususnya magnesium, kalium dan seng serta senyawa aktif khususnya alkaloid dan cardenolide dalam daun bandotan mampu menurunkan kadar gula darah[2].
Kandungan mineral khususnya magnesium, kalium dan seng serta senyawa aktif khususnya alkaloid dan cardenolide dalam daun bandotan mampu mengatasi komplikasi diabetes seperti hipertensi, gangguan pada jantung dan pembuluh darah[2].
Ekstrak daun bandotan telah diuji di Afrika untuk mengatasi pedikulosis yang disebabkan oleh kutu rambut. Senyawa aktif yang dimiliki ekstrak ini teruji ampuh membunuh kutu rambut dan mengatasi pedikulosis pada kepala tanpa efek samping dan iritasi pada kulit kepala terutama bagi anak-anak[3].
Daun bandotan dapat digunakan untuk mengatasi penyakit pedikulosis beserta dengan gejalanya seperti pruritus, urtikaria, dan kesulitan tidur.
Pedikulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit pediculus yang terdapat pada kutu rambut di kepala.
Berdasarkan penelitian, kandungan minyak esensial dari daun bandotan mampu menurunkan aktivitas dan membunuh cacing Skistosoma yang dapat menyebabkan infeksi dalam tubuh yang disebut penyakit skitosomiasis atau sering disebut dengan penyakit demam siput[6].
Kandungan minyak esensial dari daun bandotan telah terbukti dapat membunuh bakteri Staphylococcus aureus dan Bacillus serta menurunkan produksi aflatoksin atau racun pada jamur yang dapat menimbulkan infeksi dalam tubuh[7].
Daun bandotan mampu mengatasi pertumbuhan jamur dalam tubuh dan mengobati berbagai infeksi dalam tubuh yang disebabkan oleh jamur dan bakteri seperti infeksi tenggorokan, infeksi pada usus, dan infeksi pada kandung kemih[7,18].
Daun bandotan juga telah teruji memiliki aktivitas antioksidan yang mampu mencegah radikal bebas untuk merusak sel dalam tubuh, mampu mencegah penuaan dini, dan mampu mengatasi masalah pada kulit[5,7].
Ekstrak daun dan bunga bandotan terbukti mampu untuk melawan parasit Trypanosoma brucei yang dapat menyebabkan penyakit tidur di Afrika[18].
Selain itu, ekstrak daun bandotan juga mampu melawan parasit plasmodium falciparum yang dapat menyebabkan penyakit malaria yang dapat mematikan yaitu malaria tropika. [8]
Berdasarkan penelitian, senyawa flavonoid dalam ekstrak daun bandotan juga mampu melawan parasit Leishmania donovani yang dapat menyebabkan infeksi dalam tubuh atau sering dikenal dengan penyakit leishmaniasis[8].
Ekstrak metanol dari daun bandotan telah diuji dapat menyembuhkan luka pada kulit tikus selama 10 hari masa penelitian. Pada beberapa negara seperti Brazil, daun bandotan telah digunakan untuk mengobati luka luar pada kulit[2,10].
Penelitian dilakukan terhadap tikus yang diberikan ekstrak daun bandotan untuk menguji pengaruh obat terhadap darah. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak daun ini memberikan peningkatan yang signifikan terhadap limfosit. Ini membuktikan bahwa ekstrak daun bandotan dapat mengobati penyakit anemia[11].
Senyawa aktif pada daun bandotan seperti flavonois, triterpenoid, dan alkaloid telah teruji mampu menghambat pertumbuhan kanker dan tumor pada tubuh. Hal ini juga disebabkan oleh sifat antioksidan yang kuat dalam daun bandotan dan mampu menghambat kerusakan dari sel dalam tubuh[12,13].
Ekstrak daun bandotan telah diuji pada tikus yang mengalami keracunan alkohol untuk mengetahui tingkat efektivitas dalam menghambat kerusakan hati akibat alkohol. Hasil menunjukkan bahwa adanya penurunan enzim hati dan stres oksidatif yang disebabkan oleh alkohol sehingga menghambat terjadinya kerusakan hati[14].
Daun bandotan dapat digunakan untuk mengurangi kadar racun alkohol dalam tubuh dan melindungi hati dari kerusakan akibat alkohol[14].
Ekstrak daun bandotan yang dilarutkan dalam air dan diberikan kepada tikus telah dibuktikan mampu meregangkan otot halus usus dan menghambat gangguan pada pencernaan[15].
Daun dan akar bandotan juga telah banyak digunakan untuk mengatasi diare dan nyeri pada perut di Afrika. Di India, daun bandotan telah digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk mengatasi disentri dan perut kembung[2,18].
Ekstrak pada daun bandotan telah diuji mampu mengatasi radang dalam tubuh tikus. Selain itu, ekstrak daun ini juga telah banyak digunakan di Afrika Barat, Asia, Amerika Selatan dan Brazil sebagai pengobatan untuk mengatasi berbagai radang dan nyeri seperti radang usus[16,18].
Ekstrak daun bandotan juga telah diuji dan telah digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk mengurangi rasa sakit dan radang pada sendi[18].
Ekstrak daun dan bunga dari bandotan telah diuji dan digunakan sebagai pengobatan tradisional di Kamerun untuk mengatasi sakit gigi[19].
Selain itu, ekstrak daun dan akar bandotan telah digunakan di berbagai negara seperti India, Brazil, Vietnam, dan Afrika untuk menurunkan demam[18].
Ekstrak daun bandotan telah digunakan di Tanzania sebagai pengobatan tradisional untuk mengatasi infeksi pada mata dan gangguan penglihatan[20].
Di beberapa negara di Afrika, ekstrak daun bandotan telah digunakan untuk mengatasi asma, pneumonia, dan masalah buang air kecil[18].
Ekstrak daun bandotan telah digunakan dan diuji di India untuk mengatasi masalah prostat pada pria serta gangguan menstruasi dan kandungan pada wanita[18].
Berdasarkan beberapa pengujian terhadap tanaman, ditemukan beberapa efek samping dari penggunaan tanaman herbal ini yaitu:
Beberapa pasien di India terkena alergi serbuk sari dari bunga bandotan saat menggunakan tanaman ini sebagai pengobatan tradisional. Reaksi alergi dapat terjadi bagi pasien yang memiliki alergi terhadap bunga[18].
Sekelompok tikus diberikan air ekstrak daun bandotan sebanyak 500-1000 mg/ hari selama 90 hari dan ditemukan beberapa tikus yang memiliki gangguan pada hati, ginjal, darah, bahkan mati.
Senyawa alkaloid menjadi racun dalam tubuh bila digunakan setiap hari dan menyebabkan kerusakan pada hati, ginjal dan darah. Jadi, ekstrak daun bandotan tidak disarankan untuk digunakan setiap hari[21].
Berdasarkan penelitian di Cina, senyawa alkaloid dalam tanaman bandotan dapat menumbuhkan tumor dalam tubuh bila dikonsumsi secara berlebihan atau setiap hari[22].
Beberapa cara penggunaan tanaman bandotan adalah sebagai berikut:
Daun bandotan diremas atau ditumbuk. Lalu, daun ini dapat langsung digunakan untuk ditempelkan pada luka kulit, dada untuk meredakan sesak, dan perut bayi untuk meredakan perut kembung[18].
Di Indonesia, daun yang sudah ditumbuk terkadang dicampur dengan minyak goreng atau kapur dan digunakan untuk luka pada kulit.
Daun atau bunga bandotan dicuci dan dikeringkan pada ruangan terbuka selama tiga hari. Lalu, dikeringkan lagi pada oven dengan suhu 45 celsius atau dapat dikeringkan pada wajan panas tanpa minyak. Daun atau bunga kering tersebut ditumbuk dan diayak[3].
Serbuk daun atau bunga bandotan dapat diseduh dengan air mendidih lalu disaring dan diminum untuk mengatasi gangguan pencernaan, penyakit tidur, infeksi, radang, demam, mencegah kerusakan hati, diabetes, serta hipertensi.
Serbuk daun atau bunga bandotan juga dapat digunakan sebagai obat sikat, obat kumur atau digosokkan pada gigi untuk mengatasi sakit gigi[19].
Daun bandotan yang segar dicuci dengan bersih dan direbus bersama air hingga mendidih. Air seduhan daun bandotan ini diminum untuk sakit pada dada, malaria, demam, dan gangguan pada kardiovaskular[18].
Akar bandotan ditumbuk lalu direbus dengan air hingga mendidih. Air seduhan tersebut disaring dan diminum untuk mengatasi diare pada bayi dan serbuk akar dapat dioleskan pada tubuh bayi untuk menurunkan demam[18].
Serbuk daun bandotan dapat dicampur dengan etanol pada wadah tertutup. Lalu, didiamkan selama 2-3 hari sambil dikocok sebanyak 2-3 kali dalam sehari. Setelah itu, campuran tersebut dapat disaring dan dibiarkan sebentar agar alkohol menguap dan terpisah dari minyak. Lalu, minyak esensial tersebut dapat digunakan untuk mengobati radang, nyeri, dan demam[7].
Daun bandotan yang masih segar dicuci dengan bersih dan diremukkan bersama dengan air atau dapat menggunakan blender. Lalu, daun tersebut diperas dan airnya dapat dijadikan obat tetes untuk mengatasi infeksi pada mata dan gangguan penglihatan[20].
Daun, bunga atau akar bandotan yang telah diambil dari ladang atau tempat penanaman, dapat disimpan di ruang terbuka, dengan udara dan sinar yang cukup, dan tidak disimpan di kulkas[1].
Untuk serbuk daun atau bunga bandotan serta minyak esensial, disimpan dalam wadah tertutup, kering, diletakkan dalam suhu ruangan, dan tidak disimpan di kulkas[3,7].
Bandotan adalah tanaman yang memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan. Namun, penggunaannya disarankan dengan ijin dokter khususnya untuk pasien dengan penyakit kronis karena tanaman ini memiliki efek samping yang berbahaya.
1) Anonim. Ageratum conyzoides (billy goat weed). CAB International Invasive Species Compendium. Diakses 2020.
2) O.S Agunbiade, O.M Ojezele, J.O Ojezele & A.Y Ajayi. Hypoglycaemic activity of commelina africana and ageratum conyzoides in relation to their mineral composition. Uganda: African Health Sciences Makere medical School. 2012.
3) Sunita Shailajan, Priyanka Wadke, Harshvardhan Joshi & Bhavesh Tiwari. Evaluation of quality and efficacy of an ethnomedicinal plant Ageratum conyzoides L. in the management of pediculosis. India: Elsevier. 2013.
4) O Ekundayo, I Laakso & R Hiltunen. Essential Oil of Ageratum Conyzoides. New York: Planta medica. 1988.
5) Neelam Yadav, Showkat Ahmad Ganie, Bijender Singh, Anil K Chhillar & Surender Singh Yadav. Phytochemical Constituents and Ethnopharmacological Properties of Ageratum Conyzoides L. India : Phytotherapy Research. 2019.
6) Nathalya I de Melo, Lizandra G Magalhaes, Carlos E de Carvalho, Kamila A L Wakabayashi, Gabriela de P Aguiar, Rafael C Ramos, Andre L L Mantovani, Izabel C C Turatti, Vanderlei Rodrigues, Milton Groppo, Wilson R Cunha, Rodrigo C S Veneziani & Antônio E M Crotti. Schistosomicidal Activity of the Essential Oil of Ageratum Conyzoides L. (Asteraceae) Against Adult Schistosoma Mansoni Worms. Brazil : Molecules Natural Products Chemistry. 2011.
7) Rajaram P Patil, Mansingraj S Nimbalkar, Umesh U Jadhav, Vishal V Dawkar & Sanjay P Govindwar. Antiaflatoxigenic and Antioxidant Activity of an Essential Oil From Ageratum Conyzoides L. Journal of the Science of Food and Agriculture. 2010.
8) Amal M M Nour, Sami A Khalid, Marcel Kaiser, Reto Brun, Wai'I E Abdalla & Thomas J Schmidt. The Antiprotozoal Activity of Methylated Flavonoids From Ageratum Conyzoides L. Journal of Ethnopharmacology Elsevier. 2010.
9) Juliana H C Nogueira, Edlayne Gonçalez, Silvia R Galleti, Roseane Facanali, Márcia O M Marques & Joana D Felício. Ageratum Conyzoides Essential Oil as Aflatoxin Suppressor of Aspergillus Flavus. International Journal of Food Microbiology Elsevier. 2010.
10) O W Oladejo, I O Imosemi, F C Osuagwu, O O Oyedele, O O Oluwadara, O E Ekpo, A. Aiku, O. Adewoyin & E. E. U Akang. A Comparative Study of the Wound Healing Properties of Honey and Ageratum Conyzoides. African Journal of Medicine and Medical Sciense. National Institute of Health. 2003.
11) S.O Ita, O.E Etim, E.E Ben & O.F Ekpo. Haematopoietic Properties of Ethanolic Extract of Ageratum Conyzoides (Goat Weed) in Albino Rats. Nigeria : Nigerian Journal of Physiological Sciences. 2007.
12) Zeyan Lin, Yanyan Lin, Jinxing Shen, Meijiao Jiang & Youming Hou. Flavonoids in Ageratum conyzoides L. Exert Potent Antitumor Effects on Human Cervical Adenocarcinoma HeLa Cells In Vitro and In Vivo. China : BioMed Research International. 2020.
13) A. H. Adebayo, N. H. Tan, A. A. Akindahunsi, G. Z. Zeng & Y. M. Zhang. Anticancer and antiradical scavenging activity of Ageratum conyzoides L. (Asteraceae). China : Pharmacognosy Magazine. 2010.
14) B. Ogunlade, O. E. Yama, L. C. Saalu & A. B. Clement. Ageratum Conyzoides Attenuates Alcohol Induced Liver Toxicity in Male Wistar Rats. Nigeria : Nigerian Quarterly Journal of Hospital Medicine. 2013.
15) M.J.Silva, F. R Capaz & M. R Vale. Effects of the Water Soluble Fraction From Leaves of Ageratum Conyzoides on Smooth Muscle. Phytotherapy Research. National Institute of Health. 2000.
16) Silvana Virgínia Gagliotti Vigil de Mello, Julia Salvan da Rosa, Bruno Matheus Facchin, Ana Beatriz Gobbo Luz, Geison Vicente, Larissa Gabriela Faqueti, Daniela Weingartner Rosa, Maique Weber Biavatti & Tânia Silvia Fröde. Beneficial Effect of Ageratum Conyzoides Linn (Asteraceae) Upon Inflammatory Response Induced by Carrageenan Into the Mice Pleural Cavity. Brazil : Elsevier. 2016.
17) Amadi, B. A., Duru, M.K.C., & Agomuo, E.N. Chemical profilesof leaf, stem, root and flower of Ageratum conyzoides. Nigeria : Asian Journal of Plant Science and Research. 2012.
18) Anjoo Kamboj & Ajay Kumar Salua. Ageratum conyzoides L.: A review on its phytochemical and pharmacological profile. India : International Journal of Green Pharmacy. 2008.
19) Michael Ashu Agbor & Sudeshni Naidoo. Ethnomedicinal Plants Used by Traditional Healers to Treat Oral Health Problems in Cameroon. National Institute of Health. 2015.
20) Sheila Maregesi M, Bakari Kauke, Godeliver Kagashe & Reuben Kaali. Traditional Eye Medicines in Tanzania: Products, Health Risk Awareness and Safety Evaluation. Tanzania : Herbal Medicine Insight Medical Publishing Journal. 2016.
21) Aboudoulatif Diallo, Kwashie Eklu-Gadegbeku, Koffi Amegbor, Amegnona Agbonon, Kodjo Aklikokou, Edmond Creppy & Messanvi Gbeassor. In Vivo and in Vitro Toxicological Evaluation of the Hydroalcoholic Leaf Extract of Ageratum Conyzoides L. (Asteraceae). Elsevier. 2014.
22) Peter P. Fu, Ya-Chen Yang, Qingsu Xia, M.W. Choi, Y.Y. Cui & G. Lin. Pyrrolizidine Alkaloids - Tumorigenic Components in
Chinese Herbal Medicines and Dietary Supplements. Vol. 10, No 4. Hongkong : Journal of Food and Drug Analysis. 2002.