Penyakit Tidur : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Penyakit Tidur?

Penyakit tidur atau human African trypanosomiasis adalah jenis penyakit menular yang menyerang sistem saraf manusia dan disebabkan oleh lalat Tsetse (Glossina Genus) [1,2,3,4,5,6].

Jenis lalat ini lebih banyak dijumpai di Afrika dan penderita yang mengalami penyakit ini akan mengalami gangguan tidur.

Tidak hanya itu, pada kondisi yang lebih parah, penderita bahkan akan koma dan meninggal.

Istilah lain bagi penyakit ini adalah sleeping sickness di mana kondisi ini berbeda dari gangguan tidur seperti hipersomnia atau bahkan narkolepsi.

Tidur panjang penderita disebabkan oleh gigitan parasit kecil yang kemudian menginfeksi otak manusia.

Penyakit tidur ini dapat berakibat fatal ketika penderitanya terlambat atau sama sekali tidak diobati.

Tinjauan
Penyakit tidur juga dikenal dengan sebutan African trypanosomiasis atau sleeping sickness adalah jenis penyakit menular yang terjadi karena gigitan lalat Tsetse. Hasil gigitan menyebabkan parasit masuk ke dalam tubuh dan memicu infeksi pada sistem saraf sehingga penderita dapat mengalami koma hingga kehilangan nyawa.

Fakta Tentang Penyakit Tidur

  1. Pada tahun 2010, diketahui bahwa angka penderita penyakit tidur mencapai 20.000 jiwa dengan korban meninggal akibat penyakit ini sekitar 9.100 jiwa. Meski demikian, data prevalensi secara lebih detail diketahui cukup sulit [1].
  2. Penyakit tidur khususnya African trypanosomiasis dapat terjadi tanpa memandang ras maupun usia; siapa saja dapat mengalami infeksi akibat gigitan lalat Tsetse [1].
  3. Trypanosoma brucei merupakan jenis parasit yang dapat disebarkan oleh lalat Tsetse yang telah terinfeksi ke manusia [1].
  4. Lalat Tsetse diketahui dapat bertahan hidup lebih lamad di wilayah dengan tingkat kelembaban 50-80% dan suhu 16-38 derajat Celsius [2].
  5. 75% kasus penyakit tidur yang disebabkan oleh Trypanosoma brucei gambiense terjadi di Republik Demokratik Kongo [2].
  6. Republik Demokratik Kongo adalah negara yang paling terkena dampak, dengan lebih dari 75% kasus gambiense dinyatakan [2].
  7. Di Indonesia, diketahui bahwa penyakit tidur yang disebabkan oleh gigitan lalat Tsetse tidaklah ditemukan. Ini karena kasus penyakit tidur lebih rentan terjadi di benua Afrika.

Penyebab Penyakit Tidur

Lalat Tsetse merupakan salah satu jenis serangga yang mampu menyebabkan penyakit tidur berbahaya.

Tak hanya menyerang satu orang, risiko penyebaran dan penularan penyakit ini cukup tinggi.

Lalat Tsetse juga merupakan inang dari berbagai macam parasit, Trypanosoma brucei adalah salah satunya dan parasit ini jugalah yang menyebabkan penyakit tidur [2,3,5].

Parasit ini memasuki aliran darah orang yang telah digigit lalat Tsetse, lalu penyakit tidur pun terjadi.

Perlu diketahui bahwa lalat Tsetse tidak hanya menggigit, tapi juga mengisap darah manusia.

Terdapat dua jenis parasit yang mampu menyebabkan penyakit tidur, yaitu [1,5] :

  • Trypanosoma brucei rhodesiense

Sebanyak 3% penyakit tidur karena serangan parasit ini telah terjadi khususnya di Afrika selatan dan timur [5].

Gerakan parasit ini dikenal lebih cepat dan dapat berakibat buruk bagi penderitanya.

Karena serangan pada sistem saraf pusat oleh parasit ini dapat terjadi dalam beberapa minggu saja, sebagai akibatnya kematian dapat terjadi hanya dalam waktu beberapa bulan.

  • Trypanosoma brucei gambiense

Berbeda dari parasit sebelumnya, parasit ini adalah yang paling umum menyebabkan penyakit tidur.

Terdapat lebih dari 98% kasus penyakit tidur di Afrika Tengah dan Barat yang disebabkan oleh parasit ini [2,5].

Walau gerakannya lebih lambat dan serangan terjadi dalam waktu 1 sampai 2 tahun, parasit ini tetap berbahaya.

Setelah sekitar 1-2 tahun, gejala baru akan timbul karena saraf telah terkena.

Perbedaan Penyakit Tidur dan Penyakit Chagas

Penyakit tidur Trypanosomiasis yang terjadi di Afrika dan penyakit Chagas sama-sama disebabkan utamanya oleh infeksi parasit Trypanosoma [5,6].

Namun, perbedaan mendasar di antara kedua kondisi adalah fakta bahwa parasit Trypanosoma cruzi-lah yang menyebabkan penyakit Chagas.

Penyakit Chagas adalah bentuk lain dari tripanosomiasis yang juga dikenal dengan American trypanosomiasis.

Sesuai namanya, bentuk tripanosomiasis ini jauh lebih sering dijumpai di Amerika Latin.

Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan adalah beberapa wilayah yang umumnya dijumpai kasus penyakit Chagas [7].

Berbeda dari penyakit tidur yang disebabkan oleh lalat Tsetse, penyakit Chagas diketahui menyebar lewat gigitan kissing bug atau Triatomine.

Risiko terkena gigitan serangga satu ini lebih tinggi di malam hari dan parasit Trypanosoma cruzi akan ditularkan oleh seseorang yang telah digigit serangga ini.

Penularan Penyakit Tidur

Walau penyebaran dan penularan penyakit tidur terjadi karena gigitan lalat Tsetse, beberapa faktor lain berikut juga perlu diketahui sebagai pemicu penularan [2,3,5] :

  • Hubungan seksual dengan penderita infeksi.
  • Penggunaan jarum yang sudah terkontaminasi.
  • Penularan dari ibu ke janin saat hamil.
Tinjauan
Gigitan lalat Tsetse menyebabkan masuknya parasit Trypanosoma brucei rhodesiense atau Trypanosoma brucei gambiense ke peredaran darah lalu menginfeksi sistem saraf pusat orang yang digigit. 

Gejala Penyakit Tidur

Setelah tergigit lalat Tsetse, terdapat beberapa tahap kemunculan gejala pada penderita.

Tahap awal adalah ketika sistem saraf pusat belum terinfeksi oleh parasit dan tahap lanjut (fase dengan keluhan lebih serius) adalah ketika sistem saraf pusat sudah terinfeksi.

Gejala Tahap Awal

Gejala penyakit tidur tahap awal umumnya meliputi timbulnya ruam dan luka di area kulit yang digigit.

Biasanya, penderita juga akan merasa gatal-gatal di area tersebut seperti ketika digigit oleh serangga pada umumnya.

Namun, gejala dapat berlanjut dan beberapa keluhan berikut terjadi [1,2] :

Gejala Tahap Lanjut

Pada waktu sistem saraf pusat telah terinfeksi, maka gejala lanjutan yang lebih serius pun mulai timbul.

Jika serangkaian gejala awal tampak biasa dan umum, beberapa gejala tahap kedua justru tampak lebih khas [8].

  • Keseimbangan tubuh terganggu
  • Insomnia atau sulit tidur
  • Kelumpuhan tubuh sebagian atau parsial
  • Gangguan kepribadian
  • Perubahan perilaku
  • Sering mengantuk, terutama pada siang hari
  • Linglung
Tinjauan
Gejala penyakit tidur dibagi menjadi dua kondisi menurut fase atau tahapannya, yaitu gejala tahap awal (keluhan tergolong umum) dan gejala tahap lanjut (keluhan lebih khas).

Pemeriksaan Penyakit Tidur

Ketika gejala sudah mulai cukup mencurigakan dan tampak tak biasa, maka sebaiknya segera periksakan ke dokter.

Berikut adalah serangkaian metode pemeriksaan yang perlu ditempuh oleh pasien agar dokter mampu memastikan kondisi penyakit tidur dan penyebabnya.

Dokter seperti biasa perlu mengawali pemeriksaan dengan mengecek kondisi fisik pasien.

Dokter juga akan memberikan sejumlah pertanyaan terkait riwayat gejala dan riwayat medis pasien.

Jika diperlukan, dokter juga mengumpulkan informasi mengenai riwayat medis keluarga pasien.

Skrining atau tes pemindaian adalah metode diagnosa yang dokter terapkan untuk mendeteksi adanya infeksi di dalam tubuh pasien.

Tes serologi adalah salah satunya di mana dokter akan mengambil sampel darah pasien dan memasukkannya ke tabung darah.

Tabung ini kemudian dibawa ke laboratorium agar isinya bisa segera dianalisa lebih lanjut.

Hanya saja, metode diagnosa ini biasanya hanya untuk kasus Trypanosoma brucei gambiense dengan gejala pembesaran kelenjar getah bening servikal.

Pemeriksaan selanjutnya yang membantu dokter dalam menghasilkan diagnosa yang lebih akurat adalah lumbal pungsi.

Prosedur pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel cairan serebrospinal (cairan otak dan tulang belakang) menggunakan jarum.

Jarum akan ditusukkan ke punggung bawah pasien, yaitu celah tulang belakang untuk mengambil sampel cairan sebelum kemudian diperiksa di laboratorium.

Tes ini berguna untuk menentukan perkembangan dan tingkat keparahan gejala penyakit tidur.

Tinjauan
Pemeriksaan fisik, tes serologi, dan lumbal pungsi merupakan metode diagnosa yang diterapkan untuk kasus penyakit tidur.

Pengobatan Penyakit Tidur

Penyakit tidur yang disebabkan oleh parasit T. brucei rhodesiense dan T. brucei gambiense perlu ditangani dengan cara berbeda [5].

Selain jenis parasit yang menentukan pengobatan pada kondisi pasien, fase infeksi juga menjadi faktor yang dipertimbangkan dokter sebelum memberikan perawatan.

Menurut laporan dan aturan dari World Health Organization (WHO) / Badan Kesehatan Dunia tahun 2019, berikut ini adalah jenis-jenis obat yang dapat diberikan kepada pasien penyakit tidur tergantung parasit yang menyebabkan serta fase infeksi.

Pengobatan Penyakit Tidur Fase Pertama

Obat ini sudah ditemukan sejak tahun 1920 dan dapat digunakan untuk mengatasi penyakit tidur yang disebabkan oleh T. brucei rhodesiense fase awal atau pertama.

Namun sebagai efek samping, pasien perlu mewaspadai timbulnya reaksi alergi atau gangguan saluran kencing.

Obat ini ditemukan sudah sejak tahun 1940 dan efektivitasnya tergolong tinggi dalam menangani penyakit tidur yang disebabkan oleh T. brucei gambiense fase awal.

Efek samping obat ini tidak terlalu mengganggu dan umumnya pasien pengguna obat ini dapat menoleransi dengan baik.

Pengobatan Penyakit Tidur Fase Kedua

Obat ini merupakan obat baru yang berefektivitas tinggi dalam mengatasi penyakit tidur yang disebabkan oleh T. brucei gambiense.

Obat oral atau obat minum ini biasanya diresepkan untuk kasus penyakit tidur fase awal yang sudah cukup parah dan fase kedua dengan gejala yang tidak terlalu parah.

Pasien dianjurkan untuk makan makanan padat lebih dulu dan setelah 30 menit, obat ini baru boleh diminum.

Nifurtimox diketahui lebih efektif dan lebih banyak digunakan untuk penderita American trypanosomiasis.

Sebelumnya, bahkan obat ini tidak termasuk dalam deretan obat untuk penderita African trypanosomiasis.

Obat yang diperkenalkan pada tahun 2009 lalu ini akhirnya masuk ke dalam daftar obat penting WHO dan dikombinasikan dengan eflornithine untuk mengatasi African trypanosomiasis karena T. brucei rhodesiense.

Obat yang terdaftar tahun 1990 ini adalah obat yang aman untuk penyakit tidur yang disebabkan parasit T. brucei rhodesiense.

Namun seringkali, dokter dapat meresepkannya bersama dengan nifurtimox di mana kombinasi keduanya dapat meningkatkan efektivitas dalam melawan infeksi.

Obat yang ditemukan pada tahun 1949 ini dapat digunakan untuk penyakit tidur yang disebabkan oleh dua jenis parasit.

Baik disebabkan oleh T. brucei rhodesiense maupun disebabkan T. brucei gambiense, infeksi dapat ditangani dengan melarsoprol walau memang untuk kasus T. brucei gambiense lebih jarang digunakan.

Efek samping obat ini juga lebih berbahaya dan perlu dikonsultasikan dengan dokter, sebab ensefalopati reaktif atau sindrom ensefalopatik dapat terjadi dengan tingkat kefatalan pada kesehatan pasien sebesar 3-10%.

Tinjauan
Pengobatan penyakit tidur meliputi pemberian obat-obatan yang disesuaikan dengan fase gejala (pertama atau kedua) serta jenis parasit yang menyebabkannya.

Komplikasi Penyakit Tidur

Penyakit tidur dapat mengakibatkan komplikasi berupa kejang-kejang pada penderitanya [1,4].

Kondisi yang jauh lebih buruk dapat terjadi karena parasit menyerang sistem saraf.

Bila tidak segera ditangani, penderita bahkan dapat mengalami koma hingga meninggal dunia.

Pencegahan Penyakit Tidur

Penyakit tidur jauh lebih berpotensi dialami oleh orang-orang yang  berada di Afrika.

Namun karena belum terdapat vaksin untuk pencegahan penyakit ini, para wisatawan atau turis perlu menjaga diri dengan baik [1,3].

Maka jika ingin berkunjung ke benua satu ini, pastikan untuk berjaga-jaga agar tidak mudah terserang lalat Tsetse [1].

  • Tidak mengunjungi daerah bersemak, khususnya di siang hari.
  • Periksa dengan seksama kendaraan yang hendak digunakan untuk berjalan-jalan, terutama bila menggunakan kendaraan terbuka.
  • Tidak memakai pakaian yang berwarna terlalu gelap maupun terlalu terang karena lalat Tsetse dapat lebih tertarik untuk mendekat.
  • Pakai pakaian dengan bahan tebal untuk melindungi kulit dari gigitan lalat Tsetse.
  • Pasang kelambu untuk mencegah serangan lalat Tsetse saat sedang tidur.
  • Tidak berhubungan intim dengan penderita penyakit tidur.
  • Segera periksa ke dokter ketika gejala penyakit tidur mulai nampak dan dirasakan agar lebih cepat ditangani dan tidak berujung pada komplikasi berbahaya.
Tinjauan
Karena penyakit tidur adalah penyakit yang paling umum terjadi di Afrika, maka lindungi diri dengan baik saat berkunjung ke benua tersebut. Bila gejala penyakit tidur mulai nampak, segera periksakan diri agar tidak terjadi komplikasi.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment