Baru cina merupakan salah satu jenis tanaman herbal yang umum ditemui di negara-negara Eropa yang beriklim panas atau sedang, Asia, Amerika Utara, dan Afrika bagian Utara. Tanaman ini umum digunakan sebagai bahan baku ramuan herbal untuk menyembuhkan berbagai penyakit [1].
Daftar isi
Baru cina telah dimanfaatkan sebagai bahan baku ramuan herbal sejak dahulu kala. Khasiatnya yang beragam, terbukti ampuh menyembuhkan berbagai penyakit secara turun-temurun.
Riwayat penggunaan tanaman baru cina sebagai ramuan herbal pertama kali ditemukan di wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika bagian Utara. Khasiatnya sangat beragam, bahkan racikan ramuan herbal berbahan baru cina yang diwariskan secara turun-temurun masih dipakai hingga sekarang.
Penelitian menunjukkan bahwa kandungan beragam senyawa kimia yang terdapat dalam tanaman baru cina berkhasiat dalam menyembuhkan bermacam-macam penyakit. Khasiatnya terbukti ampuh secara turun-temurun, dan racikannya masih dipakai hingga sekarang.
Berikut adalah fakta-fakta menarik tentang tanaman baru cina yang perlu kamu ketahui [17]:
Berikut adalah komposisi senyawa kimia yang terdapat pada ekstrak tanaman baru cina [2]:
Zat Kimia | Jumlah |
---|---|
Borneol | 6,80% |
Bornyl acetate | 1,46% |
Larvandulyl acetate | 2,83% |
Caryophyllene | 37,45% |
Humulene | 13,66% |
Germacrene D | 16,17% |
Alpha-Farnesene | 3,11% |
Delta-Cadinene | 1,23% |
Epiglobulol | 0,58% |
Germacrene B | 1,39% |
Nerolidol acetate | 0,49% |
Germacren D-4-ol | 0,93% |
Caryophyllene oxide | 5,67% |
Viridiflorol | 0,48% |
Isoaromadendrene epoxide | 2,17% |
Longipinocarveol, trans- | 0,65% |
Alpha-Cadinol | 1,99% |
Phytol | 2,94% |
Tanaman baru cina memiliki beberapa kandungan senyawa kimia yang berkhasiat bagi kesehatan tubuh. Senyawa-senyawa tersebut di antaranya [3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13]:
Senyawa alkaloid dan flavonoid yang terkandung dalam baru cina memiliki fungsi antioksidan. Antioksidan ketika dikonsumsi berfungsi untuk mencegah proses oksidasi pada tubuh.
Proses ini dapat menghasilkan radikal bebas, yang kemudian memicu reaksi berantai yang merusak sel tubuh. Senyawa ini menjaga kesehatan sel tubuh dari kerusakan akibat proses oksidasi.
Antioksidan berperan dalam menjaga kesehatan dan mencegah beberapa penyakit. Khasiat antioksidan yaitu memperbaiki sistem saraf, mencegah penyakit degeneratif (Alzheimer dan Parkinson), mengurangi risiko kanker dan tumor, serta merawat kesehatan sel tubuh [3,5,14].
Di beberapa negara, baru cina dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan ramuan herbal untuk mengobati disentri. Ramuan ini telah terbukti ampuh secara turun-temurun, dan racikannya masih dipakai hingga sekarang.
Penelitian membuktikan bahwa khasiatnya ini disebabkan oleh kandungan alkaloid, flavonoid, dan saponin pada tanaman baru cina. Ketiga senyawa ini memiliki sifat antimikroba dan antibakteri, sehingga mencegah pertumbuhan mikroba dan membantu tubuh dalam memerangi bakteri penyebab disentri [3.4.5.6].
Tanaman baru cina juga dimanfaatkan sebagai bahan baku ramuan herbal untuk mengobati penyakit diare. Pemanfaatan ini sudah dilakukan secara turun-temurun di berbagai negara dan terbukti ampuh dalam menyembuhkan penyakit diare.
Melalui penelitian, khasiat ini disebabkan oleh kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin pada tanaman baru cina.
Senyawa alkaloid, flavonoid, dan saponin dalam tanaman baru cina memiliki sifat antimikroba dan antibakteri, sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroba dan membantu tubuh memerangi bakteri penyebab diare.
Sedangkan kandungan tanin pada tanaman baru cina memiliki sifat antidiare, sehingga dapat membantu tubuh dalam mengatasi gejala-gejala penyakit diare dan membantu memulihkan organ pencernaan yang terdampak [3,4,5,6,12].
Tanaman baru cina juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku ramuan herbal untuk mengobati penyakit tukak lambung, dengan nama lain gastritis.
Penyakit yang menyerang organ pencernaan ini memiliki gejala yang membuat penderitanya menderita serta merasa sakit atau tidak nyaman di bagian perut.
Penelitian menunjukkan bahwa kandungan alkaloid, flavonoid, dan saponin pada tanaman baru cina. Ketiga senyawa ini memiliki sifat antimikroba dan antibakteri, sehingga mencegah pertumbuhan mikroba dan membantu tubuh dalam memerangi bakteri penyebab tukak lambung.
Selain itu, kandungan flavonoid pada tanaman baru cina memiliki sifat anti inflamasi, sehingga dapat membantu mengatasi peradangan pada bagian dalam organ pencernaan. Peradangan atau iritasi pada bagian dalam organ pencernaan merupakan salah satu gejala diare.
Jika penyakit diare sudah terlanjur parah, kandungan tanin dalam tanaman baru cina memiliki sifat antihemorrhagic, sehingga dapat mencegah terjadinya pendarahan pada saluran pencernaan tubuh [3,4,5,6,12].
Tanaman baru cina juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi mimisan. Mimisan merupakan gejala dari beberapa jenis penyakit, ditandai dengan keluarnya darah dari hidung.
Penelitian menunjukkan bahwa khasiat ini disebabkan oleh kandungan senyawa flavonoid dan tanin pada tanaman baru cina.
Senyawa flavonoid pada tanaman baru cina memiliki sifat anti inflamasi, sehingga dapat mencegah dan membantu mengatasi inflamasi di bagian dalam hidung. Perlu diketahui bahwa inflamasi merupakan salah satu faktor penyebab mimisan.
Selain itu, senyawa tanin pada tanaman baru cina memiliki sifat antihemmorhagic, sehingga mencegah pendarahan dalam hidung [5,12].
Khasiat lainnya yang dimiliki oleh tanaman baru cina adalah mengatasi keputihan. Penyakit yang menyerang organ kewanitaan ini ditandai dengan keluarnya lendir kental yang berwarna kuning, kehijauan, atau keabu-abuan berbau tidak sedap dari organ kewanitaan.
Penelitian menunjukkan bahwa di dalam tanaman baru cina terkandung senyawa alkaloid, flavonoid, dan saponin yang memiliki sifat antimikroba dan antibakteri, sehingga dapat membantu mencegah pertumbuhan mikroba dan membunuh bakteri atau jamur penyebab keputihan [3,4,5].
Tanaman baru cina juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku ramuan herbal untuk mengatasi nyeri dan keram saat haid. Pada saat haid, tidak jarang wanita merasakan nyeri dan/atau keram di bagian perut.
Penelitian menunjukkan bahwa tanaman baru cina mengandung senyawa polifenol yang memiliki sifat analgesik, sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri pada saat haid
Selain itu, senyawa terpenoid yang terkandung dalam tanaman baru cina memiliki sifat antispasmodik, sehingga dapat mencegah dan menghentikan kejang atau keram pada otot bagian perut [8,13].
Manfaat lainnya dari tanaman baru cina adalah sebagai bahan baku ramuan herbal untuk memudahkan persalinan. Proses persalinan seringkali disertai dengan rasa sakit dan kontraksi otot.
Di dalam penelitian, ditemukan bahwa senyawa polifenol yang terkandung dalam tanaman baru cina memiliki sifat analgesik, sehingga dapat membantu mengurangi rasa sakit saat proses persalinan.
Senyawa polifenol juga memiliki sifat anestetik, sehingga dapat membantu menurunkan kesadaran dan mengurangi rasa sakit saat proses persalinan.
Meski begitu, senyawa ini juga dapat menimbulkan bahaya, yaitu penurunan kesadaran yang tidak terkendali yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran pada ibu yang melahirkan.
Selain itu, kandungan senyawa terpenoid dalam tanaman baru cina juga dapat membantu memudahkan persalinan karena memiliki sifat antispasmodik, sehingga dapat membantu kontraksi berlebihan pada proses persalinan [8,13].
Khasiat lainnya dari tanaman baru cina adalah mengatasi penyakit epilepsi. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf dan ditandai oleh gejala kejang-kejang yang tidak terkendali pada tubuh penderita.
Gejala ini bisa kambuh kapan saja, serta dapat menyebabkan hilangnya kesadaran pada penderitanya.
Penelitian menunjukkan bahwa kandungan senyawa terpenoid dalam tanaman baru cina memiliki sifat antikonvulsan, sehingga dapat membantu mengurangi kejang-kejang saat penyakit epilepsi kambuh pada tubuh penderita.
Senyawa terpenoid pada tanaman baru cina juga memiliki sifat antispasmodik, sehingga dapat membantu mengurangi kontraksi otot berlebihan saat penyakit tersebut kambuh [13].
Tanaman baru cina juga dapat dimanfaatkan untuk bahan baku obat tradisional untuk mengatasi kejang-kejang pada anak-anak. Kejang-kejang pada anak-anak umumnya dipicu oleh panas atau suhu tubuh yang tinggi (lebih dari 38 derajat celcius).
Penelitian menunjukkan bahwa kandungan senyawa terpenoid dalam tanaman baru cina memiliki sifat antikonvulsan, sehingga dapat membantu mengurangi kejang-kejang pada anak-anak saat suhu tubuhnya tinggi.
Senyawa terpenoid pada tanaman baru cina juga memiliki sifat antispasmodik, sehingga dapat membantu mengurangi kontraksi otot berlebihan saat penyakit terjadi kejang-kejang pada anak [13].
Secara tradisional, tanaman baru cina juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat untuk mengatasi penyakit insomnia. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf dan ditandai dengan kesulitan untuk tertidur pada penderitanya.
Penelitian menunjukkan bahwa kandungan senyawa terpenoid dalam tanaman baru cina memiliki sifat antikolinergik, sehingga dapat membantu mengatasi gangguan pada sistem saraf penderita insomnia [13].
Tanaman baru cina juga dapat diolah menjadi obat tradisional yang berkhasiat mencegah dan menyembuhkan penyakit jantung. Penyakit yang mematikan ini penyumbatan pembuluh darah arteri yang disebabkan oleh kadar kolesterol yang tinggi.
Penelitian menunjukkan bahwa khasiat ini disebabakan oleh kandungan senyawa saponin dan fitosterol dalam tanaman baru cina. Keduanya dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah, sehingga dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan membantu mengobatinya [6,9].
Di beberapa wilayah, tanaman baru cina juga dimanfaatkan sebagai bahan baku ramuan herbal untuk menyembuhkan penyakit kanker.
Melalui penelitian, ditemukan bahwa khasiat ini disebabkan oleh kandungan senyawa saponin, quinone, dan fitosterol pada tanaman baru cina.
Senyawa saponin dan quinone dalam tanaman baru cina memiliki sifat sitotoksik, sehingga dapat mencegah dan menghambat pertumbuhan sel kanker dalam tubuh penderita.
Sedangkan senyawa fitosterol dalam tanaman baru cina mampu menginduksi apoptosis pada sel kanker, sehingga dapat membantu tubuh penerita dalam memerangi penyakit kanker [7,10,11].
Khasiat lainnya dari tanaman baru cina adalah sebagai bahan baku obat tradisional untuk menyembuhkan iritasi dan luka pada kulit.
Penelitian menunjukkan bahwa khasiat ini disebbakan oleh kandungan senyawa flavonoid dalam tanaman baru cina.
Senyawa flavonoid ini memiliki sifat anti inflamasi, sehingga dapat membantu mencegah dan menyembuhkan iritasi ataupun luka pada kulit [5].
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, simak penjelasan berikut ini mengenai beberapa risiko dalam mengonsumsi tanaman baru cina:
Pada orang yang memiliki alergi terhadap tanaman baru cina atau sejenisnya, kontak dengan tanaman tersebut dapat menimbulkan bermacam-macam efek pada tubuh.
Gejala ringan dari alergi terhadap tanaman baru cina meliputi pembengkakan pada bibir, wajah, atau mata, sakit kepala, nyeri pada bagian perut, rasa tidak enak badan, dan muntah-muntah.
Sedangkan gejala parahnya meliputi batuk-batuk, rasa pusing yang lama, pembengkakan pada tenggorokan, susah atau sesak napas, dan kolaps [15].
Overdosis atau konsumsi dalam dosis berlebihan tanaman baru cina dapat menyebabkan efek halusinogen pada orang yang mengonsumsinya.
Kandungan beberapa senyawa kimia dalam tanaman baru cina, seperti polifenol, dalam dosis tertentu dapat menyebabkan halusinasi pada orang yang mengonsumsinya.
Efek ini dihasilkan karena senyawa-senyawa tersebut mampu mempengaruhi sistem saraf dalam tubuh [16].
Di dalam negeri, belum banyak produk ramuan herbal atau obat-obatan tradisional dari bahan baku baru cina yang sudah tersertifikasi oleh Badan POM. Untuk itu, diharapkan kita lebih berhati-hati dalam memilih produk kesehatan dari bahan baru cina yang aman untuk dikonsumsi.
Berikut adalah langkah-langkah pemanfaatan tanaman baru cina untuk mengobati beberapa gangguan kesehatan [1]:
Mengatasi Insomnia
Mengobati Luka
Bagi Anda yang ingin memanfaatkan tanaman baru cina sebagai bahan obat-obatan herbal, ketahui tips-tips penyimpanan tanaman baru cina dibawah ini:
1. Rambod Abiri, Abraão Lincoln Macedo Silva, Ludmilla Santos Silva de Mesquita, José Wilson Carvalho de Mesquita, Narges Atabaki, Eduardo Bezerra de Almeida Jr, Noor Azmi Shaharuddin, Sonia Malik. Food Research International. Towards a Better Understanding of Artemisia Vulgaris: Botany, Phytochemistry, Pharmacological and Biotechnological Potential. Volume 109: 403-415. National Institute of Health. 2018.
2. Sonia Malik, Ludmilla Santos Silva de Mesquita, Carolina Rocha Silva, José Wilson Carvalho de Mesquita. Pharmaceuticals. Chemical Profile and Biological Activities of Essential Oil from Artemisia vulgaris L. Cultivated in Brazil. 12(2):49. 2019.
3. Bishnu Prasad Pandey, Rupak Thapa, Anil Upreti. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine. Chemical composition, antioxidant and antibacterial activities of essential oil and methanol extract of Artemisia vulgaris and Gaultheria fragrantissima collected from Nepal. Volume 10, Issue 10, 2017.
4. Leen Othman, Ahmad Sleiman, and Roula M. Abdel-Massih. Frontiers in Microbiology. Antimicrobial Activity of Polyphenols and Alkaloids in Middle Eastern Plants. 10: 911. National Institute of Health. 2019.
5. A. N. Panche, A. D. Diwan, and S. R. Chandra. Journal of Nutritional Science. Flavonoids: an overview. 5: e47. National Institute of Health. 2016.
6. Sapna Desai, D.G. Desai, Harmeet Kaur. Pharma Times. Saponins and their biological activities. 2009.
7. Irma Podolak, Agnieszka Galanty, and Danuta Sobolewska. Phytochemistry Reviews. Saponins as cytotoxic agents: a review. 2010.
8. Abdulakeem Adebayo Aluko. International Journal of Otolaryngology. Use of Phenol as a Local Anaesthetic for Adult Grommet Insertion in Resource-Limited Settings: A Preliminary Report. 2019.
9. Shailendra B. Patel. Journal of Clinical Lipidology. Plant Sterols and Stanols: Their Role in Health and Disease. 2(2): S11–S19. National Institute of Health. 2018.
10. Bruce J. Grattan, Jr. Nutrients. Plant Sterols as Anticancer Nutrients: Evidence for Their Role in Breast Cancer. 5(2): 359–387. National Institute of Health. 2013.
11. Judy L. Bolton and Tareisha Dunlap. Chemical Research in Toxicology. Formation and Biological Targets of Quinones: Cytotoxic versus Cytoprotective Effects. 30(1): 13–37. National Institute of Health. 2017.
12. Praveen Kumar Ashok, Kumud Upadhyaya. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry. Tannins are Astringent. Volume 1 Issue 3. 2012.
13. Arif-ullah Khan, Anwarul Hassan Gilani. Journal of Ethnopharmacology. Antispasmodic and Bronchodilator Activities of Artemisia Vulgaris Are Mediated Through Dual Blockade of Muscarinic Receptors and Calcium Influx. 126(3):480-6. National Institute of Health. 2009.
14. Mark L Wahlqvist. Asian Pacific Journal of Clinical Nutrition. Antioxidant Relevance to Human Health. National Institute of Health. 2013.
15. K L May. Allergologia et Immunopathologia. Allergy to Artemisia Vulgaris in the Region of Warsaw. 1990.
16. Bhoj R Singh, Vidya Singh, Raj K. Singh, Saroj Toppo, Nazrul Haque, N. Ebibeni.Medicinal Plants - International Journal of Phytomedicines and Related Industries. Comparative evaluation of antimicrobial effect of Artemisia vulgaris essential oils extracted from fresh and dried herb. 2012.
17. K F El-Sahhar, Rania M A Nassar, Hend M Farag. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. Morphological and anatomical studies of Artemisia vulgaris L. (Asteraceae). I. Morphological characteristics. 6(6). 2010.