Daftar isi
Batu empedu adalah suatu penyakit yang juga dikenal dengan istilah kolelitiasis yang ditandai utamanya dengan perut yang terasa sakit karena terdapat batuk di dalam kantong empedu [1,2,3,4,5,6,7].
Kantong empedu sendiri merupakan organ dengan ukuran kecil yang berada di bawah organ hati yang berfungsi sebagai penghasil dan penyimpan cairan empedu.
Cairan empedu adalah cairan yang mendukung proses pencernaan (salah satunya adalah kolesterol).
Namun, kolesterol yang tak berhasil dicerna dapat mengendap yang kemudian endapan ini membentuk batu empedu.
Kolesterol yang mengendap akan menjadi keras dan akhirnya terbentuk batu.
Batu empedu adalah penyakit yang bersifat ringan, namun ketika tidak segera ditangani komplikasi dapat terjadi.
Tinjauan Batu empedu adalah sebuah penyakit di mana terdapat pembentukan batu dari kolesterol yang tidak berhasil dicerna oleh cairan empedu. Kolesterol yang mengendap dan mengeras ini kemudian disebut dengan batu empedu.
Pada kebanyakan kasus batu empedu, batu berasal dari kolesterol yang mengendap dan mengeras.
Namun sebenarnya, batu empedu juga dapat berasal dari bilirubin atau garam kalsium [1,2,4,5,6,7].
Agar tetap bekerja dengan maksimal dan selalu sehat, kantong empedu normalnya harus mengosongkan diri dari bilirubin ataupun kolesterol agar tidak terjadi pengendapan.
Cairan empedu yang gagal melarutkan atau mencerna bilirubin serta kolesterol yang organ hati terus produksi, maka penumpukan terjadi.
Walau awalnya batu empedu berukuran kecil, selalu ada risiko untuk berkembang menjadi lebih besar.
Pada beberapa kasus, di dalam kantong empedu dapat terbentuk satu batu saja, namun sebagian kasus lain penderitanya mengalami pembentukan beberapa batu empedu di saat yang sama.
Meski pembentukan batu empedu berasal dari ketidakseimbangan kadar kolesterol dan bilirubin di dalam kantong empedu, kenali beberapa faktor lain yang mampu meningkatkan risiko batu empedu [1,2,4,6,7].
Mengapa wanita memiliki risiko lebih tinggi mengalami batu empedu? [1,2]
Hormon estrogen di dalam tubuh wanita mampu menjadi faktor yang membuat kadar kolesterol meningkat pada kantong empedu.
Sementara itu, progesteron adalah hormon di dalam tubuh wanita yang memperlambat proses pengosongan kantong empedu.
Kedua hormon pada tubuh wanita tersebut menjadikan wanita lebih rentan mengalami batu empedu.
Tinjauan - Penyebab batu empedu pada dasarnya adalah penumpukan kolesterol atau bilirubin di dalam kantong empedu karena cairan empedu tak mampu melarutkannya sementara organ hati terus menghasilkan kolesterol. - Wanita dan orang-orang berusia 40 tahun ke atas memiliki risiko lebih tinggi mengalami batu empedu. - Anggota keluarga yang mengalami batu empedu serta gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan pula risiko seseorang memiliki batu empedu.
Batu empedu dapat menimbulkan rasa sakit terutama pada perut bagian atas dan sakitnya akan sangat terasa ketika mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung lemak tinggi.
Rasa nyeri pun dapat bertahan selama beberapa jam yang berpotensi disertai dengan gejala-gejala lain seperti [1,2,3,4,5,6,7] :
Rasa nyeri dan sejumlah gejala lain dapat timbul hanya ketika batu empedu menghambat gerakan empedu dari kantong empedu.
Namun ada sejumlah kondisi lain yang dapat timbul ketika batu empedu menyumbat aliran empedu dalam jangka waktu yang lebih lama.
Batu empedu pun berpotensi berpindah ke usus kecil maupun pankreas sehingga gejala lanjutan seperti berikut dapat dialami :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Ketika rasa nyeri pada bagian perut tengah atau atas bertahan di atas 8 jam secara persisten, maka sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
Terlebih bila demam dan tubuh menggigil menyertai, ditambah dengan tanda-tanda jaundice, jangan tunggu terlalu lama untuk mendapatkan pertolongan medis.
Nyeri perut yang terlalu intens merupakan suatu tanda bahwa ada yang tak beres di dalam tubuh.
Bila cara mengatasi sakit perut secara mandiri bahkan tak efektif, hubungi dokter untuk segera ditangani secara lebih tepat.
Tinjauan Gejala utama batu empedu adalah rasa nyeri di bagian perut atas atau tengah selama berjam-jam. Namun beberapa kondisi lain seperti jaundice, mual dan muntah, serta gangguan pencernaan dapat menyertai.
Sejumlah metode pemeriksaan berikut adalah yang pada umumnya dokter gunakan untuk mengonfirmasi batu empedu di dalam tubuh pasien [1,2,3,4,5,6,7].
Tinjauan Pemeriksaan fisik, tes darah, tes pemindaian radionuklida kantong empedu, CT scan, ERCP, dan ultrasound adalah metode diagnosa yang umumnya digunakan untuk mengonfirmasi batu empedu di dalam tubuh pasien.
Batu empedu dapat ditangani dengan dua metode, yaitu tanpa operasi dan dengan prosedur operasi tergantung dari adanya gejala atau tidak.
Pada tahap yang sangat ringan umumnya tidak menimbulkan gejala berupa nyeri sama sekali.
Jika demikian, maka penanganan medis khusus tidaklah diperlukan oleh penderita sebab batu empedu berpotensi keluar dengan sendirinya saat buang air kecil.
Perubahan gaya hidup dapat menjadi cara menjaga kesehatan kantong empedu, khususnya juga bagi para penderita batu empedu tanpa gejala [1,6].
Bagi penderita batu empedu dan mengalami beberapa gejala namun tak dapat menempuh tindakan operasi, terapi obat adalah metode penanganan batu empedu tanpa operasi lainnya [1,2,5,6].
Ursodiol adalah jenis obat yang dapat melarutkan batu empedu yang berasal dari pengerasan kolesterol.
Obat tersebut perlu dikonsumsi setiap hari 2-4 kali, tergantung dari resep dan anjuran dokter.
Untuk dapat benar-benar menghilangkan batu empedu menggunakan obat ini pun bisa sampai bertahun-tahun.
Hanya saja, penggunaan obat tidak menjadi jaminan bahwa batu empedu tidak dapat terbentuk lagi.
Lithotripsy gelombang kejut adalah metode lain yang dapat menangani batu empedu.
Gelombang kejut dari mesin lithotripter akan membantu memecah batu empedu yang sudah cukup besar menjadi kecil-kecil sehingga lebih mudah dikeluarkan dari dalam tubuh.
Prosedur operasi yang umumnya dilakukan atau digunakan untuk mengeluarkan batu empedu adalah kolesistektomi laparoskopik [1,2,3,4,5,6,7].
Tindakan pengobatan ini dokter akan rekomendasikan karena risiko komplikasinya jauh lebih kecil sehingga dianggap jauh lebih aman.
Pada proses operasi ini, dokter membuat beberapa sayatan kecil dan biasanya juga memanfaatkan laparoskop (sebuah alat berbentuk tabung yang dilengkapi kamera).
Setelah sayatan dibuat, maka alat ini akan dimasukkan melalui satu sayatan tersebut.
Guna kamera pada laparoskop akan memberikan dokter gambaran kantong empedu pasien.
Lalu melalui sayatan kecil lainnya, dokter baru dapat mengambil, mengangkat dan membuang batu empedu dari dalam tubuh pasien.
Kolesistektomi laparoskopik menjadi tindakan pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter ketika pasien mengalami beberapa kondisi seperti berikut :
Bila kantong empedu harus diangkat, apakah memengaruhi fungsi pencernaan?
Sama sekali tidak, sebab untuk mencerna makanan dengan lancar tidak diperlukan kantong empedu.
Jika kantong empedu harus sampai diangkat, maka aliran empedu berjalan dari hati melewati saluran hati dan saluran empedu untuk menuju usus kecil sehingga pencernaan akan tetap berfungsi baik.
Untuk pemulihan yang lebih maksimal, penting untuk memerhatikan asupan makanan.
Pantangan makanan berikut dapat diikuti untuk kesembuhan yang sempurna [1,6].
Tinjauan - Tidak ada penanganan khusus bagi batu empedu tanpa gejala, namun dengan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat, batu empedu yang terbentuk dapat keluar dari tubuh dengan sendirinya. - Penanganan batu empedu dengan gejala biasanya adalah dengan pemberian obat ataupun operasi pengangkatan batu empedu yang diikuti dengan pantangan makanan tertentu agar cepat pulih.
Beberapa risiko komplikasi batu empedu yang perlu diwaspadai antara lain adalah [4,5,6] :
Batu empedu dapat dicegah melalui gaya hidup yang sehat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dapat mulai diupayakan untuk tidak mengalami batu empedu antara lain [1,5,6] :
Tinjauan Pencegahan batu empedu dapat dilakukan dengan memiliki pola hidup dan kebiasaan sehat. Mulai dari berdiet sehat, asupan makanan bergizi seimbang, menjaga berat badan, berolahraga, hingga minum air putih cukup dapat diterapkan.
1) Anonim. 2011. Harvard Health Publishing - Harvard Medical School, What to do about gallstones.
2) Anonim. American College of Gastroenterology. Overview - Gallstones in Women.
3) Ario Perbowo Putra, Griskalia Christine, Zulkifli Amin, & Achmad Fauzi. 2015. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Sindrom Mirizzi.
4) Laura M. Stinton & Eldon A. Shaffer. 2012. PubMed Central. US National Library of Medicine National Institutes of Health. Epidemiology of Gallbladder Disease: Cholelithiasis and Cancer.
5) Anonim. 2017. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Gallstones.
6) Anonim. 2018, National Health Service. Overview-Gallstones.
7) Anonim. 2000. American Academy of Family Physicians. Gallstones: What Are They? How Are They Treated?