Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Brucellosis adalah infeksi bakteri yang menular dari hewan ke manusia. Biasanya infeksi ini disebabkan dengan mengonsumsi makanan yang mentah atau produk susu yang tidak melalui proses pasteurisasi. Bakteri
Daftar isi
Brucellosis merupakan salah satu jenis penyakit menular yang juga dikenal dengan banyak nama lain, termasuk demam remisi, demam undulant, demam Mediterania, demam Malta, demam Gibraltar, demam Krimea, demam kambing, dan penyakit Bang [1].
Brucellosis ini tidak hanya merupakan penyakit yang dapat menyerang manusia, namun dapat juga menyerang hewan peliharaan [2].
Penyakit yang disebabkan oleh spesies Brucella ini merupakan sumber penyakit utama di seluruh dunia dengan kejadian yang bervariasi pada masing masing negara [2].
Berikut ini merupakan beberapa gejala Brucellosis yang umumnya dapat muncul beberapa hari hingga beberapa bulan setelah mengalami infeksi [3]:
Meskipun gejalanya hampir sama dengan gejala flu, gejala Brucellosis ini diketahui dapat muncul dan menghilang pada kurun waktu tertentu [3].
Dalam hal ini, gejala dapat menghilang selama berminggu minggu atau bahkan berbulan bulan. Namun gejala yang menghilang tersebut kemudian akan kembali lagi [3].
Brucellosis yang kronis akan dapat mengakibatkan seseorang mengalami gejala gejala tersebut bahkan selama bertahun tahun setelah pengobatan. Adapun gejala Brucellosis kronis ini meliputi [3]:
Penyebab utama dari Brucellosis yaitu empat spesies Brucella yang antara lain B. suis, B. melitensis, B. abortus, dan B. Canis [1].
Dari keempat species Brucella tersebut, B. Melitensis diketahui merupakan spesies Brucella yang paling mematikan, diikuti dengan B. Suis [1].
Spesies Brucella sendiri diketahui merupakan coccobacilli intraseluler gram negatif, nonmotil dan fakultatif, namun tidak membentuk spora atau racun [1].
Adapun hewan yang dapat menjadi inang masing masing spesies Brucella ini antara lain [1]:
Brucellosis sebagaimana diketahui dapat mempengaruhi banyak hewan liar dan domestik, termasuk [3]:
Brucellosis yang mempengaruhi hewan hewan tersebut kemudian dapat menyebar atau menular ke manusia dengan cara [3]:
Konsumsi produk susu mentah diketahui dapat menjadi salah satu cara penyebaran penyakit Brucellosis dari hewan ke manusia.
Mengingat, bakteri Brucella dalam susu hewan yang terinfeksi dapat menyebar ke manusia dalam susu yang tidak dipasteurisasi atau produk olahan lain seperti es krim, mentega, dan keju.
Selain itu, bakteri Brucella juga dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui konsumsi daging mentah atau setengah matang dari hewan yang terinfeksi.
Bakteri Brucella yang menjadi penyebab penyakit Brucellosis diketahui juga dapat dengan mudah menyebar di udara.
Oleh karena itu, jika seseorang menghirup udara yang telah terkontaminasi bakteri Brucella maka akan dapat tertular.
Manusia dapat mengalami infeksi dan menderita penyakit Brucellosis karena tertular oleh hewan yang terinfeksi Brucellosis.
Penularan Brucellosis manusia dari hewan dapat terjadi melalui kontak dengan darah, air mani, atau plasenta hewan yang terinfeksi.
Kontak yang dimaskud bukan kontak hanya sekedar menyentuh darah dan cairan tubuh hewan yang terinfeksi. Namun, kontak ini akan menimbulkan infeksi jika terjadi pada kulit yang memiliki luka terbuka.
Mengingat, luka terbuka pada kulit manusia jika kontak dengan darah atau cairan tubuh hewan yang terinfeksi dapat menjadi jalur masuk bakteri Brucella ke aliran darah.
Meskipun demikian, seseorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah atau memiliki kondisi medis yang melemahkan sistem kekebalan tubuhnya sangat disarankan untuk tidak berkontak dengan hewan yang mengidap penyakit Brucellosis.
Perlu diketahui juga bahwa, penyakit Brucellosis ini umumnya tidak menyebar dari orang ke orang, namun, ada beberapa kasus yang menunjukkan bahwa wanita dapat menularkan penyakit Brucellosis ini kepada anak-anaknya ketika lahir atau setelah lahir melalui ASI [3].
Selain itu, Brucellosis juga dapat menyebar melalui aktivitas seksual atau melalui darah yang terkontaminasi atau transfusi sumsum tulang, walaupun kasusnya sangat jarang terjadi [3].
Segera periksakan diri kedokter jika mengalami gejala flu setelah melakukan hal hal berikut ini [4]:
Semakin cepat memeriksakan diri kedokter akan semakin cepat juga mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Jika memang hanya flu biasa pada akhirnya, setidaknya memeriksakan diri kedokter akan dapat jadi langkah pencegahan yang tepat.
Berikut ini merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit Brucellosis [4]:
Melakukan perjalanan ke negara yang sering terjadi kasus Brucellosis berikut ini dapat meningkatkan seseorang terkena penyakit Brucellosis [4]:
Seseorang diketahui akan memiliki risiko terkena penyakit Brucellosis yang meningkat jika memiliki pekerjaan yang bersentuhan dengan hewan atau bakteri Brucella, termasuk [4]:
Kegiatan berburu hewan liar (babi, rusa besar) dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit Brucellosis, karena lebih berisiko bersentuhan hewan yang membawa bakteri Brucella tersebut.
Pada beberapa kasus, bakteri Brucella mungkin tidak hilang meskipun telah menggunakan antibiotik tertentu. Jika hal ini terjadi, maka beberapa komplikasi mungkin dapat terjadi, termasuk [4, 5]:
Komplikasi komplikasi Brucellosis tersebut dapat menyebabkan kematian, namun hingga kini kematian jarang terjadi akibat Brucellosis yaitu hanya sekitar 2% [5].
Diagnosis penyakit Brucellosis ini umumnya akan dilakukan dengan [5]:
Pencegahan terhadap penyakit Brucellosis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut [3, 4, 5]:
Pengobatan penyakit Brucellosis umumnya akan fokus untuk meredakan gejala dan mencegah gejala muncul kembali setelah pengobatan [3].
Selain itu, pengobatan penyakit Brucellosis ini juga akan meminimalisir kemungkinan terjadinya komplikasi yang membahayakan jiwa [3].
Adapun pengobatan Brucellosis ini umumnya akan dilakukan menggunakan kombinasi antibiotik tertentu seperti [4]:
Konsumsi antibiotik ini umumnya akan dilakukan selama 6 hingga 8 minggu lamanya. Selain itu, untuk mendukung pengobatan menggunakan antibiotik ini, penderita Brucellosis sangat disarankan untuk lebih banyak istirahat [4].
Setelah 6 hingga 8 minggu pengobatan, sebagian besar penderita Brucellosis akan dapat pulih dan gejalanya hilang. Namun, ada sekitar kurang dari 10% kasus di mana gejala muncul kembali bahkan setelah pengobatan antibiotik [4].
Dan jika dibiarkan, gejala ini akan dapat berkembang menjadi kronis atau bahkan menyebabkan komplikasi [3, 4].
Untuk itu, penderita Brucellosis harus tetap waspada dan berkonsultasi kepada dokter ketika gejala muncul kembali setelah pengobatan.
1. Michael A. Hayoun, Erind Muco & Mahmoud Shorman. Brucellosis.
2. Corbel Michael. Brucellosis: an Overview. Emerging Infectious Diseases; 1997.
3. Anonim. Brucellosis. Mayo Clinic; 2021.
4. Claire Sissons & Jill Seladi-Schulman, Ph.D. What is brucellosis?. Medical News Today; 2020.
5. Autumn Rivers & Emelia Arquilla, DO. Brucellosis. Healthline; 2021.