Bunut Bangkok atau juga dikenal dengan buah ara putih diketahui tinggi nutrisi dan memiliki beragam khasiat herbal. Bunut Bangkok banyak ditemukan di wilayah tropis dan telah terkenal khasiatnya bagi banyak komunitas pedesaan.
Disamping beragam khasiat yang dimiliki oleh bunut Bangkok, tumbuhan ini juga bagus untuk dikonsumsi, baik daunnya maupun buahnya, karena telah banyak dilaporkan sebagai panganan dengan gizi tinggi.
Daftar isi
Bunut Bangkok (genus Ficus L.; Famili Moraceae) merupakan salah satu tumbuhan berbunga terbesar dengan spesies yang mencapai hingga 800 lebih. Bunut Bangkok adalah tumbuhan atau pohon berkayu sedang, epifit dan bersemak. Mereka tumbuh sebagai keanekaragaman hayati di banyak wilayah tropis di dunia termasuk wilayah Indo-Australasia, Neotropis dan Afrotropis.[1]
Bunut Bangkok adalah pohon daun dengan mahkota yang menyebar, biasanya tumbuh hingga 15 m tetapi kadang-kadang mencapai 30 m. Panjang daun bunut Bangkok sekitar 0,5-1,5 cm, sedangkan bilah daunnya berukuran sekitar 8-19 x 3,5-9 cm. Tangkai daun bunut Bangkok juga menghasilkan cairan encer hingga agak encer seperti susu.[2,3,4,5]
Bunut Bangkok memiliki batang yang berguguran, tanpa daun selama sekitar satu minggu di bulan September, Oktober atau November. Pori-pori yang menonjol pada batang bunut Bangkok seringnya berbentuk garis horizontal. Kulit pada batangnya tumbuh dengan cepat dan banyak.[2,3]
Buah bunut Bangkok menempel pada dahan, dengan diameter sekitar 10 mm berbentuk globular, berwarna coklat kemerahan hingga putih. Panjang tangkainya mencapai hingga 6 mm. Buah bunut Bangkok umumnya matang pada bulan Juni – Agustus.[3,4,5]
Daging bagian dalam bunut Bangkok lembut dan kenyal, sarat dengan biji kecil yang bisa dimakan yang meletus dan renyah. Buah yang lebih muda memiliki rasa yang lebih ramping, kadar gula lebih rendah, dan daging pada umumnya lebih bertekstur seperti kapas dengan rongga biji yang lebih sedikit.[6]
Fakta Menarik Seputar Bunut Bangkok
Berikut merupakan informasi nilai gizi yang terdapat dalam 100 gram buah bunut Bangkok mentah.[7]
Nama | Jumlah | Satuan Unit |
Kalori | 198 | kJ |
Karbohidrat | 12.3 | g |
Serat makanan | 1.9 | g |
Gula | 10.4 | g |
Lemak total | 0.2 | g |
Total asam lemak omega-6 | 92.2 | mg |
Protein | 0.5 | g |
Vitamin A | 90.9 | IU |
Vitamin C | 1.3 | mg |
Vitamin E (alfa tokoferol) | 0.1 | mg |
Vitamin K | 3.0 | mcg |
Tiamin | 0.0 | mg |
Riboflavin | 0.0 | mg |
Niasin | 0.3 | mg |
Vitamin B6 | 0.1 | mg |
Folat | 3.8 | mcg |
Vitamin B12 | 0.0 | mcg |
Asam pantotenat | 0.2 | mg |
Kolin | 3.0 | mg |
Kalsium | 22.4 | mg |
Zat besi | 0.2 | mg |
Magnesium | 10.9 | mg |
Fosfor | 9.0 | mg |
Kalium | 149 | mg |
Natrium | 0.6 | mg |
Seng | 0.1 | mg |
Tembaga | 0.0 | mg |
Mangan | 0.1 | mg |
Selenium | 0.1 | mcg |
Fitosterol | 19.8 | mg |
Buah bunut Bangkok adalah sumber serat makanan yang baik, yang bermanfaat untuk kesehatan sistem pencernaan. Selain itu juga mengandung kalium, kalsium, zat besi dan vitamin A, B6, dan C, serta rendah lemak jenuh, kolesterol dan natrium. Namun sayangnya sebagian besar kalori dalam makanan ini berasal dari gula.[6,7]
Diantaranya banyak spesies buah ara, F. geniculata dan F. virens atau bunut Bangkok dilaporkan bermanfaat sebagai makanan, pengobatan penyakit akut dan kronis.[1]
Kehadiran senyawa flavonoid dalam bunut Bangkok menjadikannya sebagai makanan sehat yang disukai karena sifat antioksidannya yang terkait dengan perlindungan terhadap peradangan, kanker, dan berbagai penyakit kronis lainnya. Hubungan struktur antioksidan-flavonoid telah banyak dibahas dalam berbagai laporan.[9]
Hasil penelitian menunjukkan hubungan struktural antioksidan-flavonoid dari buah bunut Bangkok cukup efisien dalam menstabilkan radikal bebas. Gugus hidroksil fenolik menstabilkan radikal bebas melalui ikatan hidrogen dan melalui sifat penarikan elektron dari atom oksigen yang sangat elektronegatif.[9]
Karena mengandung antioksidan tinggi, maka buah bunut Bangkok ini berpotensi mencegah kerusakan akibat radikal bebas pada organ maupun jaringan tubuh terutama penyakit penuaan seperti kanker, jantung, hati, dsb.
Studi juga menunjukkan bahwa buah bunut Bangkok yang dikeringkan dengan benar dapat menjadi sumber senyawa fenolik yang lebih baik dan memiliki tingkat aktivitas antioksidan yang lebih tinggi daripada buah yang masih mentah atau yang tidak dikeringkan dengan benar.[10]
Bunut Bangkok dapat dimakan saat mentah maupun telah dimasak, namun daun bunut bangkok muda lebih sering dimasak menjadi sup. Sup daun bunut Bangkok ini dilaporkan baik untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan seperti diare, dehidrasi atau kekurangan cairan dan sebagai tonik untuk kesehatan pasca persalinan.[1]
Selain itu, bunut Bangkok juga berkhasiat sebagai alternatif pengobatan bagi penderita diabetes, dan bunut Bangkok yang dimakan sebagai lauk setelah direbus dalam air panas dapat meredakan gejala sembelit.[1]
Potensi antidiabetes dari genus Ficus telah dipelajari sebelumnya. Bunut Bangkok bahkan digadang-gadang sebagai obat diabetes alami yang potensial. Berbagai jenis ekstrak organik dan anorganik dari beberapa tanaman ini telah diterapkan pada hewan laboratorium diabetes, kebanyakan tikus.[11]
Di Pakistan, daun bunut Bangkok digunakan untuk mengobati diabetes dan rebusan dari buah yang telah matang juga dapat digunakan untuk tujuan yang sama. Ekstrak etanolik akar udara, kulit kayu dan buah bunut Bangkok disebutkan dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes.[1,11]
Studi menunjukkan adanya penurunan glukosa dalam darah tikus saat diberi ekstrak yang terbuat dari daun bunut Bangkok. Hasil lebih lanjut dari penelitian tersebut juga menunjukkan adanya penurunan kadar kolesterol, serta membantu menormalkan aktivitas antioksidan untuk membantu memerangi stres oksidatif yang disebabkan oleh diabetes.[12]
Beberapa penelitian yang menggunakan ekstrak daun bunut Bangkok (dikombinasikan dengan buah-buahan lain dan sendiri-sendiri) telah menunjukkan contoh kemampuan anti-kerut yang berhasil.[13]
Orang yang menggunakan krim termasuk ekstrak daun bunut Bangkok dan buah Bangkok menunjukkan penurunan panjang dan kedalaman kerutan wajah yang signifikan, berkat aktivitas antioksidan dan anti-kolagenase.[13]
Studi lain yang diterbitkan dalam Indian Journal of Pharmaceutical Sciences bahkan menyimpulkan bahwa krim yang mengandung ekstrak buah bunut Bangkok juga dapat digunakan untuk membantu hiperpigmentasi atau bercak gelap pada kulit, jerawat, dan bahkan bintik-bintik (freckles).[14]
Buah bunut Bangkok telah digunakan untuk mengobati berbagai penyakit umum selama ribuan tahun. Lebih dari 40 penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan, endokrin, reproduksi, dan pernafasan telah diobati dengan buah, ekstrak dan komponen bunut Bangkok.[15]
Penelitian telah menunjukkan buah bunut Bangkok berpotensi menjadi sumber pengobatan yang baik untuk anemia, kanker, diabetes, kusta, penyakit hati, kelumpuhan, penyakit kulit, bisul, infeksi saluran pencernaan dan saluran kemih, dan banyak lagi.[15]
Sejauh ini belum banyak laporan mengenai efek merugikan dari bunut Bangkok. Namun jika belum pernah mencoba sebelumnya, sebaiknya cukup mengkonsumsinya sedikit-sedikit untuk memeriksa kemungkinan efek samping yang timbul.
Orang dengan kulit yang sensitif dan alergi terhadap murbei, getah karet alam atau ara dapat memiliki reaksi potensial terhadap komponen bunut Bangkok, seperti buah dan daunnya. Jika memanen buahnya langsung dari pohon, sebaiknya kenakan baju lengan panjang dan sarung tangan.[15]
Penderita diabetes harus berhati-hati saat mengonsumsi atau menggunakan buah bunut Bangkok sebagai obat, karena dapat berefek pada kadar glukosa dalam darah.[7,15]
Hal ini juga berlaku untuk mereka yang menjalani pengobatan diabetes dan insulin, karena buah bunut Bangkok bisa saja mengubah keefektifannya. Seperti biasa, bicarakan dengan dokter sebelum menggunakan buah ini sebagai obat atau sebagai suplemen.[15]
Buah bunut Bangkok segar biasanya dimakan mentah, namun juga bisa diolah menjadi sup maupun sajian kuliner lainnya. Rasanya paling enak saat dimakan langsung dari pohonnya, idealnya karena masih hangat efek terik matahari.[6,8]
Tips Memilih Bunut Bangkok Segar
Potong selalu batangnya. Cuci buah bunut Bangkok dan keringkan dengan lembut untuk menyajikannya utuh.[8]
Ide Penyajian Bunut Bangkok
Setelah membeli bunut Bangkok dan membawanya pulang, sangat direkomendasikan untuk memisahkan dan menyimpan buah ini di dalam mangkuk kecil di lemari es. Mereka hanya akan bertahan kurang lebih 2 hari sebelum membusuk, mirip dengan alpukat.[6,8,15]
Mendinginkan bunut Bangkok dapat merusak rasa, jadi keluarkan buah dari lemari es pada suhu kamar sebelum disajikan. Bunut Bangkok yang kurang matang dapat disimpan pada suhu kamar selama satu atau dua hari sampai dagingnya lunak.[8]
Mengeringkan buah bunut Bangkok dapat memperpanjang umur simpannya dan dapat dikonsumsi sebagai camilan sehat saat dalam perjalanan. Jika disimpan dengan benar, bunut Bangkok kering dapat bertahan selama 18 hingga 24 bulan.[8]
Selain itu, pertimbangkan juga sifat halus buah bunut Bangkok saat disimpan karena buah ini termasuk buah yang mudah hancur.[6]
Bunut Bangkok populer digunakan dalam sajian kuliner Thailand, dapat dimakan mentah maupun matang. Kaya akan serat pangan, mineral yang penting bagi tubuh, dan berbagai vitamin sehingga baik dan sehat untuk dikonsumsi. Bunut Bangkok dilaporkan bermanfaat untuk mengontrol gula darah pada penderita diabetes, membasmi radikal bebas, mencegah penuaan, dan masalah pencernaan.
1. Aye Mya Mon, Yinxian Shi, Pyae Phyo Hein et al. Sustainable Use of Fig Species Provides Nutrition and Medicine for Ethnic Minority Communities in the Southern Shan State of Myanmar. Research Square; 2020.
2. Anonym. Ficus virens. Tropical Plants Database, Ken Fern; 2019.
3. Anonym. Ficus virens var. virens. Australian Tropical Rainforest Plants; 2020.
4. G. J. Harden. Ficus virens Aiton. PlantNet, National Herbarium of NSW; 2020.
5. Anonym. Ficus virens Aiton. Atlas of LIving Australia, National Research Infrastructure for Australia; 2020.
6. Anonym. White Figs. Specialty Produce; 2020.
7. Condé Nast. Figs, raw Nutrition Facts & Calories. The Self Nutrition Data; 2018.
8. Anonym. Figs. Taste Australia; 2020.
9. Mohamed AA Orabi and Esam A Orabi. Antiviral and antioxidant activities of flavonoids of Ficus virens: Experimental and theoretical investigations. 5(3): 120-128. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry; 2016.
10. Ammar S, del Mar Contreras M, Belguith-Hadrich O, Segura-Carretero A, Bouaziz M. Assessment of the distribution of phenolic compounds and contribution to the antioxidant activity in Tunisian fig leaves, fruits, skins and pulps using mass spectrometry-based analysis. 6(12): 3663-77. Food & Function; 2015.
11. Kiran Yasmin Khan, Mir Ajab Khan, Mushtaq Ahmad, Paras Mazari, Imran Hussain, and Hina Faza. Ethno-medicinal Species of genus Ficus L. Used to Treat Diabetes in Pakistan. 01(06): 209-211. Journal of Applied Pharmaceutical Science; 2011.
12. Canal, J. R., Torres, M. D., Romero, A., & Pérez, C. A chloroform extract obtained from a decoction of Ficus carica leaves improves the cholesterolaemic status of rats with streptozotocin-induced diabetes. 87(1): 71–76. Acta Physiologica Hungarica; 2000.
13. Ghimeray, A. K., Jung, U. S., Lee, H. Y., Kim, Y. H., Ryu, E. K., & Chang, M. S. In vitro antioxidant, collagenase inhibition, and in vivo anti-wrinkle effects of combined formulation containing Punica granatum, Ginkgo biloba, Ficus carica, and Morus alba fruits extract. 8: 389–396. Clinical, Cosmetic and Investigational Dermatology; 2015.
14. Khan H, Akhtar N, Ali A. Effects of Cream Containing Ficus carica L. Fruit Extract on Skin Parameters: In vivo Evaluation. 76(6): 560-4. Indian Journal of Pharmaceutical Sciences; 2014.
15. Ethan Boldt. Figs Nutrition: The Anticancer, Fiber-Rich, Antibacterial Powerhouse. Dr. Axe; 2018.