Daftar isi
Cabai hijau atau dalam bahasa inggris disebut green hot chilli pepper adalah salah satu dari banyak cabai yang digunakan sebagai sambal, bumbu masakan, lalapan, dan bahkan sebagai obat tradisional atau obat herbal.
Dari beberapa jenis cabai yang ada di Indonesia, cabai rawit, cabai merah, cabai keriting, cabai gendot, dan lain – lain, cabai hijau lah yang banyak digemari.
Cabai ini dapat tumbuh di negara yang memiliki iklim tropis seperti Indonesia dengan rata – rata suhu 25-30 derajat celcius.
Sayuran yang sering disebut masyarakat jawa sebagai lombok ijo merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko, Amerika Selatan.
Menurut hasil penelitian, Cabai hijau sudah ada di Brazil sejak 7000 tahun yang lalu [1]. Cabai hijau merupakan salah satu cabai yang tinggi nutrisinya dibanding cabai jenis lain.
Cabai hijau juga memiliki jenis lain yang mirip yaitu cabai hijau jalapeno atau dalam bahasa inggris disebut sebagai jalapeno chilli pepper, cabai ini memiliki warna yang sama dengan cabai hijau, namun memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding dengan cabai hijau.[18]
Berikut jumlah dan kandungan gizi pada cabai hijau mentah dengan takaran per 100 gram:
IDNmedis.com Info Gizi (Per 100 Gram) Paprika, cabai pedas, hijau, mentah | |||
---|---|---|---|
Kalori: | 40 | Kalori Dari Lemak: | 1.7 |
%Kebutuhan Harian | |||
Total Lemak | 0.2 g | 0.31 % | |
Lemak Jenuh | 0 g | 0.1 % | |
Lemak Trans | 0 | 0 % | |
Kolesterol | 0 mg | 0 % | |
Sodium | 7 mg | 0.29 % | |
Total Karbohidrat | 9.5 g | 3.15 % | |
Serat | 1.5 g | 6 % | |
Gula | 5.1 g | ||
Protein | 2 g | 4 % | |
Vitamin A | 23.58 % | Vitamin c | 404.12 % |
Kalsium | 1.8 % | Zat besi | 6.67 % |
Src : Paprika, cabai pedas, hijau, mentah *Kebutuhan harian berdasarkan diet 2,000 kalori. Kebutuhan anda bisa lebih besar/kecil. |
Top 10 Gizi | |||
---|---|---|---|
Penyajian 100gr | %Kebutuhan Harian | ||
Vitamin C | 242.5 mg | 404 % | |
Vitamin A | 1179 IU | 24 % | |
Vitamin K | 14.3 mcg | 18 % | |
Vitamin B6 | 0.3 mg | 14 % | |
Mangan | 0.2 mg | 12 % | |
Kalium | 340 mg | 10 % | |
Tembaga | 0.2 mg | 9 % | |
Besi | 1.2 mg | 7 % | |
Magnesium | 25 mg | 6 % | |
Tiamin | 0.1 mg | 6 % | |
Cabai hijau memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi diantara cabai lainnya, seperti cabai merah dan cabai rawit. Kandungan karbohidrat ini dapat mengganti cadangan makanan yang ada di dalam tubuh. [2]
Cabai hijau juga kaya akan kandungan vitamin A dan C yang baik untuk kesehatan mata dan imunitas tubuh.
Serat pada sayuran merupakan salah satu komponen penting dalam sebuah makanan. Cabai hijau memiliki serat yang tinggi yang berfungsi sebagai pencegah penyakit diabetes melitus tipe 2.[4]
Cabai hijau adalah salah satu cabai yang menjadi primadona karena memiliki kandungan karbohidrat, protein, dan serat yang tinggi untuk kesehatan.
Cabai hijau memiliki kandungan capsaicin yang tinggi yang bisa membakar kalori di dalam tubuh. Meskipun cabai rawit lebih pedas ketimbang cabai hijau, justru kandungan vitamin C dan capsaicin di dalam cabai hijau lebih tinggi.
Kandungan beta karoten dan anti-oksidan yang terkandung dalam cabai hijau lebih unggul karena lebih tinggi dibanding cabai rawit.
Dari bentuk, perbedaan sudah sangat mencolok, dimulai dari warna. Untuk cabai rawit warna dari kulit biasanya kuning, jingga, dan merah. Sedangkan cabai hijau memiliki warna pigmen hanya satu yaitu hijau gelap.
Bentuk dari cabai rata – rata sama, memanjang. Namun, untuk cabe rawit, diameternya sedikit lebih besar dibandingkan cabai hijau yang memiliki diameter lebih kecil namun lebih panjang.
Cabai hijau memiliki beberapa senyawa yang unggul di dalamnya, senyawa berikut ialah:
Capsaicin adalah salah satu senyawa hebat yang ada di dalam cabai hijau ini. Senyawa capsaicin bisa menyembuhkan penyakit radang yang terjadi pada tubuh. Capsaicin ini juga bisa meningkatkan resistensi kita terhadap penyakit hipertensi.[5]
Adalah senyawa organik yang terdapat pada cabai hijau yang jarang diketahui. Senyawa ini memiliki kandungan yang dapat mencegah penuaan.
Studi pada Cabai Hijau ini telah diteliti bahwa senyawa polifenol di dalam cabai hijau bisa memperlancar jalannya aliran darah.[6]
Beta karoten adalah istilah yang sangat familiar di dunia kecantikan. Banyak produk kecantikan menggunakan senyawa ini. Cabai hijau juga memiliki senyawa beta karoten di dalamnya.
Beta karoten bekerja memperbaiki pigmen – pigmen pada kulit yang mulai menua atau sudah mati. [7],[8]
Senyawa hebat di dalam cabai hitam merupakan beberapa dari senyawa familiar yang mampu membasmi penyakit dan menjaga keutuhan tubuh.
Pseudomonas aeruginosa
Bakteri ini sering ditemui di rumah sakit. Karena bakteri ini adalah bakteri yang disebabkan oleh infeksi di lingkungan rumah sakit itu sendiri.
Sumber dari adanya bakteri ini adalah dari pasien yang memiliki penyakit kritis dan memiliki masalah imun pada tubuh.
Di Amerika Serikat bakteri ini telah menjangkit 51 ribu rumah sakit setiap tahunnya. Seseorang yang memiliki imun tubuh yang lemah akan dengan mudah terkena bakteri ini.
Streptococcus pynogenes
Bakteri ini termasuk bakteri yang menyebabkan radang, yaitu faringitis, myositis (radang serabut otot), dan sindrom racun streptococcus. Bakteri ini sudah banyak menjangkit di Indonesia.
Bakteri ini juga menjadi penyebab penyakit demam reumatik atau rheumatic fever. Bakteri ini biasa menyerang di negara – negara berkembang.[19],[20],[21]
Bakteri yang dibasmi cabai hijau adalah bakteri yang paling tinggi resikonya terhadap penyakit kronis. Sebenarnya terdapat banyak bakteri yang dibasmi oleh cabai hijau.
Cabai Hijau memiliki beragam manfaat bagi tubuh, manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Darah tinggi
Penyakit ini sudah sering dikenal di kalangan dunia kesehatan. Penyakit ini telah membunuh 7,5 juta orang atau 12,8% dari kematian di dunia. Penyakit ini paling sering menyerang pada orang dewasa.[9]
Senyawa Capsaicin yang terkandung pada cabai hijau dapat mencegah penyakit yang sangat besar resikonya, seperti darah tinggi.[7]
2. Obesitas
Kegemukan atau obesitas merupakan gejala yang dialami manusia yang disebabkan oleh menumpuknya lemak di seluruh bagian tubuh, seperti perut, tangan, leher, dada, punggung, dan kaki.
Obesitas biasanya terjadi ketika seseorang tidak menerapkan pola hidup sehat. Cabai hijau bisa menjadi obat alternatif atau bahkan diet alternatif untuk mengatasi penyakit ini.[10]
3. Menghaluskan dan mempercantik wajah
Kecantikan dan halusnya kulit wajah adalah dambaan bagi setiap wanita. Para wanita akan menggunakan apapun demi menjaga paras cantik dan keawetan wajah.
Maka dari itu, cabai hijau bisa menjadi pilihan alternatif obat herbal untuk wajah.
Senyawa di dalam cabai hijau bisa mengembalikan pigmen – pigmen kulit yang sudah mati.
Beta karoten dan vitamin E yang terkandung di dalam cabai putih bisa membantu pembentukan pigmen pada kulit [8]. Karena pembentukan pigmen ini, kulit akan terasa lebih halus dan lebih sehat.
Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa, terutama pria. Jumlah orang di dunia yang terkena penyakit ini naik secara tetap setiap tahun.[12]
Penyakit ini terjadi ketika kadar gula didalam aliran darah memiliki tingkat yang tinggi [12].
Kurangnya kesadaran dalam pola makan seperti sering mengonsumsi makanan atau minuman yang tinggi akan kandungan glukosa, hal itu sering menyebabkan diabetes dapat dengan mudah menyerang seseorang.
Cabai hijau memiliki salah satu senyawa, yaitu senyawa capsaicin. Capsaicin bekerja mengurangi kandungan glukosa di dalam darah sehingga kandungan glukosa di dalam darah menjadi normal kembali.
Menurut hasil penelitian, kandungan capsaicin di dalam cabai hijau lebih baik ketimbang obat – obatan pabrik.[12]
5. Meningkatkan Imun
Tubuh membutuhkan imun yang kuat untuk membasmi berbagai macam penyakit. Tanpa imun, tubuh manusia akan dapat dengan mudah terserang penyakit, meskipun penyakit sekecil apapun.
Kandungan antibakteri pada cabai hijau dapat melindungi tubuh dari bakteri seperti bakteri Pseudomonas aeruginosa dan bakteri Streptococcus pynogenes.
6. Kaya akan Antioksidan
Cabai hijau memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. Antioksidan yang ada di dalam cabai hijau bisa melindungi tubuh dari berbagai radikal bebas yang masuk.
Berbagai radikal bebas yang menyerang dari luar ataupun dalam yang dapat mengakibatkan penyakit kronis dapat dicegah dengan mengonsumsi cabai hijau secara rutin setiap harinya. [7],[15]
7. Cocok untuk Diet
Bagi seseorang yang ingin diet sehat, cabai hijau bisa menjadi tambahan sayuran di dalamnya.
Makan cabai hijau sebagai campuran salad bisa jadi pilihan diet yang baik untuk menurunkan berat badan. Dengan makan secara cabai hijau rutin, berat badan akan jadi stabil setelah diet. [16]
Kandungan pada cabai hijau memiliki beragam manfaat yang mampu mengusir berbagai penyakit dan cocok untuk sayuran alternatif dalam menu makanan setiap hari.
Saat memotong cabai menggunakan pisau, tangan akan terasa panas karena cabai hijau. Rasa panas ini disebabkan oleh kandungan capsaicin yang ada di dalam cabai hijau. Cara menghilangkannya mudah, basuh dengan air dan sabun lalu bilas dengan air bersih.
Gastritis atau yang sering disebut maag biasanya terjadi karena terlalu banyak memakan makanan asam yang terlalu banyak dan terlalu banyak mengonsumsi makanan pedas terlalu sering. Penyakit ini muncul bersamaa dengan rasa terbakar di perut sekaligus rasa mulas.
Gastritis terjadi ketika dinding atau membran pada lambung terluka atau terkena iritasi [23].
Penyakit gastritis bisa dicegah dengan kurangi mengonsumsi makanan pedas atau asam dan perbanyak minum air putih.
Cabai hijau adalah sayuran tropis yang mudah membusuk. Oleh karena itu penyimpanannya juga harus berada di suhu kisaran 0 sampai 8 derajat celsius. Di suhu ini cabai hijau dapat tahan selama berbulan – bulan.
Pada suhu ruangan hanya dapat bertahan kisaran 2 sampai 3 minggu saja, namun bila disimpan di dalam freezer atau kulkas dengan suhu 0 sampai 8 derajat, lama penyimpanan bisa lebih lama. [22]
Cabai hijau adalah cabai yang dapat dengan mudah membusuk. Jangka penyimpanannya juga cukup pendek bila disimpan di ruangan bersuhu 25-30 derajat celcius. Untuk itu penyimpanan tidak boleh sembarangan.
Tips: menyimpan cabai hijau lebih baik bila disimpan tidak secara berdempetan dengan sayuran lain di dalam wadah yang terbuka, setelah itu masukkan ke kulkas.
Apakah cabai hijau menyebabkan serangan jantung?
Justru cabai hijau memperlancar aliran darah dan menurunkan kadar gula ke titik yang normal. [12]
Apakah cabai hijau menyebabkan sakit perut dan gangguan pencernaan?
Tidak, kandungan capsaicin di dalam cabe hijau tidak merusak lapisan lambung atau usus, justru kandungan capsaicin menyembuhkan radang yang ada di dalam pencernaan.[10]
Apakah makan cabai hijau bisa menyebabkan sariawan?
VItamin C yang terkandung di dalam cabai hijau sangat tinggi, tidak menyebabkan sariawan melainkan cabai hijau bisa mencegah penyakit sariawan. [1]
1) Agricultural Researh Service. 2019. United States Department of Agriculture. Peppers, hot, chilli, green, raw.
2) Joanne Slavin, Justin Carslon. 2014. Adv Nutr.; 5(6): 760–761. Carbohydrates 1.
3) Agnes N. Pedersen, Jens Kondrup, and Elisabet Børsheim. 2013. Food Nutr Res. ; 57: 10.3402. Health effects of protein intake in healthy adults: a systematic literature review
4) Melissa M. Kaczmarczyk, Michael J. Miller, and Gregory G. Freund. 2012. Metabolism ; 61(8): 1058–1066. The health benefits of dietary fiber: beyond the usual suspects of type 2 diabetes, cardiovascular disease and colon cancer.
5) Mark F. McCarty, James J. DiNicolantonio, and Jame.s H. O'Keefe. 2015. Open Heart ; 2(1): e000262. Capsaicin may have important potential for promoting vascular and metabolic health.
6) Khurana S. , Venkataraman K. , Hollingsworth A, Piche M, Tai TC. Nutrients ;5(10):3779-827. Polyphenols: benefits to the cardiovascular system in health and in aging.
7) Mansor Hamed, Diganta Kalita, Michael E. Bartolo, and Sastry S. Jayanty. 2019. Antioxidants (Basel) ; 8(9): 364. Capsaicinoids, Polyphenols and Antioxidant Activities of Capsicum annuum: Comparative Study of the Effect of Ripening Stage and Cooking Methods
8) National Academies Press (US). 2000. Institute of Medicine (US) Panel on Dietary Antioxidants and Related Compounds.
Washington (DC). 8. β-Carotene and Other Carotenoids
9) Shikha Singh, Ravi Shankar, and Gyan Prakash Singh. 2017. Int J Hypertens. ; 2017: 5491838. Prevalence and Associated Risk Factors of Hypertension: A Cross-Sectional Study in Urban Varanasi.
10) Vijaya Juturu. 2016. J Nutr Metab. ; 4986937. Capsaicinoids Modulating Cardiometabolic Syndrome Risk Factors: Current Perspectives.
11) Abdulfatai B. Olokoba, Olusegun A. Obateru, and Lateefat B. Olokoba. 2012. Oman Medical Journal ; 27(4): 269–273. Type 2 Diabetes Mellitus: A Review of Current Trends.
12) Zhang S. , Ma X. , Zhang L. , Sun H. , Liu X. 2017. J Agric Food Chem. ;65(11):2323-2330. Capsaicin Reduces Blood Glucose by Increasing Insulin Levels and Glycogen Content Better than Capsiate in Streptozotocin-Induced Diabetic Rats.
13) Emanuela Marini, Gloria Magi, Marina Mingoia, Armanda Pugnaloni, and Bruna Facinelli. 2015. Front Microbiology ; 6: 1281. Antimicrobial and Anti-Virulence Activity of Capsaicin Against Erythromycin-Resistant, Cell-Invasive Group A Streptococci.
14) Hossein Fazeli, Reza Akbari, Sharareh Moghim, Tahmineh Narimani, Mohammad Reza Arabestani, and Ali Reza Ghoddousi. 2012. Jornal of Research in Medical Science. ; 17(4): 332–337. Pseudomonas aeruginosa infections in patients, hospital means, and personnel's specimens.
15) Qumer Iqbal, Muhammad Amjad, Muhammad Rafique Asi, Agustin Ariño, Khurram Ziaf, Aamir Nawaz, and Tanveer Ahmad. 2015. Foods. ; 4(2): 51–64. Stability of Capsaicinoids and Antioxidants in Dry Hot Peppers under Different Packaging and Storage Temperatures.
16) Varghese S. , Kubatka P. , Rodrigo L. , Gazdikova K. , Caprnda M. , Fedotova J. , Zulli A. , Kruzliak P. , Büsselberg D. 2017. Int J Food Sci Nutr. ;68(4):392-401. Chili pepper as a body weight-loss food.
17) Matteo Bassetti, MD. PhD, Antonio Vena MD, Antony Croxatto, PhD, Elda Righi, MD. PhD, and Benoit Guery MD, PhD. 2018. Drugs Context. ; 7: 212527. How to manage Pseudomonas aeruginosa infections.
18) Tomi L. Olatunji and Anthony J. Afolayan. 2018. Food Science and Nutrition ; 6(8): 2239–2251. The suitability of chili pepper (Capsicum annuum L.) for alleviating human micronutrient dietary deficiencies: A review.
19) Baron Sandrine. 1996. Medical Microbiology. 4th edition. Chapter 13: Streptococcus.
20) Mark J. Walker, Timothy C. Barnett, Jason D. McArthur, Jason N. Cole, Christine M. Gillen, Anna Henningham,a K. S. Sriprakash, Martina L. Sanderson-Smith, and Victor Nizet. Clinical Microbiol Reviews ; 27(2): 264–301. Disease Manifestations and Pathogenic Mechanisms of Group A Streptococcus.
21) M.A. Binotto, L. Guilherme, and A.C. Tanaka. 2002. Images in Paediatric Cardiology ; 4(2): 12–31. Rheumatic Fever.
22) Awole Samira, Kebede Woldetsadik, and Tilahun S. Workneh. 2013. Journal Food Science and Technology ; 50(5): 842–855. Postharvest quality and shelf life of some hot pepper varieties.
23) Anonymous. 2006. Institute for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG). Gastritis: Overview.