Pohon tin merupakan tanaman yang tidak asing lagi didengar, bahkan namanya disebut dalam sebuah surat tersendiri dalam Al-Qur’an. Tidak hanya buah tin yang memiliki manfaat untuk kesehatan, begitu juga daunnya. Daun tin telah dipercaya selama bertahun-tahun dapat meningkatkan kesehatan dan mengatasi penyakit kronis.
Daun tin diketahui memiliki nutrisi yang melimpah sehingga memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Tidak hanya untuk dimakan, daun tin juga dapat digunakan untuk pengobatan dan peningkatan kesehatan. Daun tin biasanya dimanfaatkan menjadi tonik, teh, dan air rebusan untuk mengobati beberapa penyakit.
Daftar isi
Daun tin, yang secara botani diklasifikasikan sebagai Ficus carica, tumbuh di pohon atau semak meranggas dan merupakan anggota dari keluarga Moraceae, atau mulberry. Dikenal karena buahnya yang berdaging, pohon tin tumbuh subur di iklim hangat dan kering serta dapat tumbuh setinggi 3-9 meter.[1,2]
Buah tin atau dikenal juga dengan sebutan buah ara (Ficus) diyakini berasal dari Asia Barat dan telah didistribusikan secara luas ke seluruh wilayah Mediterania. Buah tin telah dibudidayakan selama ribuan tahun, seiring berjalannya waktu, wilayah penanaman buah ini membentang dari Afghanistan hingga Jerman selatan dan Kepulauan Canary.[2]
Daun tin berukuran cukup besar, lebar, lancip, dan pipih, rata-rata memiliki panjang 12-25 sentimeter dan lebar 10-18 sentimeter. Daun tin berwarna hijau muda dan cerah, memiliki 3-5 lobus dengan urat tebal dan batang menonjol. Daun tin juga memiliki tangkai (petiolat) yang berukuran sekitar 1,8 cm – 3,5 cm.[1,3,4]
Daun tin tumbuh dengan pola berselingan, dan bagian atas daun yang kasar seperti amplas, sedangkan bagian bawah memiliki bulu-bulu kecil dan kaku. Daun tin memiliki sisi bergerigi yang yang tidak beraturan di tepinya dan mengarah sedikit ke depan. Daun ini berubah menjadi rona kuning pada musim gugur.[1,3]
Fakta Menarik Seputar Daun Tin
Berikut adalah informasi nilai gizi yang terdapat pada sajian 100 gram daun tin.[5]
Nama | Jumlah | Satuan Unit |
Nitrogen | 26.7 | mg |
Fosfor | 1.52 | mg |
Kalium | 1.14 | mg |
Kalsium | 3.46 | mg |
Magnesium | 0.50 | mg |
Natrium | 3.16 | mg |
Selenium | 1.75 | mg |
Amonium | 11.8 | mg |
Nitrat | 2.5 | mg |
Klorida | 0.40 | mg |
Ion sulfat | 1.12 | mg |
Besi | 190 | µg |
Mangan | 93 | µg |
Seng | 36 | µg |
Tembaga | 22 | µg |
Selain makronutrien diatas, daun tin juga merupakan sumber vitamin A, B1, dan B2 yang baik. Mereka juga mengandung kalsium, zat besi, fosfor, mangan, natrium, dan kalium.[1]
Daun tin (Ficus carica L.) telah sejak lama digunakan untuk pengobatan tradisional dan Cina. Terutama karena daun tin menjadi sumber polifenol yang sangat baik seperti asam caffeoylmalic dan rutin.
Daun tin sangat populer digunakan untuk menurunkan gula darah, yang berarti bagus bila dikonsumsi oleh penderita diabetes. Sebuah studi pada 10 orang dengan diabetes tipe 1 menemukan bahwa minum teh daun tin saat sarapan mungkin dapat menurunkan kebutuhan insulin mereka. Pada bulan mereka menerima teh daun tin, dosis insulin mereka menurun sekitar 12%.[2]
Studi lain juga menemukan bahwa kandungan flavonoid dari daun tin memiliki efek penurunan gula darah pada tikus (hipoglikemik), meningkatkan metabolisme gula darah secara keseluruhan, dan mengurangi stres oksidatif.[8]
Senyawa dalam daun tin bertanggung jawab atas penurunan kadar gula darah dan masih belum diketahui spesifiknya. Rebusan daun tin diyakini mungkin lebih menonjol pada pasien diabetes tipe-II, dan kurang berpengaruh pada pasien diabetes tipe-I.[6,7]
Senyawa quercetin, bila diberikan dengan glukosa, membantu pengangkutan glukosa yang efisien untuk pencernaan yang baik. Ekstrak daun tin encer juga menunjukkan efek penurunan kadar gula darah pada tikus diabetes, kemungkinan karena kemampuannya meningkatkan kadar insulin plasma.[8]
Pengaruh rebusan daun tin sebagai suplemen untuk sarapan, dipelajari pada pasien diabetes mellitus yang bergantung pada insulin. Kadar gula darah setelah makan lebih rendah selama suplementasi dengan tin dan tanpa perbedaan seperti kadar gula sebelum makan. Disimpulkan bahwa penambahan tin pada diet pada diabetes yang bergantung pada insulin dapat membantu mengontrol tingkat gula darah setelah makan.[4]
Ekstrak petroleum eter dari daun tin dievaluasi untuk aktivitas perlindungan hati pada tikus yang diberikan 50 mg / kg rifampisin melalui mulut, dan hasil menunjukkan adanya perubahan biokimia, perkembangan penyakit, dan fungsi hati yang dipicu oleh rifampisin pada tikus. Hasil ini menunjukkan potensi aktivitas perlindungan hati dari ekstrak daun tin.[7]
Dalam studi lain dengan pengujian kultur hati telah digunakan untuk mengevaluasi aktivitas perlindungan hati dari ekstrak metanol daun tin. Hasil penelitian dengan jelas menunjukkan bahwa ekstrak daun tin mampu mengurangi kerusakan hati yang dipicu oleh zat karbon tetraklorida (CCl4) dengan mengurangi tingkat LDH5.[4]
LDH (Lactate dehydrogenase) adalah enzim yang membantu proses perubahan gula menjadi energi bagi sel dalam tubuh, dalam hal ini LDH5 ditemukan di hati dan tulang. LDH yang tinggi mengindikasikan adanya kemungkinan kerusakan jaringan.
Seiring dengan sifat anti-diabetesnya, daun tin juga telah terbukti menurunkan kadar trigliserida tubuh. Trigliserida adalah bentuk penyimpanan lemak di dalam tubuh. Meskipun pasokan trigliserida tertentu diperlukan untuk kesehatan dan fungsi tubuh yang tepat, terlalu banyak trigliserida sangat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit jantung.[2]
Diet dengan konsumsi daun tin secara teratur diketahui dapat membantu menurunkan risiko kesehatan karena secara bertahap menurunkan kadar trigliserida.[2]
Air rebusan dan ekstrak daun tin diketahui bisa menjadi suplemen yang bermanfaat untuk merubah produksi kadar trigliserida (TG) dan kolesterol total (TC) di hati unggas. Hati ayam jantan berumur delapan minggu dengan lemak perut yang tinggi diekstraksi, diiris, dan dikultur dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun, insulin, dan keduanya.[4,7]
Ketika insulin secara ekstensif meningkatkan sekresi TG (mmol / L), kandungan TG (mmol / L), dan sekresi TC (mmol / L) melebihi tingkat awal dan saat ekstrak daun tin ditambahkan efeknya secara drastis berkurang ke tingkat awal.[8]
Ekstrak metanol 80% dari daun tin telah diuji efektivitasnya terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis (H37Rv) menggunakan uji kolorimetri berbasis pelat mikro. Hasil penelitian menunjukkan daun tin berpotensi memiliki aktivitas anti tuberkulosis dengan nilai MIC 1600 µg / mL.[7]
Daun tin dan getah alami dari tumbuhan tin telah terbukti menunjukkan aktivitas antitumor terhadap kanker usus besar manusia, kanker payudara, kanker serviks, dan sel kanker hati.[10,11]
Senyawa kumarin, yang didapat dari ekstrak tin juga telah terbukti dan digunakan untuk pengobatan kanker prostat. Namun, ini tidak berarti bahwa dengan memakan buah tin atau minum teh daun tin akan memberikan efek serupa.[4]
Penelitian melalui tabung reaksi menawarkan titik awal yang menjanjikan, tetapi penelitian pada manusia masih diperlukan untuk menilai bagaimana proses buah tin atau daun tin mempengaruhi pertumbuhan kanker.
Buah dan daun tin yang direbus dalam susu berulang kali berpotensi untuk mengatasi gusi yang bengkak, dan rebusan buahnya bisa dikumur untuk meredakan sakit tenggorokan.[2]
Ekstrak yang didapatkan dari daun tin telah dievaluasi beberapa kandungannya seperti alfa-tokoferol, total flavonoid dan kandungan total fenol serta dilakukan pemeriksaan kapasitas antioksidan.[4]
Hasilnya secara nyata menegaskan bahwa ekstrak ini memiliki kapasitas antioksidan, yang konsisten dengan kandungan total flavonoid dan fenol.[4]
Efek samping dari daun tin masih sangat jarang ditemukan, kebanyakan sumber lebih sering menyebutkan efek samping dari buahnya.
Beberapa orang mungkin bisa saja alergi terhadap buah tin. Pohon tin juga mengandung lateks alami, yang mungkin membuat beberapa orang mungkin alergi. Bagi sebagian orang yang sebelumnya sensitif terhadap getah tanaman, sebaiknya berhati-hati saat memegang bagian dari pohon tin.[12]
Getah buah tin yang masih mentah dan bagian manapun dari pohon dapat menyebabkan iritasi parah pada kulit jika tidak segera dihilangkan. Ini merupakan bahaya pekerjaan tidak hanya bagi pemanen dan pengemas tin tetapi juga bagi pekerja di industri makanan, dan bagi siapapun yang tidak sengaja bersentuhan dengan getah ini.[2]
Daun tin paling cocok untuk sajian kuliner yang dimasak seperti kukusan, bakar, atau panggang. Mereka biasanya digunakan sebagai pembungkus dan dikukus dengan daging, makanan laut, dan sayuran untuk memberikan rasa buah berasap dan aroma kelapa yang khas.
Ide Penyajian Daun Tin
Daun tin segar sangat mudah rusak dan hanya akan bertahan 1-2 hari jika disimpan di lemari es, sedangkan buahnya mungkin dapat bertahan selama 8 hari. Namun jika dibekukan utuh, daun tin mungkin dapat disimpan selama beberapa bulan.[1,4]
Daun tin mengandung beragam nutrisi yang sangat bermanfaat bagi tubuh, seperti senyawa flavonoid, fenolik, dan sulfur. Rebusan daun tin dan teh daun tin dilaporkan baik untuk mengurangi kadar gula darah pada penderita diabetes, rebusan dan ekstrak daunnya juga terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol, memberikan efek perlindungan hati, mengobati tuberkulosis dan kanker.
1. Anonym. Fig Leaves. Specialty Produce; 2020.
2. Julia F. Morton, Miami, FL. Fig. 47–50. In: Fruits of warm climates; 2020.
3. Anonym. Fig. Plant Village; 2020.
4. SARFARAZ KHAN MARWAT, MUHAMMAD ASLAM KHAN, MIR AJAB KHAN, FAZAL-UR-REHMAN, ABDUL HAKIM AKBARI, MUSHTAQ AHMAD, MUHAMMAD ZAFAR and FAROOQ AHMAD. Medicinal and Pharmacological Potentiality of the Plant At-Tîn-Common Fig (Ficus carica L.). 23(1): 1-10. Asian Journal of Chemistry; 2011.
5. D.A. Moreno , G. Pulgar , G. Víllora & L. Romero. Nutritional diagnosis of fig tree leaves. 21(12): 2579-2588. Journal of Plant Nutrition; 1998.
6. Alicia Serraclara, Federico Hawkins, Carmen Pérez, Elisa Domı́nguez, José Enrique Campillo, Marı́a Dolores Torres. Hypoglycemic action of an oral fig-leaf decoction in type-I diabetic patients. 39(1): 19-22. Diabetes Research and Clinical Practice; 1998.
7. Shukranul Mawa, Khairana Husain, and Ibrahim Jantan. Ficus carica L. (Moraceae): Phytochemistry, Traditional Uses and Biological Activities. 2013: 1-8. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine; 2013.
8. Badgujar S, Patel VV, Bandivdekar AH, Mahajan RT. Traditional uses, phytochemistry and pharmacology of Ficus carica: A review. 52(11):1487-1503. Pharmaceutical Biology; 2014.
9. Wojdyło A, Nowicka P, Carbonell-Barrachina ÁA, Hernández F. Phenolic compounds, antioxidant and antidiabetic activity of different cultivars of Ficus carica L. fruits. 25:421-432. Journal of Functional Foods; 2016.
10. Zhang Y, Wan Y, Huo B, Li B, Jin Y, Hu X. Extracts and components of Ficus carica leaves suppress survival, cell cycle, and migration of triple-negative breast cancer MDA-MB-231 cells. 11: 4377-4386. OncoTargets and therapy; 2018.
11. Soltana H, Pinon A, Limami Y, Zaid Y, Khalki L, Zaid N, Salah D, Sabitaliyevich UY, Simon A, Liagre B, Hammami M. Antitumoral activity of Ficus carica L. on colorectal cancer cell lines. 65(6): 6-11. Cellular and molecular biology (Noisy-le-Grand, France); 2019.
12. Hemmer W, Focke M, Marzban G, Swoboda I, Jarisch R, Laimer M. Identification of Bet v 1-related allergens in fig and other Moraceae fruits. 40(4):679-87. Clinical and experimental allergy : journal of the British Society for Allergy and Clinical Immunology; 2010.
13. Takahashi, T., Okiura, A. & Kohno, M. Phenylpropanoid composition in fig (Ficus carica L.) leaves. 71: 770–775. Journal of Natural Medicines; 2017.
14. Paul Alfrey. Dig the Fig – The Essential Guide to All You Need to Know About Figs. Permaculture Research Institute; 2016.