Daftar isi
Fase remaja mungkin bisa dikatakan sebagai fase menuju kedewasaan, di mana pada masa ini, seseorang akan mulai mengalami banyak kondisi menyulitkan dalam hidupnya [1].
Kesulitan hidup inilah yang kemudian dapat menyebabkan gejala-gejala seperti sering merasa sedih, susah konsentrasi, kehilangan minat pada hobi atau merasa berputus asa [1].
Jika hal-hal tersebut terjadi dalam waktu yang lama, maka mungkin remaja tersebut sedang mengalami depresi [1].
Depresi yang terjadi pada remaja ini ternyata menjadi salah satu faktor risiko utama penyebab bunuh diri. Selain itu, depresi remaja ini dinilai sebagai sub bentuk awal dari gangguan depresi pada usia dewasa nanti [2].
Gejala-gejala depresi remaja ini akan sangat terlihat, khususnya pada perubahan nyata dalam pemikiran dan perilaku remaja [3].
Gejala paling umum dari depresi pada remaja dapat berupa hilangnya motivasi atau bahkan cenderung menarik diri dari lingkungan. Remaja jadi lebih sering di kamar selama berjam-jam sehingga waktu tidur jadi berlebihan [3].
Selain itu, gejala-gejala berikut ini mungkin juga akan dialami oleh remaja yang mengalami depresi, namun tidak harus semua [3]:
Depresi pada remaja ini umumnya tidak hanya disebabkan oleh satu penyebab saja, melainkan akumulasi dari beberapa penyebab [4].
Adapun berikut ini merupakan beberapa hal yang mungkin berperan dalam menyebabkan depresi pada remaja [4]:
Para remaja yang mengalami depresi, menurut hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan atau kelainan pada bagian tertentu otaknya. Adapun menurut para ahli, perbedaan tersebut terletak pada hormon dan tingkat neurotrasnmiternya.
Neurotransmiter sendiri merupakan bahan kimia utama di otak yang berperan dalam mengatur suasana hati dan perilaku seseorang.
Adapun Neurotransmiter yang berkaitan dengan depresi antara lain serotonin, dopamine dan norepinefrin. Jika neurotransmiter tersebut rendah maka depresi dapat terjadi.
Remaja mungkin dapat mengalami depresi akibat adanya peristiwa traumatis yang dialaminya pada masa kehidupan awal atau masa anak-anak. Adapun peristiwa traumatis yang dimaksud dapat berupa [4]:
Peristiwa traumatis tersebut diketahui dapat menetap dalam otak (ingatan) anak-anak hingga usia selanjutnya, khususnya ketika remaja. Mengingat, anak-anak belum memiliki mekanisme koping yang baik.
Depresi ternyata dapat diturunkan dari orang tua kepada anak melalui komponen biologis tertentu. Selain itu, depresi pada remaja juga dapat terjadi jika dalam lingkungan hidup remaja tersebut terdapat beberapa orang yang depresi.
Remaja mungkin dapat mengalami depresi jika terbiasa mendapatkan pemikiran pesimis dari orang-orang sekitarnya, termasuk orang tua.
Kurangnya contoh positif yang diketahui dapat membuat remaja menjadi kesulitan dalam mengatasi tantangan dalam hidupnya.
Berikut ini merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko remaja mengembangkan depresi [4]:
Berikut ini merupakan beberapa komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan oleh depresi pada remaja [5]:
Untuk bunuh diri sendiri, umumnya dapat terjadi jika remaja yang depresi tidak mendapatkan bantuan secara tepat. Oleh karena itu, keinginan bunuh diri memburuk hingga menjadi perbuatan nyata bunuh diri [5].
Depresi pada remaja bukanlah sekadar moody, atau perubahan suasana hati yang sering terjadi. Namun, lebih dari itu, depresi pada remaja merupakan suatu kondisi media yang harus mendapatkan penanganan yang tepat [5].
Dalam hal ini, orang tua harus lebih paham dengan perubahan tingkah laku anak remajanya, sehingga tindakan yang tepat dapat segera diberikan [5].
Jika remaja menunjukkan hal berikut ini maka sangat disarankan untuk segera membawanya kedokter atau ahli kesehatan mental [5]:
Diagnosis depresi pada remaja mungkin akan dilakukan dengan beberapa tahapan termasuk [5]:
Pemeriksaan fisik mungkin akan dilakukan secara mendalam pada remaja yang dicurigai mengalami depresi, termasuk kondisi medis yang mungkin terjadi. Hal ini tidak lain untuk mengetahui kemungkinan penyebab depresi.
Tes laboratorium berupa tes darah lengkap maupun tes tiroid mungkin akan sangat membantu untuk mengetahui fungsinya apakah berjalan dengan baik atau tidak.
Tahap yang tidak kalah penting untuk dilakukan dalam diagnosis depresi pada remaja yaitu evaluasi psikologis. Tes ini dapat berupa kuesioner yang digunakan untuk membantu mendiagnosis dan memeriksa komplikasi depresi.
Depresi pada remaja hampir sama dengan depresi pada umumnya, di mana tidak ada pengobatan tunggal yang dapat menyembuhkannya [4].
Beberapa jenis pengobatan mungkin akan dikombinasikan untuk mendapatkan hasil terbaik. Adapun berikut ini merupakan beberapa jenis pengobatan mungkin digunakan untuk mengobati depresi pada remaha [4]:
Antidepresan merupakan salah satu jenis obat yang digunakan untuk mengobati depresi pada umumnya. Penggunaan antidepresan ini berbeda-beda pada masing-masing orang.
Untuk itu, sebelum menemukan obat antidepresan yang tepat, seseorang mungkin akan mencoba beberapa obat antidepresan.
Dalam tahap percobaan tersebut, dokter atau ahli kesehatan mental akan membantu untuk menemukan obat yang paling cocok untuk setiap pasiennya.
Psikoterapi merupakan salah satu jenis metode pengobatan yang dapat juga digunakan dalam membantu proses pengobatan depresi pada remaja. Adapun psikoterapi ini ada bermacam-macam, termasuk [4]:
Pengobatan lain mungkin juga akan dibutuhkan dalam membantu mengobati depresi [4]:
Depresi merupakan salah satu penyakit yang hingga kini tidak diketahui cara pencegahannya secara pasti. Baik depresi pada orang dewasa maupun depresi pada remaja [6].
Namun, beberapa langkah berikut ini mungkin akan dapat membantu mencegah depresi pada remaja [6]:
1. Anonim. Teen Depression: More Than Just Moodiness. The National Institute of Mental Health Information Resource Center; 2021.
2. Prof Anita Thapar, Stephan Collishaw, Daniel S Pine & Ajay K Thapar. Depression In Adolescence. National Center for Biotechnology Information, US. National Library of Medicine, National Institutes of Health; 2012.
3. Debra Fulghum Bruce & Amita Shroff, MD. Teen Depression. WebMD; 2020.
4. Brian Krans, Stephanie Faris & Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP. Teen Depression. Healthline; 2021.
5. Zawn Villines & Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP. How to help a teen with depression. Medical News Today; 2019.
6. Tim Mayo Clinic. Teen depression. Mayo Clinic; 2021.