Diskezia atau sindrom bayi mengejan adalah kondisi yang umum dijumpai, yakni ketika sulit buang air besar disertai dengan rasa sakit [1,2,3].
Pada dasarnya, diskezia bukan sebuah penyakit, melainkan gejala penyakit karena diskezia sendiri merupakan proses sulitnya buang air besar yang disertai rasa sakit, bisa dikarenakan adanya radang pada sistem pencernaan [1,2,3].
Kondisi diskezia juga kerap terjadi pada bayi baru lahir yang sedang belajar mengejan dan yang sedang mengalami sembelit [1,2,3].
Meski disertai rasa sakit, diskezia adalah kondisi yang cepat sembuh tanpa ditangani dengan obat apapun; namun memerlukan waktu pulih sekitar 1-2 minggu [1,3].
Mengapa bayi mengejan kuat saat buang air besar?
Bayi cenderung belum bisa mengendalikan refleks buang air besar sehingga bayi umumnya menggunakan otot perut dan diafragma untuk mendorong fesesnya [1,3].
Hal ini menyebabkan otot anus juga menjadi tegang sampai pada akhirnya beberapa kali bayi harus mengejan dan mengulet selama kurang lebih 10 menit [1,3].
Bayi juga kerap kali menangis saat mengejan supaya mampu menekan perutnya agar feses bisa segera keluar [1].
Pada proses tersebut, bayi sedang merasa frustrasi; namun, otot bayi kemudian akan rileks kembali setelah feses berhasil dikeluarkan [1].
Membutuhkan waktu cukup lama bagi bayi untuk belajar buang air besar dengan baik dan benar [1].
Namun, seiring bayi bertambah besar dan sistem pencernaan semakin terbentuk sempurna, diskezia dan kesulitan lain saat buang air besar akan hilang [1,3].
Karena diskezia adalah gejala penyakit, maka terdapat beberapa kemungkinan kondisi yang mendasarinya, seperti :
1. Sembelit
Sembelit atau disebut juga dengan konstipasi adalah kondisi di mana seseorang sulit buang air besar ditandai dengan frekuensi buang air besar yang jarang (seminggu 3 kali atau lebih sedikit dari itu) [4].
Selain itu, sembelit sering ditandai dengan beberapa keluhan lain seperti [4] :
Tidak hanya orang dewasa, bayi baru lahir pun bisa mengalami sembelit dengan rasa sakit karena sulit buang air besar [4].
Diskezia bisa menjadi salah satu sebab dibalik sulitnya bayi buang air besar, ditambah dengan bayi rewel, dan bayi merasakan sakit di bagian perutnya [5].
Pada bayi, sembelit biasanya disebabkan oleh kurangnya cairan atau asupan berserat [6].
Bayi juga menjadi mudah stres atau cemas ketika dilatih mengejan dan buang air besar sehingga rasa sakit yang dirasakan akan disertai dengan tangisan [6].
Seringkali untuk anak yang lebih besar, stres atau kecemasan bisa terjadi ketika berada di lingkungan baru di mana hal ini turut memengaruhi kondisi pencernaan [6].
2. Tumor Usus
Tumor usus adalah kemungkinan lain yang mampu menjadi sebab utama diskezia terjadi [7].
Tumor pada usus bisa bersifat jinak maupun ganas [8,9].
Tumor usus jinak biasanya disebut dengan istilah polip usus, yakni timbulnya benjolan berukuran kecil di dalam usus besar [7].
Polip usus rata-rata bersifat ringan dan tidak membahayakan jiwa penderitanya [7].
Meski demikian, cukup banyak pula kasus di mana polip usus berkembang menjadi kanker usus besa [8,9]r.
Beberapa gejala utama polip usus antara lain adalah [7] :
Ketika tumor jinak pada usus berkembang ganas dan menyebabkan kanker usus besar, berikut ini adalah gejala-gejala yang perlu diwaspadai [8,9] :
Pada kasus kanker usus besar stadium akhir, gejala yang dirasakan akan jauh lebih serius, seperti [8,9] :
Jika diskezia disertai dengan beberapa gejala tak wajar dan berlebihan seperti di atas, terutama perubahan warna dan bentuk tinja selama 1 bulan lebih, sudah saatnya untuk kondisi diperiksakan ke dokter [9].
3. Peradangan Usus Besar
Radang usus besar merupakan penyakit kronis yang menyerang saluran pencernaan [10].
Meski diare parah menjadi salah satu gejala utama pada radang usus besar [10].
Diskezia dapat menjadi keluhan lainnya yang bisa diwaspadai [11].
Selain itu, beberapa gejala ini umum terjadi sebagai tanda bahwa seseorang mengalami peradangan usus besar [10].
Pada kasus radang usus besar, biasanya timbul luka atau iritasi di bagian saluran pencernaan sehingga perut akan terasa sakit terus-menerus [10].
Kondisi kolitis ulseratif dan penyakit Crohn juga termasuk dalam peradangan usus besar [10].
Penyakit Crohn adalah radang dari mulut sampai anus (seluruh sistem pencernaan terserang radang); sedangkan kolitis ulseratif adalah peradangan yang menyerang lapisan paling dalam usus besar dan bersifat kronis [10].
4. Infeksi Parasit di Saluran Pencernaan
Kemungkinan lain yang mampu menyebabkan diskezia adalah infeksi parasit pada saluran pencernaan atau usus [12].
Infeksi parasit adalah infeksi yang disebabkan parasit (dalam bentuk kutu atau cacing) [12].
Terjadinya infeksi parasit pada saluran pencernaan bisa bermula dari asupan makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi parasit [12].
Umumnya, beberapa gejala yang terjadi karena infeksi parasit meliputi [12] :
Gejala infeksi parasit, termasuk diskezia perlu segera diperiksakan agar jelas apa kondisi yang menjadi penyebabnya [12].
Dengan deteksi dan penanganan dini, hal ini bisa membantu supaya menurunkan risiko komplikasi dan menurunkan risiko penularan lebih luas.
Seperti pada umumnya, dokter akan memeriksa fisik pasien dan memeriksa riwayat kesehatannya [1,3].
Dalam pemeriksaan fisik, dokter perlu mengetahui gejala apa saja yang dialami pasien dan bagian tubuh mana yang terasa sakit agar organ yang terpengaruh dapat ditentukan [1,3].
Sementara itu, pemeriksaan riwayat kesehatan dilakukan dengan menanyakan riwayat kesehatan pasien maupun keluarga pasien [1,3].
Diskezia pada kasus peradangan biasanya terjadi secara persisten, sedangkan dokter biasanya menemukan lesi obstruktif pada kasus diskezia sebelum buang air besar [1,3].
Diskezia tidak memerlukan pemeriksaan penunjang maupun penanganan medis, sebab seiring perkembangan organ tubuhnya, bayi akan lebih lancar dalam buang air besar [1,3].
Membutuhkan sekitar 1-2 minggu untuk diskezia pada bayi mereda dan bayi tidak akan rewel lagi setelahnya [1,3].
Ketika bayi masih berusia 2-3 bulan dan masih belajar untuk buang air besar lebih mudah, penggunaan supositoria tidak dianjurkan [1,3].
Walau tampak lebih membantu, supositoria atau stimulan rektum akan menghambat proses belajar buang air besar pada bayi [3].
Bahkan penggunaan laksatif untuk mempermudah buang air besar juga tidak diperlukan [3].
Tanpa obat, beberapa hal ini bisa dilakukan orang tua dalam membantu bayi merasa lebih baik dan nyaman [1] :
Diskezia berbeda dari sembelit, namun sembelit bisa menjadi salah satu sebab bayi mengalami diskezia [4].
Diskezia adalah proses perkembangan bayi dan proses bayi dalam belajar buang air besar sehingga merasa kesulitan, tegang, sakit hingga menangis [1,3].
Jika orang tua khawatir, sebaiknya konsultasikan langsung dengan dokter anak agar dokter bisa memberi solusi terbaik bagi orang tua.
1. Colic SOS. Infant Dyschezia: Grunting Baby Syndrome. Colic SOS; 2022.
2. J Boix-Ochoa, J M Casasa, & J M Gil-Vernet. Anorectal dyschezia. Megarectum. Annals of Clinical Gastroenterology and Hepatology; 1984.
3. International Foundation for Gastrointestinal Disorders. Infant Dyschezia. International Foundation for Gastrointestinal Disorders; 2022.
4. Judith Zeevenhooven, Ilan J.N. Koppen & Marc A. Benninga. The New Rome IV Criteria for Functional Gastrointestinal Disorders in Infants and Toddlers. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition; 2017.
5. Sorangel Diaz; Khaled Bittar; & Magda D. Mendez. Constipation. National Center for Biotechnology Information; 2021.
6. Paul Allen; Aniruddh Setya; & Veronica N. Lawrence. Pediatric Functional Constipation. National Center for Biotechnology Information; 2021.
7. Albert M Wolthuis, Christel Meuleman, Carla Tomassetti, Thomas D’Hooghe, Anthony de Buck van Overstraeten, & André D’Hoore. Bowel endometriosis: Colorectal surgeon’s perspective in a multidisciplinary surgical team. World Journal of Gastroenterology; 2014.
8. National Health Service. Bowel polyps. National Health Service; 2020.
9. Alejandro Recio-Boiles & Burt Cagir. Colon Cancer. National Center for Biotechnology Information; 2022.
10. Christopher McDowell; Umer Farooq; & Muhammad Haseeb. Inflammatory Bowel Disease. National Center for Biotechnology Information; 2021.
11. Reena Khanna, Yue Li, Thomas Schroeder, Aaron Brzezinski, Bret A Lashner, Ravi P Kiran, Reza H Remzi, & Bo Shen. Manometric evaluation of evacuatory difficulty (dyschezia) in ileal pouch patients. Inflammatory Bowel Diseases; 2013.
12. Judith Marcin, M.D. & Tricia Kinman. Parasitic Infections. Healthline; 2018.