Daftar isi
Edema anasarka merupakan jenis pembengkakan yang ada pada di seluruh rongga dan jaringan tubuh karena akumulasi cairan yang terlalu banyak [1,2,3].
Apabila istilah edema adalah untuk menggambarkan kondisi pembengkakan yang terjadi pada bagian-bagian tubuh tertentu, maka edema anasarka justru meliputi bengkak di seluruh tubuh [1,2,3].
Edema anasarka sendiri umumnya merupakan tanda dari adanya penyakit tertentu yang sudah lebih dulu dialami penderita [1,2,3].
Ketika penyakit ini semakin parah, terutama jika masalah terjadi pada jantung, ginjal atau hati, tanpa disadari pembengkakan dapat terjadi sebagai dampaknya [1].
Karena merupakan efek dari adanya penyakit serius, edema anasarka berpotensi mengakibatkan kematian jika tidak segera memperoleh penanganan [1].
Tinjauan Edema anasarka adalah kondisi ketika pembengkakan terjadi karena cairan terakumulasi di seluruh bagian tubuh.
Edema anasarka dapat disebabkan atau dipicu oleh beberapa kondisi kronis, seperti [1,3] :
Selain itu, terdapat adanya faktor lain yang mampu menjadi penyebab edema anasarka seperti berikut, hanya saja faktor-faktor penyebab ini jauh lebih jarang dijumpai.
Tinjauan Penyebab edema anasarka umumnya meliputi masalah pada hati, ginjal dan jantung; namun beberapa kondisi seperti efek obat tertentu, alergi, cedera, malnutrisi, dan kehamilan dapat pula menjadi faktor risiko edema anasarka.
Edema anasarka utamanya ditandai dengan pembengkakan di seluruh tubuh dan cenderung bersifat ekstrem bila dibandingkan dengan edema biasa [1,3].
Beberapa gejala lain yang ditimbulkan oleh kondisi edema anasarka antara lain adalah [1,3] :
Pada kondisi yang sudah jauh lebih berat, penderita tak lagi bisa bergerak dengan mudah, terutama tidak lagi mampu berjalan normal [1].
Ketika merasa bahwa pembengkakan sudah sangat berlebihan dan sampai harus kesulitan bernafas disertai dada terasa sakit, segera ke dokter untuk memeriksakan diri [1].
Seringkali beberapa gejala ini dapat menandakan edema paru sehingga memerlukan penanganan secepat mungkin.
Tinjauan Gejala utama edema anasarka adalah pembengkakan pada seluruh tubuh hingga seringkali penderita menjadi sulit untuk menggerakkan tubuhnya dan merasa tubuhnya semakin berat.
Ketika gejala mengarah pada edema anasarka mulai timbul dan tubuh juga tak lagi nyaman serta normal setiap digerakkan, segera ke dokter.
Beberapa metode diagnosa di bawah ini biasanya dokter gunakan untuk memastikan kondisi edema anasarka dan penyebab gejala yang dikeluhkan oleh pasien.
Seperti pada umumnya, dokter akan mengawali pemeriksaan dengan mengecek kondisi fisik pasien dan mengidentifikasi gejala fisik pada tubuh pasien [1].
Selain itu, dokter juga akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien dan keluarga pasien terkait riwayat medis pasien [1].
Dokter juga sekiranya perlu mengetahui riwayat medis keluarga pasien sebagai pelengkap informasi dalam menegakkan diagnosa [1].
Sebagai tes penunjang, dokter kemungkinan menganjurkan pasien untuk menempuh tes urine selanjutnya [1,3].
Tes urine akan sangat membantu bagi dokter untuk mengetahui adanya potensi kebocoran protein darah [1,3].
Selain tes urine, tes darah juga diperlukan sebagai tes penunjang untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam tubuh pasien [1,3].
Melalui pemeriksaan darah, dokter pun akan tahu seberapa baik atau seberapa buruk kondisi fungsi ginjal, jantung, dan hati pasien [1,3].
Tes stres EKG atau stress test merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang dokter lakukan untuk mengetahui reaksi jantung ketika tubuh digunakan aktif [1].
Tes ini dapat mengetahui masalah pada aktivitas listrik maupun irama jantung [1].
Melalui tes ini, dokter juga akan dapat mengetahui seberapa serius penyakit arteri koroner (jika pasien menderita penyakit ini) sekaligus mengevaluasi tekanan darah, detak jantung, dan fungsi katup jantung [1].
Pemeriksaan jantung tidak cukup dengan tes stres EKG, tapi juga diperlukan adanya pemeriksaan berupa ekokardiografi atau USG jantung [1].
Dengan tes yang memanfaatkan gelombang ultrasonik ini, dokter akan mengetahui kondisi fungsi jantung sekaligus struktur jantung [1].
Tes pemindaian adalah tes penunjang lainnya yang pasien dapat tempuh agar dokter bisa mengetahui kondisi rongga perut maupun dada pasien [9].
Tes alergi kemungkinan besar akan dokter rekomendasikan juga agar dapat mengidentifikasi reaksi alergi dari tubuh pasien [3].
Jika memiliki riwayat alergi, maka biasanya tubuh pasien akan mengeluarkan reaksi alergi sewaktu dihadapkan atau berdekatan dengan benda atau zat tertentu [3].
Tes penunjang lain yang juga dokter akan butuhkan adalah lymphoscintigraphy, yakni prosedur evaluasi kondisi limfedema [1].
Limfedema sendiri adalah kondisi yang paling rentan terjadi pada penderita kanker yang ditandai dengan pembengkakan lengan atau tungkai (kaki) karena kanker menyumbat pembuluh getah bening [1].
Lymphoscintigraphy adalah metode pemeriksaan yang akan dokter terapkan apabila pemeriksaan klinis tidak membantu atau tidak bisa dilakukan [1].
Tinjauan Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes urine, tes darah, tes stres EKG, USG jantung, CT scan, tes alergi, dan lymphoscintigraphy adalah serangkaian metode diagnosa untuk memastikan edema anasarka dan menentukan pengobatan yang tepat.
Penanganan untuk edema anasarka perlu disesuaikan dengan kondisi yang mendasarinya dan beberapa bentuk pengobatan edema anasarka secara umum adalah :
Pada seluruh kasus edema, upaya penanganan utama yang perlu dilakukan adalah membuang cairan berlebih dari dalam tubuh pasien [1].
Ketika cairan terakumulasi berlebihan di seluruh tubuh pasien, maka tentu hal ini memerlukan waktu lebih lama pada prosesnya [1].
Namun untuk pengangkatan cairan pada pasien sindrom nefrotik, gagal jantung, dan retensi sodium primer, biasanya prosedur dapat dilakukan secara cepat [1].
Terapi ini adalah bentuk penanganan yang umumnya diberikan kepada pasien edema lokal karna obstruksi limfatik atau obstruksi vena [1].
Salah satu jenis diuretik yang umumnya diberikan kepada penderita edema anasarka adalah furosemide [1].
Terapi ini akan membantu supaya cairan yang terakumulasi keluar bersama urine saat buang air kecil [1].
Pada beberapa kasus, obat diuretik justru dapat memicu edema, maka penanganan terapi diuretik tak dapat diandalkan [1,3].
Untuk mengatasi edema anasarka pun pasien dapat mencoba melakukan diet pembatasan sodium [1,3].
Dokter akan menganjurkan diet ini jika diperlukan dan pasien diminta untuk berhenti dari penggunaan obat diuretik selama melakukan diet rendah sodium [1,3].
Terdapat sejumlah metode penanganan dan terapi untuk edema anasarka, seperti halnya terapi kompresi, yakni jenis terapi yang mengompresi kaki dengan stocking khusus dan mengangkat kaki secara rutin [1].
Selain itu, hidrasi tubuh bagi pasien setiap hari dengan emolien serta penggunaan krim steroid yang dioleskan ke kulit yang terkena peradangan adalah metode perawatan lainnya [1].
Sementara itu untuk limfedema primer, fisioterapi dekongestif kompleks adalah penanganan terbaik [1].
Bagaimana prognosis edema anasarka?
Seberapa baik prognosis edema anasarka ditentukan oleh kondisi yang mendasarinya [1].
Bila kondisi menyangkut tumor ganas ataupun penyakit lain yang sudah bergejala sangat buruk, maka risiko prognosis buruk sangat tinggi [1].
Namun untuk penyakit-penyakit yang mendasari edema anasarka dan masih memungkinkan untuk memperoleh penanganan dan pemulihan, prognosis tergolong baik [1].
Meski demikian, pada kebanyakan kasus edema anasarka penderitanya akan mengalami perkembangan pada pembengkakan di seluruh tubuh [1].
Penyakit yang menyebabkan pun akan semakin parah sehingga menjadi semakin sulit untuk diobati [1].
Tinjauan Dalam menangani edema anasarka, prosedur pengangkatan cairan dari dalam tubuh, terapi diuretik, diet rendah/pembatasan sodium, terapi kompresi dan fisioterapi dekongestif kompleks dapat ditempuh oleh pasien.
Edema anasarka akan sangat membahayakan nyawa penderitanya apabila tidak segera memperoleh penanganan yang tepat.
Beberapa risiko komplikasi edema anasarka meliputi [1] :
Pencegahan terbaik untuk edema anasarka adalah dengan menurunkan risiko kondisi medis yang menyebabkannya.
Memiliki pola hidup sehat dan seimbang adalah salah satu langkah penting agar jantung, hati dan ginjal tetap terjaga baik fungsi dan kesehatannya [1,3].
Bagi penderita alergi, menjauhi alergen akan meminimalisir timbulnya reaksi alergi yang berakibat pada edema anasarka.
Selain itu untuk meminimalisir risiko komplikasi yang mengancam jiwa penderita, gejala edema anasarkan perlu diatasi secepatnya.
Bahkan gejala-gejala dari kondisi medis yang menyebabkan edema anasarka pun sebaiknya memperoleh penanganan segera sebelum menjadi kronis.
Selama pengobatan, pastikan ikuti anjuran dokter dengan benar agar gejala edema anasarka dapat mereda dan kondisi ini tidak mudah kembali terjadi.
Tinjauan Pencegahan edema anasarka dapat dilakukan dengan meminimalisir risiko terjadinya kondisi medis yang menyebabkan edema anasarka, yakni melalui pola hidup yang sehat. Untuk meminimalisir risiko komplikasi edema anasarka, deteksi dan penanganan segera sangat dianjurkan.
1. Sri Rama Surya Tez Kattula; Akshay Avula; & Krishna M. Baradhi. Anasarca. National Center for Biotechnology Information; 2021.
2. Robin S. Mamesah, Adrian Umboh & Stevanus Gunawan. Hubungan aspek klinis dan laboratorik dengan tipe sindrom nefrotik pada anak. Jurnal e-Clinic; 2016.
3. Daniella Lent-Schochet & Ishwarlal Jialal. Physiology, Edema. National Center for Biotechnology Information; 2021.
4. Meyha N. Swaroop, Chantal M. Ferguson, Nora K. Horick, Melissa N. Skolny, Cynthia L. Miller, Lauren S. Jammallo, Cheryl L. Brunelle, Jean A. O’Toole, Steven J. Isakoff, Michelle C. Specht, & Alphonse G. Taghian. Impact of adjuvant taxane-based chemotherapy on development of breast cancer-related lymphedema: results from a large prospective cohort. Breast Cancer Research and Treatment; 2015.
5. K A Semb, S Aamdal, & P Oian. Capillary protein leak syndrome appears to explain fluid retention in cancer patients who receive docetaxel treatment. Journal of Clinical Oncology.
6. Erin Frazeea & Kianoush Kashanib. Fluid Management for Critically Ill Patients: A Review of the Current State of Fluid Therapy in the Intensive Care Unit. Kidney Diseases; 2016.
7. Didem Şener, M Halil, Burcu Balam Yavuz, Mustafa Cankurtaran, & Servet Ariğul. Anasarca Edema with Amlodipine Treatment. Annals of Pharmacotherapy; 2005.
8. Hannah Tamary, Orly Dgany, Margaret P Adam, Holly H Ardinger, Roberta A Pagon, Stephanie E Wallace, Lora JH Bean, Ghayda Mirzaa, Anne Amemiya & editors. Alpha-Thalassemia. National Library of Medicine; 2005.
9. Roberto Lo Gullo, Shelly Mishra, Diego A Lira, Atul Padole, Alexi Otrakji, Ranish Deedar Ali Khawaja, Sarvenaz Pourjabbar, Sarabjeet Singh, Jo-Anne O Shepard, Subba R Digumarthy, Mannudeep K Kalra & James R Stone. Quantification of interstitial fluid on whole body CT: comparison with whole body autopsy. Forensic Science, Medicine and Pathology; 2015.