Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Fimosis adalah kondisi dimana kulit penis atau prepusium yang menutup kepala penis tidak dapat ditarik. Fimosis dapat bersifat normal pada bayi yang baru lahir dan biasanya akan membaik dengan sendirinya.
Daftar isi
Fimosis merupakan kondisi di mana kulit khatan (prepuce) tidak dapat ditarik ke belakang dari sekitar ujung penis[1, 2].
Prepuce atau kulit khatan ialah lapisan kulit yang menutupi bagian kepala penis. Pada anak laki-laki berusia kurang dari 4 tahun, kulit khatan secara normal sulit untuk ditarik ke belakang. Namun pada anak laki-laki yang lebih tua dan pria dewasa, fimosis sering kali disebabkan oleh infeksi di bawah kulit khatan[3].
Fimosis pada bayi dan anak-anak, sebagian besar disebabkan karena belum khitan. Hal ini dikarenakan glans (bagian bulat pada ujung penis) dan kulit khatan terus terhubung selama beberapa tahun pertama kehidupan[4].
Hingga 10% laki-laki akan mengalami fimosis fisiologis pada usia 3 tahun dan dalam persentase yang lebih besar anak-anak akan mengalami kulit khatan bisa ditarik sebagian. 1-5% laki-laki akan mengalami kulit khatan yang tidak dapat ditarik menjelang usia 16 tahun[5].
Fimosis dapat terjadi secara alami. Penyebab terjadinya fimosis pada anak laki-laki tidak diketahui dengan pasti[1].
Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan fimosis[1, 4]:
Pada orang dewasa, faktor risiko fimosis meliputi infeksi yang menular secara seksual[4].
Beberapa kondisi kulit dapat menyebabkan fimosis, seperti[1, 4]:
Fimosis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu[5, 6]:
Anak terlahir dengan kulit khatan ketat dan pemisahan terjadi secara alami seiring waktu. Fimosis normal dialami oleh bayi atau anak-anak yang belum disirkumsisi (dikhitan). Biasanya fimosis akan membaik sekitar 5-7 tahun atau lebih dari 7 tahun.
Fimosis patologis ditandai ketidakmampuan untuk menarik kulit khatan setelah sebelumnya dapat ditarik atau setelah pubertas. Fimosis ini terjadi akibat perlukaan, infeksi, atau inflamasi (peradangan).
Retraksi kulit khatan dengan paksa dapat mengarah pada pendarahan, pembentukan jaringan luka, dan trauma psikologis untuk anak dan orang tua. Jika terjadi membengkaknya kulit khatan selama urinasi, kesulitan untuk urinasi, atau infeksi, perlu mendapat penanganan.
Fimosis tidak selalu menimbulkan gejala. Gejala utama yang timbul ialah ketidakmampuan untuk menarik kulit khatan menjelang usia 3 tahun. Kulit khatan biasanya menjadi longgar seiring waktu, tapi proses ini dapat memerlukan waktu lebih lama pada beberapa anak laki-laki[1, 4].
Fimosis dapat menimbulkan gejala seperti kemerahan, rasa sakit, atau pembengkakan. Kulit khatan yang ketat juga dapat mempengaruhi aliran urin normal. Pada kasus berat, hal tersebut dapat mencegah penderita mengosongkan kandung kemih[4].
Selama berhubungan seksual, fimosis dapat menyebabkan rasa sakit, pecahnya kulit, atau kurangnya sensasi. Pria dengan fimosis dianjurkan menggunakan kondom dan pelumas[4].
Beberapa kasus fimosis dapat membaik tanpa penanganan, terutama pada anak laki-laki yang masih kecil. Jika fimosis mempengaruhi ereksi atau urinasi sehat, atau jika terdapat gejala lain, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter[1].
Untuk mendiagnosis kondisi, dokter perlu memeriksa riwayat kesehatan pasien, menanyakan mengenai infeksi atau cedera penis yang pernah dialami. Dokter juga dapat menanyakan mengenai dampak dari gejala pada aktivitas seksual[1, 4].
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan memeriksa penis dan kulit khatan. Untuk memeriksa ada tidaknya infeksi dapat dilakukan tes urin atau tes swab dengan sampel dari bagian kulit khatan[4].
Orang dewasa dengan kulit khatan ketat dapat dianjurkan melakukan tes darah dan urin untuk memeriksa kadar gula darah. Hal ini dikarenakan fimosis termasuk faktor risiko diabetes tipe 2[4].
Opsi pengobatan untuk fimosis bergantung pada gejala yang dialami. Jika tidak terdapat infeksi atau penyakit lain yang menyebabkan fimosis, opsi penanganan bergantung pada keparahan kondisi[1, 4].
Pada kasus ringan, retraksi lembut setiap hari dapat cukup untuk mengatasi kondisi. Saleb steroid topikal dapat digunakan untuk membantu memperhalus kulit khatan dan membuat retraksi lebih mudah. Salep dioleskan pada bagian di sekitar glans dan kulit khatan dua kali sehari selama 6-8 minggu, disertai dengan peregangan manual atau retraksi dua kali sehari[1, 6].
Setelah kulit khatan dapat dapat diretraksi penuh, pemakaian salep dihentikan. Retraksi manual harian (dilakukan saat mandi dengan air hangat) akan mencegah fimosis kambuh[6].
Kortikosteroid yang paling umum digunakan yaitu hydrocortisone 2,5%, betamethasone 0,05%, triamcinolone 0,01%, dan fluticasone propionate 0,05%[6].
Pada kasus dengan infeksi bakteri diperlukan antibiotik, sedangkan pada infeksi jamur diperlukan anti jamur. Infeksi bakteri seperti balanitis umumnya dapat diatasi dengan menjaga kebersihan, krim, dan salep[1, 4].
Pasien dianjurkan untuk membersihkan penis setiap hari dengan air hangat dan mengeringkannya dengan perlahan untuk meningkatkan kebersihan. Pasien juga diasarankan menghindari penggunaan sabun, mandi busa, atau sampo pada daerah genital, serta mengeringkan kulit khatan setelah urinasi[4].
Pada kasus yang lebih berat, dapat diperlukan sirkumsisi atau prosedur bedah serupa. Sirkumsisi ialah penghilangan seluruh kulit khatan. Dokter dapat menganjurkan sirkumsisi jika pemberian salep steroid tidak membantu, terjadi fimosis patologis, parafimosis, balanitis berat, infeksi saluran urin, atau infeksi lain secara kambuhan[1, 6].
Parafimosis terjadi ketika kulit khatan yang ditarik tidak dapat dikembalikan ke posisi semula. Kondisi ini menyebabkan glans menjadi sakit dan bengkak. Parafimosis dapat memerlukan pertolongan medis segera. Salah satu komplikasi dari parafimosis ialah reduksi aliran darah pada ujung penis[1, 4].
Pasien dengan fimosis, baik fisiologis maupun patologis, berisiko mengembangkan parafimosis ketika kulit khatan ditarik dengan paksa melewati glans dan/atau pasien atau perawat lupa menempatkan kembali kulit khatan setelah retraksi[5].
Perlukaan pada penis meningkatkan risiko mengalami parafimosis jika sakit dan pembengkakan mencegah pengurangan kulit khatan yang ditarik. Seiring waktu, gangguan pada aliran vena dan limfa ke glans mengarah pada pembengkakan vena dan memperburuk pembengkakan[5].
Seiring progres pembengkakan, suplai darah arteri terganggu, mengarah pada infark atau nekrosis penile dan gangrene. Jika hal tersebut terjadi, penis perlu diamputasi atau dihilangkan melalui operasi[1, 5].
Pencegahan gejala fimosis bergantung pada kebersihan diri yang baik. Disarankan untuk mencuci penis dan bagian bawah kulit khatan dengan air hangat setiap hari. Hal ini dapat membantu menjaga kulit longgar dan mencegah infeksi[4].
1. James Roland, reviewed by Daniel Murrell, MD. Everything You Should Know about Phimosis. Healthline; 2018.
2. McPhee AS, Stormont G, McKay AC. Phimosis. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021.
3. Anonim. Phimosis and Paraphimosis. Harvard Health Publishing, Harvard Medical School; 2018.
4. Amanda Barrell, reviewed by Daniell Murrell, MD. What is Phimosis? Medical News Today; 2017.
5. Hina Z Ghory, MD. Phimosis and Paraphimosis. Medscape; 2017.
6. Anonim. Phimosis. Department of Urology, University of California, San Francisco; 2021.