Penyakit & Kelainan

8 Gejala Sakit Ulu Hati Saat Hamil

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Banyak ibu hamil yang mungkin sering mengalami nyeri ulu hati pada trisemester kedua. Umumnya selain rasa mual, keluhan tentang nyeri di bagian ulu hati menjadi hal yang sering dialami ibu hamil. sehingga menimbulkan gejala seperti terbakar di daerah epigastrium serta menimbulkan rasa pahit di mulut dan mual.

Nyeri ulu hati atau dikenal juga dengan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah penyakit yang disebabkan naiknya asam lambung ke kerongkongan (refluks) karena lemahnya katup lambung [1]. Untuk ibu hamil hal ini bisa dikarenakan kadar hormone progesterone yang tinggi.

Ibu hamil sewajarnya selektif pada makanan saat kehamilan. Jika tidak diobati dengan benar, kondisi ini bisa menyebabkan rasa sesak dan sakit pada perut sehingga akan mengganggu aktivitas di masa kehamilan. Sebelum hal itu terjadi kenali terlebih dahulu apa saja gejala dan penyebab nyeri ulu hati saat hamil

1. Meningkatnya sekresi asam lambung

Peradangan yang terjadi dilambung akibat meningkatnya sekresi asam lambung, iritasi/perlukaan pada lambung[2,3]. Atau lebih dikenal dengan sebutan Maag . Pada ibu hamil, kondisi ini bisa disebabkan oleh terlambat makan, Stress, sekresi cairan pancreas atau empedu yang mengalir kembali ke lambung. Hal ini ditandai dengan rasa tidak enak di daerah perut, perut kembung, berkurangnya nafsu makan, adanya perasaan mual dan mau muntah, nyeri pada ulu hati, rasa tidak nyaman waktu menelan.

2. Nyeri dan tidak nyaman pada perut

Dispepsia ditandai dengan nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada yang biasanya timbul setelah makan[2,3]. Disebabkan kebiasaan makan terlalu cepat dan tidak dikunyah dengan baik serta makan terlalu banyak. Gejala ini ditandai dengan nyeri dan rasa tidak nyaman di belakang tulang dada, nyeri pada ulu hati, Perasaan panas di dada dan perut.

3. Merasa pahit di mulut

Proses aliran balik/refluks yang berulang, dengan atau tanpa keluhan mukosa. Proses aliran balik ini menyebabkan enzim mengalir kembali dari perut menuju kerongkongan [2,3]. Penyebab dari gejala ini adalah makanan dan minuman asam misal minuman yang mengandung asam seperti jus jeruk, minuman bersoda, Kopi, dan merokok.

Sering diduga sebagai kelainan jantung kororner, gejala Gerd Ditandai dengan rasa nyeri terbakar dibelakang tulang dada (heartburn) yang menyebar ke leher, umumnya terjadi 30 – 60 menit setelah sarapan. Rasa makanan/minuman balik ke mulut (regurgitasi) sehingga mulut terasa asam dan pahit.

4. Luka pada lambung

Kondisi ini terjadi saat zat asam pada saluran pencernaan merusak permukaan dinding dikarenakan luka pada dinding lambung atau usus kecil [3].  Karena Zat asam tersebut luka pada dinding lambung bisa semakin melebar dan memicu pendarahan. Tukak lambung disebabkan oleh Infeksi bakteri Helicobacter pylori, Stres, Merokok, mengkonsumsi makanan asam dan pedas dan minumam berakohol.

Kasus Tukak lambung pada ibu hamil memang jarang terjadi namun untuk pencegahan ada baiknya kenali tanda dari penyakit ini diantaranya mual dan muntah darah, pendarahan pada tinja, berkurangnya selera makan, hingga penurunan berat badan selama masa kehamilan.

5. Peradangan pada pencernaan

Dikenal juga dengan radang pankreas. Pankreatitis disebabkan enzim pencernaan dan hormon insulin yang dihasilkan oleh pancreas malah menyerang organ pankreas. [5,6] Penyebab dari kondisi ini kelainan bawaan dan genetik, Efek samping obat-obatan, Tingginya kadar kalsium dalam darah, Obesitas dan infeksi virus. Untuk ibu hamil Rasa sakit yang terjadi pada organ pankreas bisa disertai oleh beberapa gejala seperti lebih sering mual dan muntah, perubahan warna kulit di sekitar pusar atau pinggang, kram perut.

6. Peradangan pada kantong empedu

Kantong empedu menyimpan cairan yang membantu tubuh dalam mencerna lemak atau cairan empedu [6]. Bila kantong empedu bermasalah, beberapa penyakit yang mungkin terjadi  seperti batu empedu, radang atau infeksi empedu endapan kantong empedu. Dampak dari kantong empedu bermasalah menyebabkan perut terasa sakit yang luar biasa, demam, mual dan muntah, nyeri di bagian dada, hingga terjadi perubahan warna pada tinja.

7. Sindrom iritasi usus

Ada beberapa kasus khusus ibu hamil yang mengalami Sindrom iritasi usus ini. Saat makanan melewati saluran pencernaan terjadi kontraksi pada dinding usus. akibatnya perut menjadi kembung, sering buang gas, diare hingga adanya perubahan frekuensi buang air besar. Beberapa penyebab dari IBS [6] adalah Depresi atau kecemasan akut [8] dan riwayat anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa.

8. Peningkatan tekanan darah

Preeklampsia terjadi karena peningkatan tekanan darah dan terdapat protein dalam urine [7]. Kasus preeklampsia merupakan kasus yang sering terjadi selama masa kehamilan lebih dari 20 minggui. ibu hamil usia lebih dari 40 tahun [7] dan kurang dari 20 tahun rentan terkena penyakit ini.

preeklampsia ditandai dengan Tekanan darah tinggi (hipertensi), Sakit kepala berat atau terus-menerus, Gangguan penglihatan, Nyeri di ulu hati, Sesak napas, Pusing, lemas, dan tidak enak badan, Frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun, Bengkak pada tungkai, tangan, wajah.

Cara Mengobati Nyeri Ulu Hati Saat Hamil

Selain karena gejala yang sebelumnya dibahas, hormone dan Ukuran bayi juga menjadi factor nyeri ulu hati saat hamil. Supaya nyeri ulu hati tidak mengganggu, berikut cara mengobati nyeri ulu hati yang bisa Bumil lakukan [10]:

  • Atur Pola Makan
  • Makan dengan porsi lebih sedikit, tetapi lebih sering
  • Konsumsi makanan dengan tekstur lunak atau cair
  • Hindari makanan pemicu naiknya asam lambung
  • Perhatikan posisi duduk saat makan
  • Tinggikan posisi kepala saat tidur
  • Gunakan pakaian Nyaman dan Longgar

Posisi tidur Bumil diatur sedemikian rupa untuk meredakan nyeri ulu hati saat hamil. Posisi yang aman untuk ibu hamil adalah kepala dan bahu berada jauh lebih tinggi dari kaki. Cara ini bisa membantu memperlancar pencernaan [9,10]. Sebisa mungkin untuk membuat Bumil nyaman jangan menggunakan pakaian yang ketat di bagian perut dan pinggang. Untuk menghindari rasa sesak dan susah mencerna makanan pakaian longgar akan sangat membantu

Nyeri ulu hati saat hamil biasanya adalah hal wajar terjadi. Namun bila muncul gejala yang lebih sering dan lebih kronis segera hubungi dokter terdekat. Walaupun kondisi ini wajar terjadi pencegahan lebih baik dengan cara mengenali gejala sakit ulu hati saat hamil.

1. 1. Peery AF, Crockett SD, Murphy CC, et al Burden and cost of gastrointestinal, liver, and pancreatic diseases in the United States: 2022.
2. El-Serag HB, Sweet S, Winchester CC, Dent J. Update on the epidemiology of gastrooesophageal reflux disease: a systematic review. Gut. 2014
3. Ari F Syam, Florentina CPH, Dadang M, et all The Prevalence and Risk Factors of GERD among Indonesian Medical Doctors, Makara J. Health Res., 2016,
4. Fitri Ajjah B, Mamfaluti T, Putra IMT et all Hubungan Pola Makan Dengan Terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease (Gerd). Journal Nutrition of Collage. Volume 9, Nomor 3, Tahun 2020,
5. Saritas Yuksel E, Vaezi MF. Extraesophageal manifestations of gastroesophageal reflux disease: cough, asthma, laryngitis, chest pain. Swiss Med Wkly. 2012
6. Jarosz M, Taraszewska A. Risk factors for gastroesophageal reflux disease: the role of diet. Prz Gastroenterol. 2014
7. Syahril Syamsuddin, Hariati Lestari dan Andi Faisal Fachlevy. Hubungan Antara Gastritis, Stres, dan Dukungan Suami Pasien dengan Sindrom Hiperemesis Gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Agustus 2018
8. Puspita Sari, Alif Mardijana, Azham Purwandhono. Hubungan Antara Kecemasan dengan Keluhan Nyeri Ulu Hati pada Pasien Rawat Jalan di Poli Penyakit Dalam RSD. dr. Soebandi. e-Jurnal Pustaka Kesehatan. Januari 2014
9. Kubo A, Block G, Quesenberry CP, Buffler P, Corley DA. Dietary guideline adherence for gastroesophageal reflux disease. BMC Gastroenterol. 2014;
10. Festi D, Scaioli E, Baldi F, Vestito A, Pasqui F, Di Biase AR, et al. Body weight, lifestyle, dietary habits and gastroesophageal reflux disease. World J Gastroenterol. 2009

Share