Penyakit & Kelainan

Hipertermia : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Hipertermia?

Hipertermia merupakan suatu kondisi di mana suhu tubuh terlalu tinggi dan berada pada angka 40 derajat Celsius lebih [1,2,3,4,5].

Hipertermia adalah kebalikan dari hipotermia, yaitu ketika suhu tubuh normal manusia adalah 36-37 derajat Celsius, hipertermia jauh di atas normal.

Ketika suhu tubuh tak dapat didinginkan dengan segera, gangguan sistem saraf, gangguan otak hingga otot dapat terjadi sebagai akibatnya.

Heat stroke adalah akibat dari hipertermia berat yang membuat organ tubuh rusak permanen.

Perbedaan Hipertermia dan Demam

Hipertermia dan demam adalah dua kondisi yang berbeda karena demam pada dasarnya adalah suatu reaksi yang ditimbulkan oleh tubuh ketika terjadi infeksi [1,6].

Saat tubuh terserang infeksi bakteri maupun virus, hipotalamus (salah satu bagian otak pengatur suhu tubuh) akan meningkatkan suhu tubuh dalam proses sistem imun melawan infeksi.

Ketika tubuh telah membaik dan infeksi telah sembuh, hipotalamus akan bekerja mengembalikan suhu tubuh ke normalnya.

Pada kondisi demam, acetaminophen dapat digunakan untuk menurunkan suhu tubuh.

Sementara itu, hipertermia adalah reaksi tubuh terhadap perubahan suhu dan cuaca di lingkungan sekitar.

Mekanisme tubuh dalam mendinginkan diri secara alami melalui berkeringat biasanya tidak cukup untuk mengatasi panas yang berasa dari lingkungan sekitar.

Akibatnya, suhu tubuh terus meningkat dan menimbulkan sejumlah gejala seperti heat stroke.

Pada kasus hipertermia, obat-obatan penurun demam seperti acetaminophen tidak akan mempan karena tubuh membutuhkan rehidrasi dan lingkungan yang dingin.

Tinjauan
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh terlalu tinggi dan berada pada angka 40 derajat Celsius lebih.

Fakta Tentang Hipertermia

  1. Demam dengan suhu tubuh mencapai 41 derajat Celsius ke atas, hal ini tergolong sebagai hipertermia [1].
  2. Prevalensi hipertermia di Indonesia secara spesifik belum diketahui pasti, namun diketahui bahwa kasus hipertermia pada anak di Indonesia adalah sekitar 0,05% [1].
  3. Prevalensi global kasus hipertermia belum diketahui jelas, namun pada kasus hipertermia maligna (efek samping/komplikasi anestesi serius) diperkirakan 1 per 5.000 hingga 1 per 50.000-100.000 jiwa [2].

Penyebab Hipertermia

Penyebab hipertermia pada umumnya adalah paparan suhu panas yang sangat tinggi dan berasal dari luar tubuh.

Jika hal ini ditambah dengan sistem regulasi tubuh dalam mendinginkan tubuh tidak bekerja dengan baik, hipertermia otomatis dapat terjadi.

Berikut ini adalah sejumlah faktor yang diketahui mampu menjadi penyebab utama hipertermia, yaitu [2,6] :

  • Suhu di lingkungan meningkat.
  • Produksi panas dari dalam tubuh meningkat, biasanya hal ini terjadi karena aktivitas yang terlalu banyak, keracunan obat (simpatomimetik, MDMA atau methylenedioxymethamphetamine dan antikolinergik).
  • Tubuh tidak mampu memroduksi keringat sehingga panas tak dapat dibuang.

Faktor Risiko Hipertermia

Seseorang dapat mengalami hipertermia karena beberapa faktor, yaitu antara lain [1,2,3,4,5,6,7,8] :

  • Faktor usia, antara masih terlalu kecil (balita) atau usia lanjut.
  • Faktor kondisi medis tertentu; menderita penyakit seperti tirotoksikosis dapat menjadi pemicu hipertermia.
  • Dehidrasi; baik itu karena penggunaan diuretik maupun ketika terkena diare.
  • Aktivitas berlebihan dalam waktu lama di saat cuaca sedang sangat panas, terutama jika pekerjaan tersebut di luar ruangan sehingga penderita harus terpapar sinar matahari dalam jangka panjang (contohnya : pekerja bangunan).
  • Gangguan produksi keringat. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan kelenjar keringat maupun kelainan kulit.
Tinjauan
Penyebab hipertermia adalah peningkatan suhu di lingkungan sekitar, peningkatan produksi panas dari dalam tubuh, serta ketidakmampuan tubuh dalam menghasilkan keringat yang menjadi penyebab proses pembuangan panas terhambat.

Gejala Hipertermia

Hipertermia dapat menimbulkan sejumlah gejala utama seperti berikut :

  • Suhu tubuh biasanya di atas 40 derajat Celsius.
  • Sakit kepala.
  • Perut terasa mual.
  • Tubuh lemah.
  • Mudah haus.
  • Tubuh terasa cepat lelah.
  • Gampang kepanasan.

Hipertermia pada setiap penderitanya dapat berbeda-beda karena hal ini ditentukan oleh kondisi dan jenis hipertermia.

Jenis-jenis Hipertermia

Gejala hipertermia dapat ditentukan oleh jenis hipertermia, maka berikut ini adalah jenis-jenis hipertermia yang perlu dikenali [2,3,9].

Heat Stress

Suhu tubuh yang mengalami peningkatan dan tak dapat didinginkan melalui keluarnya keringat, maka hal ini merupakan kondisi yang dikenal dengan istilah heat stress [2,3,9,10].

Umumnya, kondisi ini akan ditandai dengan beberapa keluhan, yaitu :

  • Sakit kepala
  • Haus
  • Tubuh lemah
  • Pusing
  • Mual

Ketika merasakan hal tersebut, penderita dianjurkan untuk mengambil waktu beristirahat sejenak dari aktivitas apapun yang sedang dikerjakan.

Alangkah lebih baik jika dapat beristirahat di tempat yang dingin lalu mengasup air putih atau cairan yang mengandung elektrolit.

Ada kemungkinan heat stress akan memburuk, dan jika sudah begini, pastikan segera ke dokter.

Heat Fatigue

Pada kondisi ini, suhu tubuh yang meningkat disertai dengan ketidaknyamanan pada fisik penderita [11].

Tak hanya itu, penderita juga mengalami stres psikologis, terutama pada saat cuaca panas dan banyak kegiatan.

Ketika tubuh terasa panas dan tak nyaman diikuti rasa lelah hingga sulit berkonsentrasi, ambil waktu sejenak untuk mendinginkan diri dengan meminum cairan elektrolit.

Heat Syncope

Pada kondisi ini, penderita mengalami penurunan drastis tekanan darah secara tiba-tiba [9].

Otomatis aliran darah yang seharusnya juga menuju otak akan berkurang sementara sehingga penderita akan kehilangan kesadaran atau pingsan.

Beraktivitas di lingkungan yang panas dapat memicu heat syncope dan hal ini ditandai dengan kepala pusing seperti melayang.

Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, sebenarnya penderita dapat merilekskan diri atau mengangkat kedua kaki ke atas apabila bisa.

Heat Cramps

Pada kondisi ini, penderita mengalami ketidakseimbangan elektrolit karena berolahraga di cuaca panas [9].

Gejala paling dirasakan pada otot lengan, kaki dan perut, maka ketika ini terjadi penderita diharapkan untuk beristirahat di tempat yang dingin.

Sambil merilekskan dan mendinginkan diri, pastikan juga untuk mengonsumsi air putih atau cairan berelektrolit agar tubuh terhidrasi kembali.

Heat Edema

Pada kondisi ini, penderita dapat mengalami pembengkakan pada tangan, pergelangan kaki dan kaki bagian bawah [5,9].

Hal ini dapat disebabkan oleh posisi tubuh berdiri atau duduk terlalu lama di cuaca atau suhu ruangan yang panas.

Mendinginkan diri dan mengangkat kedua kaki ke atas dapat membantu meredakan pembengkakan.

Mengonsumsi cairan elektrolit secukupnya juga dianjurkan agar menghidrasi kembali tubuh yang kekurangan cairan.

Heat Rash

Pada kondisi ini, penderita dapat mengalami ruam atau benjolan-benjolan kecil yang timbul pada permukaan kulit mirip dengan jerawat [9].

Berada di tempat panas dalam waktu yang lama dapat menimbulkan heat rash, terutama pada area kulit yang berkeringat namun tertutup pakaian.

Ketika sudah berganti pakaian yang kering dan tubuh didinginkan, ruam atau benjolan ini akan hilang dengan sendirinya.

Namun, tetap waspadai risiko infeksi yang dialami ketika kulit tak kunjung mendigin usai ruam hilang.

Heat Exhaustion

Jenis hipertermia ini tergolong yang paling serius karena tubuh telah kehilangan kemampuan mendinginkan diri [9].

Pada kondisi heat exhaustion ini, penderita akan merasakan beberapa keluhan seperti :

  • Tubuh lemah
  • Pusing
  • Gangguan koordinasi tubuh
  • Haus
  • Denyut nadi cepat
  • Daya konsentrasi menurun
  • Kulit terasa dingin dan basah saat disentuh

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Pada waktu merasakan gejala heat stroke, hal ini sudah seharusnya segera diatasi secara medis.

Terutama bila penderita hipertermia mulai merasa hampir kehilangan kesadaran atau hampir pingsan, maka sebaiknya segera hubungi dokter.

Iritabilitas, denyut nadi lemah, keringat berkurang, dan linglung juga merupakan tanda bahwa tubuh harus segera mendapatkan penanganan medis.

Ketika gejala-gejala yang terjadi juga tak lagi dapat diatasi dengan beristirahat, berada di tempat teduh dan dingin, serta minum banyak cairan, maka dokter perlu segera turun tangan.

Tinjauan
Terdapat beberapa jenis kondisi hipertermia, yaitu heat stress, heat fatigue, heat cramps, heat syncope, heat edema, heat rash, dan heat exhaustion di mana heat exhaustion merupakan jenis kondisi hipertermia yang paling serius dan mengancam jiwa.

Pemeriksaan Hipertermia

Ketika memeriksakan diri ke dokter, metode diagnosa yang digunakan untuk memastikan gejala mengarah pada hipertermia adalah sebagai berikut [4,12] :

  • Pemeriksaan Fisik – Dokter akan lebih dulu memeriksa fisik pasien agar gejala-gejala yang diderita pasien dapat diidentifikasi; hal ini termasuk mengukur suhu tubuh pasien dan mengecek keberadaan pembengkakan pada beberapa bagian tubuh pasien.
  • Pemeriksaan Riwayat Gejala – Dokter akan memberi pertanyaan kepada pasien mengenai apa saja gejala yang dialami dan aktivitas apa saja yang belum lama dilakukan untuk mengidentifikasi penyebabnya.
  • Pemeriksaan Riwayat Medis – Dokter juga biasanya menanyakan ada tidaknya riwayat medis tertentu pada pasien, termasuk pengobatan yang sedang dijalani. Dokter perlu tahu apakah pasien adalah penderita tirotoksikosis yang mampu memicu hipertermia.
Tinjauan
Dalam mendiagnosa hipertermia, dokter umumnya akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat gejala, serta pemeriksaan riwayat medis.

Pengobatan Hipertermia

Ketika hipertermia terjadi, penanganan utama yang perlu diberikan adalah mendinginkan suhu tbuh penderita.

Tepat saat gejala hipertermia muncul, beberapa upaya mendinginkan tubuh di bawah ini dapat diterapkan [7,9] :

  • Mengambil waktu sejenak untuk beristirahat dari aktivitas yang tengah dilakukan; lebih dianjurkan beristirahat dengan posisi berbaring.
  • Mengonsumsi air putih atau mengonsumsi cairan elektrolit untuk merehidrasi tubuh.
  • Menghindari minuman yang sangat dingin karena saat timbul gejala hipertermia, konsumsi yang terlalu dingin hanya akan memicu perut kram.
  • Mengambil waktu untuk berteduh atau pindah dari tempat yang panas dan tak nyaman ke tempat yang lebih sejuk.
  • Melonggarkan pakaian (khususnya jika yang dikenakan sangat ketat), termasuk sepatu dan kaos kaki.
  • Mengompres dingin area wajah, leher dan kepala. Kompres dingin juga dapat diterapkan pada area tubuh yang sempat mengalami kram.

Termometer dapat digunakan sebagai alat pemantau perkembangan suhu tubuh selama penderita mendapatkan pertolongan pertama.

Ketika gejala tak kunjung mereda, maka cari bantuan medis dan penderita akan memperoleh pertolongan medis demi mencegah komplikasi berbahaya.

Tinjauan
- Mendinginkan tubuh penderita gejala hipertermia adalah langkah pertolongan pertama yang sangat penting diterapkan.
- Hal ini dapat dilakukan melalui beristirahat dari aktivitas, berteduh di tempat sejuk, mengonsumsi banyak cairan, mengompres dingin area tubuh, dan melonggarkan pakaian.
- Jika pertolongan pertama tidak efektif, penting untuk mencari bantuan medis.

Komplikasi Hipertermia

Hipertermia dapat menimbulkan risiko komplikasi terutama pada anak-anak dan lansia.

Orang-orang dengan gangguan sistem imun pun memiliki risiko sama besar dalam mengalami komplikasi hipertermia.

Komplikasi yang dapat terjadi ketika hipertermia terlambat ditangani antara lain adalah tubuh kejang dan gagal organ karena heat stroke atau heat exhaustion [10,13].

Pencegahan Hipertermia

Sama halnya dengan hipotermia, hipertermia juga merupakan sebuah kondisi yang dapat dicegah.

Upaya paling baik untuk menghindari hipertermia adalah dengan tidak beraktivitas di luar ruangan ketika matahari bersinar terik dan cuaca sedang sangat panas.

Beraktivitas di dalam ruangan dengan suhu yang juga panas sebaiknya tidak dilakukan.

Jika memang pekerjaan mengharuskan kedua hal tersebut, pastikan untuk memiliki waktu istirahat sejenak ketika gejala-gejala heat stroke atau hipertermia muncul.

Di bawah ini adalah upaya-upaya lain dalam mencegah hipertermia yang bisa diterapkan [14] :

  • Hindari mengenakan pakaian berlapis atau tebal di saat cuaca panas; kenakan pakaian tipis dan nyaman.
  • Di sela-sela pekerjaan yang membuat tubuh tidak nyaman karena panas, ambil waktu untuk menyingkir dan pindah ke tempat yang lebih dingin dan teduh.
  • Selalu sedia air minum dan minumlah air putih sebanyak mungkin ketika cuaca panas untuk menghindari dehidrasi; paling dianjurkan minum 2-4 gelas air per jamnya.
  • Lindungi diri dengan menggunakan tabir surya maupun topi supaya sengatan sinar matahari tidak mengganggu.
  • Hindari konsumsi minuman beralkohol dan berkafein saat beraktivitas di cuaca panas karena hal ini akan meningkatkan risiko berkurangnya cairan tubuh secara lebih cepat.
Tinjauan
Mengenakan pakaian tipis dan nyaman di cuaca panas, banyak mengasup cairan, tidak berlama-lama di ruangan atau tempat panas, serta menghindari kafein dan alkohol ketika berkegiatan di cuaca panas dapat mencegah hipertermia.

1. Noor Khayati. Karakteristik dan pengetahuan tentang demam dengan kecemasan ibu ketika menghadapi anak demam. Digital Library Universitas Muhammadiyah Semarang; 2012.
2. Dong-Chan Kim. Malignant hyperthermia. Korean Journal of Anesthesiology; 2012.
3. Mark W. Dewhirst, DVM, PhD, Ellen Jones, MD, PhD, Thaddeus Samulski, PhD, Zeljko Vujaskovic, MD, PhD, Chuan Li, PhD, & Leonard Prosnitz, MD. The Biology of Hyperthermia. Holland-Frei Cancer Medicine. 6th edition. Hamilton (ON): BC Decker; 2003.
4. Alexey V. Suvernev, Georgy V. Ivanov, Anatoly V. Efremov, & Roman Tchervov. Whole Body Hyperthermia at 43.5-44°C: Dreams or Reality? Madame Curie Bioscience. Austin (TX): Landes Bioscience; 2000-2013.
5. Mark W. Dewhirst, DVM, PhD, Ellen Jones, MD, PhD, Thaddeus Samulski, PhD, Zeljko Vujaskovic, MD, PhD, Chuan Li, PhD, and Leonard Prosnitz, MD. Holland-Frei Cancer Medicine. 6th edition. Hamilton (ON): BC Decker; 2003.
6. Anonim. Fever and Hyperthermia - 107-1. Medical Council of Canada; 2020.
7. Robert Murray, PhD. Dehydration, Hyperthermia, and Athletes: Science and Practice. Journal of Athletic Training; 1996.
8. Alzamani Mohammad Idrose. Acute and emergency care for thyrotoxicosis and thyroid storm. Acute Medicine & Surgery; 2015.
9. Daniel F. Leiva & Ben Church. Heat Illness. National Center for Biotechnology Information; 2020.
10. Edward James Walter & Mike Carraretto. The neurological and cognitive consequences of hyperthermia. Critical Care; 2016.
11. Lars Nybo. Hyperthermia and fatigue. Journal of Applied Physiology; 2008.
12. Swetha Balli & Shweta Sharan. Physiology, Fever. National Center for Biotechnology Information; 2020.
13. Won Gu Lee, So-Young Huh, Jin-Hyung Lee, Bong Goo Yoo, & Meyung Kug Kim. Status Epilepticus as an Unusual Manifestation of Heat Stroke. Journal of Epilepsy Research; 2017.
14. Branden Turner. Beat the Heat: Avoiding Hyperthermia. Children's Hospital Los Angeles; 2011.

Share