Daftar isi
Hiperventilasi adalah suatu kondisi seseorang yang mulai bernapas dengan sangat cepat karena sebab tertentu. Kondisi hiperventilasi ini bisa mengakibatkan turunnya kadar karbondioksida di dalam darah. [1]
Biasanya, pernapasan yang baik adalah pernapasan yang seimbang antara menghirup oksigen dan mengembuskan karbondioksida. Selain itu, orang normal pada umumnya rata-rata akan bernapas sebanyak 12 hingga 15 kali tiap satu menit. [2]
Orang yang mengalami hiperventilasi akan membuat kadar oksigen dan karbondioksida di dalam tubuhnya menjadi tidak seimbang. Kadar karbondioksida yang tidak seimbang di dalam darah ini akan mengubah pH darah dan menyebabkan kondisi alkalosis. Alkalosis mampu membuat orang lemah bahkan pingsan. [3]
Hiperventilasi dalam bahasa asing juga memiliki nama lain, yakni rapid (or fast) deep breathing, overbreathing, respiratory rate (or breathing). [1]
Berikut beberapa fakta yang bisa Anda ketahui soal hiperventilasi: [3, 4, 5]
Hiperventilasi sendiri sebenarnya bukan merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau gangguan tertentu. Hiperventilasi biasanya merupakan gejala dari beberapa gangguan yang sedang dialami oleh seseorang. [4]
Berikut beberapa gangguan atau kondisi yang bisa mengakibatkan munculnya hiperventilasi pada seseoran.: [4]
Hiperventilasi yang dialami oleh seseorang paling umum disebabkan oleh kondisi emosional yang sedang tidak stabil. Orang yang mengalami tekanan emosional, seperti panik, ketakutan, atau kecemasan akan lebih mudah terkena hiperventilasi. [3]
Dalam studi yang berjudul Primary Hyperventilation in the Emergency Department: A First Overview yang ditulis oleh Carmen Andrea Pfortmueller dkk., orang yang mengalami hiperventilasi paling umum sedang mengalami rasa takut. Sementara itu, kondisi hiperventilasi yang disebabkan oleh kondisi emosional yang kurang stabil sering disebut dengan sindrom hiperventilasi. [3]
Infeksi yang terjadi di tubuh seseorang, contohnya pneumonia, bisa juga mengakibatkan terjadinya hiperventilasi. Hal ini dikarenakan terjadi penumpukan cairan dan pembengkakan pada paru-paru. Kondisi tersebut membuat pernapasan menjadi cepat. [4]
Otak yang berada di kepala memiliki fungsi untuk mengatur cepat lambatnya pernapasan seseorang. Ketika kepala mengalami cedera dan otak ikut terkena, kondisi ini bisa membuat pernapasan menjadi lebih cepat. [5]
Oleh karena itu, ketika seseorang sudah mengalami cedera kepala dan mengalami pernapasan sangat cepat, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. [5]
Bukan rahasia umum lagi kalau penyakit paru-paru memang bisa mengganggu sistem pernapasan manusia. Seseorang yang menderita penyakit paru-paru, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) akan mengalami pernapasan cepat. [4]
Biasanya, pernapasan penderita PPOK menjadi lebih sulit karena saluran udara si penderita akan menyempit dan membuat penderita akan bekerja lebih keras untuk memasukkan udara ke dalam paru-paru. [4]
Ketoasidosis diabetik ini sebenarnya merupakan bentuk komplikasi dari penyakit diabetes. Kondisi ini terjadi karena tubuh tidak memiliki cukup insulin yang berfungsi sebagai energi. Sementara itu, tubuh penderita akan membakar lemak sebagai gantinya. [4]
Akan tetapi, tubuh yang terlalu bergantung pada lemak bisa menghasilkan produk sampingan berupa keton. Keton yang berlebih dalam tubuh mampu mengakibatkan hiperventilasi pada seseorang. [4]
Kondisi dataran tinggi yang minim oksigen dan tinggi tekanan udaranya juga mampu membuat seseorang sulit dalam bernapas. Kondisi tersebut akan membuat seseorang lebih bekerja keras dalam mendapatkan oksigen. [6]
Hiperventilasi bisa saja terjadi pada seseorang yang sedang berada di dataran tinggi. Akan tetapi, bagi penderita asma, berada di dataran rendah pun mampu menyebabkan hiperventilasi. [6]
Gejala dari kondisi hiperventilasi bisa jadi sangat banyak dan mirip dengan gejala dari berbagai kondisi medis lainnya. Hal itu dikarenakan hiperventilasi sendiri sebenarnya merupakan gejala dari masalah fisik dan psikologis tertentu. [1]
Gejala hiperventilasi bisa berlangsung antara 20 hingga 30 menit. Anda harus segera pergi ke dokter untuk mendapatkan pengobatan kalau memang mengalami gejala-gejala seperti berikut ini: [1]
Tak jarang hiperventilasi juga disertai dengan gejala lain yang jarang muncul. Namun, gejala ini juga perlu diwaspadai sebagai salah satu dari berbagai gejala dari hiperventilasi, yaitu: [1]
Bila Anda mengalami gejala tersebut hanya sekali atau dua kali mungkin akan cenderung menganggap hal yang biasa. Namun, pastikan Anda langsung pergi ke dokter untuk mendapatkan perawatan medis kalau Anda mengalami gejala tersebut secara berulang-ulang. [1]
Hiperventilasi yang terlalu akut bisa saja berakibat kepada kerusakan paru-paru karena keseimbangan pernapasan di tubuh penderita. Kondisi tersebut juga dikarenakan komposisi karbondioksida di dalam tubuh sangat sedikit. [3]
Oleh karena itu, sangat penting bagi penderita untuk segera memeriksakan dirinya ke dokter apabila sudah merasa mengalami kondisi hiperventilasi akut atau sindrom hiperventilasi. [1]
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh dokter atau tenaga medis untuk melakukan diagnosis terhadap hiperventilasi. Hal ini dikarenakan hiperventilasi bisa disebabkan oleh berbagai hal, termasuk kondisi fisik dan psikologis pasien. [5]
Biasanya, dokter akan meninjau semua gejala yang dirasakan oleh pasien. Oleh karena itu, dokter atau tenaga medis biasanya akan bertanya kepada orang terdekat pasien soal riwayat kesehatan pasien. [5]
Selain itu, dokter bisa dimungkinkan akan melakukan rontgen dan tes darah untuk melakukan diagnosis jika hiperventilasi disebabkan oleh infeksi tertentu. Dokter atau tenaga medis juga mungkin akan melakukan tes gas darah arteri untuk mengukur jumlah oksigen dan karbondioksida dalam darah. Tes ini bisa mengetahui apakah karbondioksida dalam darah sudah turun atau belum. [4]
Kasus hiperventilasi pada penderita bisa diobati, baik melalui pengobatan medis yang dilakukan oleh dokter atau tenaga medis maupun juga bisa diobati ketika sedang berada di rumah. [4]
Tujuan dari pengobatan hiperventilasi ini sendiri sebenarnya untuk membantu meningkatkan kadar karbondioksida di dalam tubuh penderita Selain itu, tujuan pengobatan hiperventilasi juga untuk memperlambat laju pernapasan penderita. [1]
Pengobatan rumahan biasanya digunakan untuk mengatasi hiperventilasi ringan. Ada beberapa hal yang bisa penderita lakukan ketika di rumah untuk mengobati hiperventilasi ringan, antaranya sebagai berikut: [1, 4, 5]
Sementara itu, untuk pengobatan hiperventilasi akut yang sudah menyerang berulang kali pada penderita, dokter atau tenaga medis akan melakukan Tindakan-tindakan sebagai berikut: [1, 7, 8, 9]
1. Mengurangi Tekanan Psikologis pada Penderita
Hiperventilasi akut biasa disebut dengan sindrom hiperventilasi. Sindrom hiperventilasi salah satunya bisa disebabkan oleh tingginya tekanan psikologis yang dialami oleh penderita.
Oleh karena itu, penderita akan diminta untuk menemui psikolog agar bisa mencari tahu sebab dari tekanan psikologis yang dialami oleh penderita. Biasanya, psikolog akan menggunakan terapi perilaku kognitif dan konseling untuk mengatasi kondisi stress penderita.
2. Akupuntur
Akupuntur rupanya juga bisa digunakan sebagai alternatif pengobatan dari hiperventilasi akut. Pengobatan tradisional asal Tiongkok ini mampu secara efektif membantu mengurangi kecemasan dan keparahan dari hiperventilasi.
Akupuntur sendiri dilakukan dengan menempatkan jarum-jarum tipis di sekitar area tubuh yang akan disembuhkan. Biasanya, akupuntur dilakukan oleh terapis akupuntur yang sudah tersertifikasi.
3. Pengobatan Kimiawi
Selain pengobatan secara psikologis dan akupuntur, dokter kadang akan meresepkan obat untuk membantu meringankan tingkat keparahan hiperventilasi. Beberapa obat yang biasanya akan direkomendasikan dokter, antara lain: [1]
Untuk mencegah terjadinya hiperventilasi atau meringankan gejalanya pada penderita, bisa dilakukan beberapa hal di bawah ini: [1]
Selain itu, Anda juga diharapkan untuk tetap tenang jika mengalami gejala hiperventilasi. Jika Anda mengalami hiperventilasi ringan, Anda bisa melakukan berbagai upaya pengobatan rumahan untuk mengurangi gejalanya. [1]
Akan tetapi, jika Anda sudah mengalami hiperventilasi yang menjurus kepada sindrom hiperventilasi, Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter atau psikolog untuk mengetahui sebab dari sindrom hiperventilasi yang Anda derita. [1]
1. Healthline Editorial Team, Debra Sullivan, Ph.D., MSN, R.N., CNE, COI. What to Know About Hyperventilation: Causes and Treatments. Healthline; 2019.
2. Editorial Staff. How Your Lungs Get the Job Done. American Lung Association; 2017.
3. Carmen Andrea Pfortmueller, Sandra Elisabeth Pauchard-Neuwerth, Alexander Benedikt Leichtle, Georg Martin Fiedler, Aristomenis Konstantinos Exadaktylos, Gregor Lindner. Primary Hyperventilation in the Emergency Department: A First Overview. PLoS ONE 10(6); 2015.
4. MaryAnn De Pietro, CRT, Gerhard Whitworth, R.N. Hyperventilation: Causes and what to do. Medical News Today; 2018.
5. Anonim. Hyperventilation Syndrome. National Health Service; 2012.
6. Anonim. Travel to High Altitudes. Centers for Disease Control and Prevention; 2019.
7. Anonim. Cleveland Clinicl Medical Professional. Stress Management and Emotional Health. Cleveland Clinic; 2016.
8. Mayo Clinic Staff. Acupuncture. Mayo Clinic; 2020.
9. Nick Errington‐Evans. Acunpuncture for Anxiety. Hywel Dda Health Board, Physio Department, Bro Cerwyn Centre; 2011.