Daftar isi
Apa itu Ketoasidosis Diabetik?
Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi berat diabetes yang terjadi ketika tubuh menghasilkan asam darah yang disebut keton dalam kadar tinggi. Kondisi ini dapat mengarah pada koma diabetik atau bahkan kematian[1, 2].
Secara biokimiawi, ketoasidosis diabetik didefinisikan sebagai peningkatan konsentrasi serum keton lebih besar dari 5mEq/l, kadar gula darah lebih besar dari 250 mg/dl, dan pH darah (biasanya arterial) kurang dari 7,3[3].
Ketoasidosis diabetik dicirikan oleh hiperglikemia, ketoasidosis, dan ketonuria. Kondisi ini terjadi ketika defisiensi insulin menghambat kemampuan glukosa memasuki sel untuk digunakan sebagai sumber energi. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan energi, hati memecah lemak menjadi keton[3].
Ketoasidosis diabetik lebih umum terjadi pada pasien diabetes tipe 1. Kondisi ini lebih jarang terjadi pada pasien diabetes tipe 2 karena kadar insulin biasanya tidak turun hingga terlalu rendah.
Ketoasidosis diabetes dapat merupakan tanda pertama diabetes tipe 1 karena orang dengan penyakit ini tidak dapat memproduksi insulin sendiri[4].
Insidensi pasti ketoasidosis diabetik tidak diketahui, tapi diperkirakan sekitar 1 dari 2.000. Insidensi ketoasidosis diabetik di negara berkembang diduga lebih tinggi dibandingkan di negara maju[3].
Penyebab Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis diabetik terjadi ketika kadar gula darah tinggi dan kadar insulin rendah. Gula merupakan sumber energi utama sel dan insulin berfungsi membantu gula masuk ke dalam sel. Pada pasien diabetes dengan kadar insulin rendah, gula tidak dapat memasuki sel sehingga kadar gula dalam darah meningkat[1, 4].
Sementara untuk memenuhi kebutuhan energi sel, tubuh melakukan proses perombakan lemak untuk digunakan sebagai sumber energi. Proses tersebut menghasilkan asam yang disebut keton[1, 5].
Peningkatan kadar keton di dalam darah mengakibatkan darah bersifat asam. Kondisi inilah yang disebut ketoasidosis diabetik[4].
Ketoasidosis diabetik biasanya dipicu oleh[1, 2]:
- Masalah pada terapi insulin
Melewatkan penggunaan insulin atau terapi insulin tidak mencukupi atau gangguan fungsi pada pompa insulin dapat mengakibatkan kadar insulin di dalam tubuh terlalu rendah, sehingga memicu terjadinya ketoasidosis diabetik.
- Adanya penyakit tertentu
Infeksi atau penyakit lain dapat menyebabkan tubuh memproduksi hormon tertentu dalam kadar lebih tinggi, seperti adrenalin atau kortisol. Perubahan pada hormon tersebut dapat mempengaruhi insulin, sehingga memicu ketoasidosis diabetik.
- Konsumsi makanan kurang mencukupi
Ketika sakit, pasien sering kehilangan selera makan sehingga konsumsi makanan tidak menghasilkan nutrisi yang mencukupi, memicu peningkatan kadar keton. Kadar keton juga dapat meningkat ketika pasien melewatkan makan.
Dilansir dari Medscape, kasus paling umum dari ketoasidosis diabetik disebabkan oleh infeksi bersamaan (40%), perawatan insulin yang terlewat atau mengalami gangguan (25%), dan diabetes yang baru terdiagnosis dan sebelumnya tidak diketahui (15%)[3].
Penyebab terjadinya ketoasidosis diabetik pada pasien diabetes tipe 2 meliputi[3]:
- Penyakit lain yang dialami bersamaan diabetes, seperti serangan jantung, pneumonia, prostatitis, infeksi saluran urin
- Penggunaan obat tertentu, seperti kortikosteroid, pentamidine, dan clozapine
Faktor Risiko Ketoasidosis Diabetik
Risiko mengalami ketoasidosis diabetik lebih tinggi pada orang dengan kondisi berikut[3, 4, 6]:
- Mengalami diabetes tipe 1
- Sering melewatkan dosis insulin
- Tidak menggunakan insulin sesuai resep dokter
- Infeksi
- Sakit perut
- Sakit jantung
- Demam tinggi
- Mengalami trauma, baik secara fisik maupun emosi
- Mengalami stres
- Pernah mengalami stroke
- Bekuan darah di dalam paru-paru
- Kehamilan
- Operasi bedah
- Penggunaan obat seperti steroid atau antipsikosis
- Menggunakan obat ilegal, seperti kokain
- Merokok
Gejala Ketoasidosis Diabetik
Gejala ketoasidosis diabetik sering kali muncul dengan cepat, terkadang dalam 24 jam. Pada beberapa kasus, gejala yang ditimbulkan dapat merupakan indikasi pertama mengalami diabetes[1, 6].
Berikut beberapa gejala ketoasidosis diabetik[1, 3, 6]:
- Dahaga yang teramat
- Sering buang air kecil
- Mual dan muntah, berkaitan dengan sakit perut, penurunan selera makan dan anoreksia
- Berat badan turun secara cepat pada pasien yang baru didiagnosis diabetes tipe 1
- Kelemahan atau keletihan, malaise
- Napas pendek
- Kebingungan
- Kadar gula darah tinggi
- Kadar keton dalam urin tinggi
- Napas berbau manis
- Wajah memerah
- Sakit otot
Gejala ketoasidosis diabetik yang berkaitan dengan adanya infeksi yang terjadi bersamaan meliputi[3]:
- Demam
- Batuk
- Menggigil
- Sakit dada
- Dispnea atau sesak napas
- Arthralgia
Ketoasidosis diabetik termasuk kondisi darurat medis. Segera hubungi dokter atau mengunjungi unit gawat darurat jika kadar keton tinggi dan mengalami lebih dari satu gejala berikut[1, 6]:
- Muntah-muntah lebih dari 2 jam
- Merasa mual atau sakit perut
- Napas beraroma seperti buah
- Merasa lelah, bingung, atau pusing dan mengantuk
- Mengalami kesulitan bernapas
Komplikasi Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis diabetik dapat mengarah pada timbulnya komplikasi jika perawatan darurat (seperti pengganti elektrolit dan insulin) tidak memadai[6].
Komplikasi ketoasidosis diabetik meliputi[1, 6]:
- Hipoglikemia (gula darah rendah): penurunan kadar gula darah secara cepat dapat mengarah pada kondisi hipoglikemia.
- Hipokalemia (rendah kalium): cairan elektrolit dan insulin yang digunakan untuk menangani ketoasidosis dapat menyebabkan kadar kalium turun terlalu rendah. Kondisi ini dapat mengarah pada gangguan aktivitas jantung, otot, dan saraf.
- Pembengkakan pada otak (edema cerebral): mengatur kadar gula darah dengan terlalu cepat dapat mengakibatkan pembengkakan di dalam otak. Komplikasi ini lebih umum terjadi pada anak-anak, terutama yang baru didiagnosis diabetes.
Komplikasi yang sering kali berakibat fatal, cerebral edema, terjadi pada 0,7-1,0% pasien anak-anak, terutama pada pasien yang baru didiagnosis diabetes. Cerebral edema secara klinis ditandai dengan penurunan kesadaran, kelesuan, gairah menurun, dan sakit kepala[5].
Jika tidak ditangani dengan baik, ketoasidosis diabetik dapat mengarah pada hilangnya kesadaran (koma) hingga kematian[1, 6].
Diagnosis Ketoasidosis Diabetik
Diagnosis ketoasidosis diabetik dilakukan dengan tes keton pada sampel urin. Tes keton dilakukan ketika tes gula darah lebih besar dari 250 mg/dl. Kadar gula darah diperiksa dengan strip urine tes[6].
Dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik, menanyakan gejala yang dialami, serta mengecek riwayat kesehatan pasien. Selain itu, dokter juga dapat menginstruksikan beberapa tes berikut untuk mendiagnosis ketoasidosis diabetik[4, 6]:
- Tes darah: meliputi kadar natrium dan kalium untuk memeriksa fungsi metabolik
- Analisa gas darah arteri: darah diambil dari arteri untuk mengecek tingkat keasaman
- Tekanan darah
- X-ray dada
- Tes untuk mengonfirmasi infeksi
- Urinalisis
- Elektrokardiogram
Jika diperlukan, dokter dapat melakukan beberapa tes imaging untuk konfimasi kondisi pasien ketoasidosis diabetik, meliputi[3]:
- Radiografi dada: untuk mengecek ada tidaknya infeksi pulmoner
- CT scan kepala: untuk mendeteksi dini edema cerebral
- MRI kepala: untuk mendeteksi edema cerebral (hanya digunakan jika terdapat perubahan kesadaran)
Pengobatan Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis diabetik merupakan kondisi darurat yang memerlukan penanganan segera. Pengobatan yang diberikan meliputi[3, 6]:
- Injeksi insulin melalui IV untuk menurunkan kadar keton
- Pemberian cairan untuk memastikan pasien terhidrasi dan memulihkan keseimbangan kimiawi dalam tubuh pasien
- Penggantian elektrolit melalui IV untuk mengganti mineral penting seperti natrium, kalium, dan klorida untuk menjaga fungsi jantung, otot, dan saraf
- Mengidentifikasi kondisi penyebab, jika terdapat infeksi dapat diberikan antibiotik
- Jika pasien berisiko terkena serangan jantung, dokter dapat melakukan pemeriksaan jantung lebih lanjut
Berikut beberapa obat yang digunakan dalam mengatasi ketoasidosis diabetik[3]:
- Insulin dengan aksi cepat (seperti insulin aspart, insulin glulisine, insulin lispro)
- Insulin yang beraksi sebentar (seperti insulin reguler)
- Suplemen elektrolik (seperti kalium klorida)
- Agen alkalinisasi (seperti natrium bikarbonat)
Pencegahan Ketoasidosis Diabetik
Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah ketoasidosis diabetik[1, 6]:
- Menangani diabetes dengan baik
Untuk mengurangi risiko ketoasidosis diabetik, pengendalian kadar gula darah merupakan langkah penting. Cara menangani diabetes dan memastikan gula darah terkendali dilakukan melalui diet sehat, beraktivitas fisik atau berolahraga secara rutin, mengkonsumsi obat sesuai petunjuk, dan perawatan diri.
- Memantau kadar gula darah
Pemantauan kadar gula darah dilakukan untuk memastikan bahwa kadar gula darah tetap di dalam rentang aman. Pasien diabetes dapat melakukan pengecekan dan pencatatan kadar gula darah setidaknya 3 hingga 4 kali sehari. Pengecekan kadar gula darah dapat dilakukan lebih sering ketika tidak enak badan atau stres.
- Menyesuaikan dosis insulin dengan kebutuhan
Untuk menyesuaikan dosis insulin, pasien dapat berkonsultasi pada dokter. Dosis dapat disesuaikan dengan pola diet, tingkat aktivitas fisik, dan kondisi medis yang dialami.
- Menggunakan insulin dengan teliti
Sebelum digunakan sebaiknya pasien mengecek tanggal kadaluarsa insulin. Insulin dalam kondisi baik terlihat jernih atau buram dengan butir-butir kecil, tapi tidak mengandung gumpalan. Selain kondisi insulin, pasien dianjurkan memastikan pompa insulin berfungsi dengan baik.
- Mengecek kadar keton
Ketika sedang sakit atau stres, pasien diabetes dapat melakukan pengecekan kadar keton menggunakan tes kit keton urin. Jika kadar keton sedang atau tinggi, sebaiknya segera menghubungi dokter. Jika kadar keton rendah, kemungkinan pasien memerlukan lebih banyak insulin
- Membuat rencana kondisi darurat
Jika gula darah tinggi dan kadar keton di dalam urin berlebihan, sebaiknya segera melakukan kunjungan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.