Daftar isi
Hipoglikemia adalah kondisi kadar gula darah rendah atau kadar gula dalam darah berada pada angka di bawah normal [1,2,3,4,6,8,9].
Penderita diabetes umumnya mengalami hal ini sebagai efek dari penggunaan obat-obatan penurun kadar gula darah.
Hipoglikemia adalah kondisi serius yang jika penderitanya tidak diobati segera maka dapat berakibat buruk pada kesehatan otak.
Apa itu gula darah atau glukosa?
Glukosa atau gula darah diproduksi oleh organ hati secara alami dan menjadi sumber tenaga bagi tubuh manusia untuk beraktivitas.
Glukosa sendiri biasanya dapat diperoleh dari makanan-makanan seperti susu, kentang, roti, dan nasi di mana makanan-makanan ini berkarbohidrat tinggi.
Ketika kadar glukosa atau gula darah rendah di dalam tubuh, maka energi pun rendah dan menjadikan tubuh lemas serta cepat lelah ketika berkegiatan.
Tinjauan Hipoglikemia adalah kondisi rendahnya kadar gula darah dan cenderung berada di bawah angka normalnya.
Hipoglikemia terjadi saat kadar gula dalam darah mengalami penurunan drastis di mana terdapat sejumlah faktor yang mampu menyebabkannya.
Penting untuk diketahui bahwa setiap kali makan, maka tubuh akan memecah karbohidrat dari makanan yang masuk ke dalam tubuh (terutama makanan berkarbohidrat) menjadi berbagai jenis molekul gula.
Salah satu molekul gula hasil pecahan karbohidrat adalah glukosa yang dengan bantuan insulin akan masuk ke dalam sel-sel jaringan tubuh.
Glukosa ini menjadi sumber tenaga bagi tubuh di mana glukosa ekstra tersimpan di dalam otot dan organ hati yang disebut dengan glikogen [1].
Kadar glukosa dalam darah akan menurun ketika seseorang tidak makan selama beberapa jam sampai akhirnya kembali makan.
Namun pada penderita diabetes, insulin yang diproduksi tubuh tidaklah memadai khususnya pada kasus diabetes tipe 1.
Atau seperti pada diabetes tipe 2, yaitu penurunan tingkat respon terhadap insulin sehingga glukosa dapat menumpuk pada aliran darah.
Ketika penumpukan glukosa darah terjadi, dibutuhkan insulin atau obat khusus penurun kadar gula darah yang jika terlalu banyak akan membuat penurunan kadar gula darah cukup drastis.
Selain karena obat-obatan dan insulin, makan lebih sedikit atau olahraga lebih sering dari biasanya usai penggunaan obat diabetes dapat juga menyebabkan hipoglikemia.
Selain diabetes, terdapat beberapa faktor lain yang mampu meningkatkan risiko hipoglikemia, yaitu antara lain adalah :
Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol terlalu sering dan dalam jumlah berlebihan tanpa makan dapat menghambat pelepasan glukosa dari organ hati [1,2].
Glukosa yang pada waktunya tidak terlepas atau terpecah ke aliran darah dapat menjadi pemicu hipoglikemia.
Selain obat-obatan untuk diabetes, beberapa jenis obat lian dapat menyebabkan hipoglikemia, seperti obat malaria.
Quinine adalah obat antimalaria yang perlu diwaspadai mampu menurunkan kadar gula darah [5].
Hal ini jauh berpotensi terjadi pada anak-anak dan orang dewasa penderita gagal ginjal.
Di dalam tubuh terdapat hormon-hormon yang mengatur produksi glukosa dan hormon-hormon ini kinerjanya dapat terhambat ketika terjadi gangguan pada kelenjar pituitari dan adrenal [4].
Keberadaan tumor dapat menjadi salah satu jenis gangguan yang berpengaruh pada terhambatnya produksi glukosa [1,2,4].
Anak-anak pun dapat mengalami hipoglikemia, khususnya jika kadar hormon pertumbuhan di dalam tubuh mereka terlampau rendah.
Insulinoma atau tumor pada pankreas yang merupakan jenis kondisi langka dapat menjadi salah satu penyebab dari produksi insulin yang berlebihan di dalam tubuh dan memicu hipoglikemia [4].
Selain itu, jenis tumor lainnya yang mampu menyebabkan produksi insulin berlebih pun akan berakibat pada hal yang sama, yaitu hipoglikemia.
Sirosis hati atau hepatitis yang sudah parah adalah penyakit hati yang juga dapat menyebabkan hipoglikemia [4].
Kadar gula dalam darah dapat terpengaruh oleh penumpukan obat-obat penyakit ginjal yang selama ini digunakan.
Kelaparan jangka panjang yang berkaitan dengan gangguan makan anoreksia nervosa juga dapat menghambat pelepasan glukosa dalam tubuh.
Tinjauan Penyebab hipoglikemia dapat berhubungan dengan penyakit diabetes maupun non-diabetes (penyakit hati, produksi insulin berlebih, kekurangan hormon, efek obat tertentu, serta konsumsi alkohol berlebih).
Di bawah ini adalah beberapa tanda ketika kadar gula dalam darah mengalami penurunan dan telah berada di bawah normal [1,4,6,8] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Segera temui dokter apabila beberapa gejala hipoglikemia yang telah disebutkan terjadi, khususnya bila tidak memiliki riwayat diabetes.
Bila gejala hipoglikemia tidak kunjung membaik usai meminum minuman manis, makan makanan berkarbohidrat dan makan permen, periksakan diri secepatnya.
Jika dibiarkan terlalu lama, gejala dapat berpotensi memburuk.
Penderita dapat mengalami penglihatan kabur, kebingungan/kelinglungan, tubuh kejang, hingga kehilangan kesadaran/pingsan.
Tinjauan Gejala utama dan umum dari kondisi hipoglikemia meliputi tubuh berkeringat, tremor/gemetar, kelelahan, kecemasan, pusing, kulit pucat, detak jantung tidak teratur, mati rasa dan kesemutan pada area pipi, lidah atau bibir, lebih mudah marah, mual dan kelaparan.
Untuk penderita diabetes yang juga menggunakan insulin atau obat penurun kadar gula darah, segera cek kadar gula darah ketika gejala hipoglikemia mulai dirasa timbul.
Bila kadar gula darah menunjukkan di bawah 70 mg/dL, maka penanganan perlu segera didapat agar tidak menimbulkan komplikasi.
Untuk non penderita diabetes namun mengalami gejala-gejala mengarah pada hipoglikemia, biasanya dokter akan memeriksa dengan beberapa metode ini.
Agar dokter dapat menghasilkan diagnosa yang akurat, pada pasien yang tidak menunjukkan gejala di awal pertemuan maka biasanya akan diminta untuk berpuasa semalaman [1,2].
Usai berpuasa sesuai dengan waktu yang diminta oleh dokter, gejala kadar gula darah rendah umumnya akan timbul dan membantu dokter dalam proses diagnosa.
Selain tes riwayat gejala dan kesehatan, dokter juga perlu tahu kadar gula darah pasien ketika gejala sedang timbul [1,4].
Oleh sebab itu, dokter akan mengambil sampel darah dan memeriksanya langsung di laboratorium untuk memastikan.
Untuk mengetahui apakah gejala akan hilang usai kadar gula darah naik atau normal kembali, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mengevaluasi riwayat medis pasien [1].
Beberapa tes penunjang lain kemungkinan diterapkan oleh dokter apabila diperlukan.
Tinjauan Pengecekan kadar gula darah adalah pemeriksaan utama, namun selanjutnya akan ditunjang dengan pemeriksaan riwayat gejala, tes darah, serta pemeriksaan fisik dan riwayat medis pasien.
Hipoglikemia dapat ditangani baik melalui penanganan mandiri secara alami maupun pengobatan secara medis.
Tergantung dari tingkat keparahan kondisi gejala serta penyebab hipoglikemia, berikut adalah sejumlah metode penanganannya.
Ketika gula darah menunjukkan tanda-tanda penurunan dan gejala hipoglikemia awal mulai timbul, segera atasi dengan mengonsumsi kudapan manis [7].
Bahkan ketika kadar gula darah sudah normal lagi, mengonsumsi kudapan bergula akan membantu membuat kadarnya stabil.
Asup makanan maupun minuman berkarbohidrat sebanyak 15-20 gram tanpa lemak dan protein dapat membantu menormalkan kadar gula darah [2,4].
Jus buah, tablet glukosa, minuman ringan, permen, maupun madu dapat sangat membantu.
Kadar gula darah yang menunjukkan angka di bawah 70 mg/dL perlu dipantau usai mengonsumsi makanan manis.
15 menit setelah mengonsumsi makanan atau minuman bergula atau berkarbohidrat, segera cek kembali kadar gula darah [8].
Lakukan begitu seterusnya sampai kadarnya lebih dari 70 mg/dL.
Pada kasus pasien hipoglikemia yang tidak dapat makan, penambahan glukosa melalui injeksi ke dalam tubuh sangat diperlukan [1].
Proses injeksi dapat dilakukan siapa saja asalkan tahu memberikannya dengan cara yang benar.
Namun bila tidak mengerti bagaimana melakukannya, andalkan tenaga medis agar tidak terjadi kesalahan.
Hipoglikemia dapat terjadi karena kondisi medis tertentu selain diabetes.
Dokter perlu tahu lebih dulu penyebab dasar hipoglikemia baru dapat meresepkan obat sesuai kondisi tubuh dan kondisi medis pasien [1,2,4].
Jika terdapat obat tertentu yang menjadi alasan hipoglikemia terjadi, dokter akan minta pasien berhenti menggunakannya.
Atau, dokter bisa saja menganjurkan dan meresepkan obat alternatif.
Khusus bagi penderita hipoglikemia yang memiliki tumor, maka tumor ini perlu diangkat melalui prosedur bedah [9].
Pada beberapa kasus hipoglikemia karena tumor pankreas, sebagian dari pankreas perlu diangkat untuk kebaikan pasien.
Tinjauan Hipoglikemia pada tahap awal dapat diatasi dengan asupan karbohidrat dan gula. Namun suntikan penambah glukosa, obat-obatan hingga operasi dapat direkomendasikan oleh dokter bila hipoglikemia sudah cukup serius.
Hipoglikemia yang tidak mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat atau justru terabaikan maka dapat meningkatkan risiko komplikasi berupa [1,4,10,11] :
Hipoglikemia dengan gejala yang semakin memburuk dapat pula mengakibatkan penderitanya mengalami cedera karena kelemahan tubuh dan timbulnya rasa pusing.
Pada lansia, risiko demensia juga menjadi lebih besar ketika mengalami hipoglikemia [2].
Hipoglikemia adalah sebuah kondisi yang dapat dicegah, yaitu dengan melakukan beberapa upaya sebagai berikut [1,2,4,7] :
Tinjauan Perubahan pola makan menjadi lebih sehat dan mengonsumsi lebih banyak karbohidrat dan gula dapat meminimalisir risiko gejala hipoglikemia. Tidak konsumsi alkohol, selalu sedia makanan/minuman manis, pengecekana kadar gula darah rutin, hingga berkonsultasi dengan dokter terkait gejala apapun yang timbul sangat dianjurkan.
1. Philip Mathew & Deepu Thoppil. Hypoglycemia. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Sanjay Kalra, Jagat Jyoti Mukherjee, Subramanium Venkataraman, Ganapathi Bantwal, Shehla Shaikh, Banshi Saboo, Ashok Kumar Das, & Ambady Ramachandran. Hypoglycemia: The neglected complication. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism; 2013.
3. Eko Budidarmaja. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipoglikemia pada Diabetes Melitus di Poliklinik RSUP dr Kariadi. Universitas Diponegoro; 2014.
4. Nidhi Bansal, MBBS & Ruth S. Weinstock, MD, PhD. Non-Diabetic Hypoglycemia. National Center for Biotechnology Information; 2020.
5. Audrey Carine Njomatchoua, Aurel Tiakouang Tankeu, Eugene Sobngwi, & Jean-Claude Mbanya. Glycemic effects of quinine infusion in healthy volunteers. BMC Research Notes; 2017.
6. Kimberly A. Driscoll, Ph.D, Jennifer Raymond, M.D., M.C.R., Diana Naranjo, Ph.D., & Susana R. Patton, Ph.D., CDE. Fear of Hypoglycemia in Children and Adolescents and Their Parents with Type 1 Diabetes. HHS Public Access; 2017.
7. Alison Gray, RDN, MBA & Rebecca J Threlkeld, MS, RDN, LDN. Nutritional Recommendations for Individuals with Diabetes. National Center for Biotechnology Information; 2019.
8. Lani Destree, Mary Vercellino, & Nancy Armstrong. Interventions to Improve Adherence to a Hypoglycemia Protocol. Diabetes Spectrum; 2017.
9. Jan Schovanek, Lubica Cibickova, Filip Ctvrtlik, Zbynek Tudos, David Karasek, Maurizio Iacobone, & Zdenek Frysak. Hypoglycemia as a Symptom of Neoplastic Disease, with a focus on Insulin-like Growth Factors Producing Tumors. Journal of Cancer; 2019.
10. Ayman El-Menyar, Ahammed Mekkodathil, & Hassan Al-Thani. Traumatic injuries in patients with diabetes mellitus. Journal of Emergencies, Trauma and Shock; 2016.
11. Usman H Malabu, Venkat N Vangaveti, & Richard Lee Kennedy. Disease burden evaluation of fall-related events in the elderly due to hypoglycemia and other diabetic complications: a clinical review. Clinical Epidemiology; 2014.