Virus adalah kuman dengan ukuran yang sangat kecil yaitu 20 hingga 400 nanometer. Virus ada karena adanya bahan genetik yang ada pada lapisan protein yang dapat menyerang sel-sel hidup yang masih normal sampai berkembangbiak yang pada akhirnya menghasilkan virus. Virus dapat merusak, mengubah sel yang dapat menyebabkan penyakit yang menyerang sel-sel pada tubuh[1].
Sifat virus tidak aktif karena tidak memiliki alat reproduksi dengan menyerang bagian sel inang dan menyerang metabolisme sel yang menghasilkan sel lainnya yang terinfeksi dari membran sel. Virus dapat hidup di sel hidup, telur yang sudah dibuahi, jaringan, atau bakteri[2].
Jika menyerang tubuh, virus akan menginfeksi ke seluruh bagian tubuh, sehingga mendatangkan berbagai macam penyakit. Berikut ini jenis penyakit yan disebabkan oleh virus.
Daftar isi
Influenza (flu) adalah penyakit menular yang menyerang pada bagian saluran pernapasan sehingga menyebabkan infeksi karena virus flu seperti Myxovirus yang terdiri dari tiga tipe, yakni Myxovirus A, Myxovirus B, dan Myxovirus C. Virus tersebut dapat menyerang dan menginfeksi hidung, tenggorokan dan paru-paru. Gejala yang muncul seperti demam, kedinginan, nyeri otot, batuk, hidung tersumbat, sakit kepala, dan rasa lelah selama kurun waktu 1 minggu[3].
Biasanya, penyaki flu ini akan sembuh dalam kurun waktu 2 minggu, dan sebagian orang dapat mengalami komplikasi yang serius seperti pneumonia. Virus ini sangat mudah menyerang dari orang yang satu ke orang yang lainnya yang memiliki kekebalan tubuh rendah[3]. Studi CID membuktikan penyakit flu banyak terjadi pada anak-anak, dan usia lansia kemungkinan sangat kecil terserang penyakti flu[4].
Pilek menyerang dan menginfeksi saluran pernapasan atas (ISPA) yang disebabkan oleh virus Rhinovirus akut. Virus ini dapat menyerang dan menginfeksi saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah. Gejala yang muncul yaitu hidung tersumbat, dan gatal[5].
Pilek paling sering menyerang manusia terutama pada anak-anak yang sangat rentan terjangkit pilek. Rentannya anak-anak terken pilek karena belum maksimal untuk memperoleh kekebalan tubuh terhadap virus. Pilek bisa hilang dengan sendirinya sekitar 1 minggu atau lebih[5].
Untuk tenggorokan yang sakit bisa sembuh hanya beberapa hari, hanya saja untuk batuk butuh waktu beberapa minggu untuk sembuh. Perawatan dengan minum obat sebenarnya tidak dibutuhkan karena beberapa obat hanya berfungsi untuk meringankan gejalanya karena pilek disebabkan oleh virus[6].
Sindrom pernapasan akut berat (SARS) adalah penyakit pernapasan zoonosis menular pada manusia. SARS disebabkan oleh SARS-coronavirrus (SARS-CoV) yang pertama kali muncul di Cina pada tahun 2002 – 2003 menyebabkan wabah global seluruh dunia[7].
SARS-CoV menular dari orang ke orang lainnya melalui inhalasi droplet pernapasan. Gejala seperti demam, pernapasan (flu), dan diare merupakan gejala umum terjadi dari SARS-CoV ini. Pasien dengan SARS-CoV memerlukan perawatan yang intensif[7].
Perawatan berhubungan dengan keseimbangan cairan dan elektrolit yang tepat. Pencegahan dari penyakit dengan pengendalian infeksi yang sangat ketat, dan juga tindakan pencegahan pernapasan dan kontak untuk perawatan. Selain itu, pencegahan melalui udara sangat diperlukan untuk menghasilkan aerosol[7].
Coronavirus (CoV) merupakan penyakit virus yang saat ini sedang menjangkit seluruh manusia di dunia. Pada September 2012, jenis virus yang sama yaitu human coronavirus England 1 telah di temukan oleh pasien dengan gejala pernapasan yang sangat parah. Dari virus ini beberapa pasien mengalami penyakit ringan dan beberapa pasien mengalami gejala pernapasan akut yang sangat parah yang membutuhkan perawatan secara intensif [8].
Penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut yang sangat parah yaitu coronavirus 2 (SARS-CoV-2)[9]. Gejala awal seperti demam, batuk kering, takipnea, dan sesak napas. Gejala diare sekitar 20-25% pasien dengan infeksi MERS-CoV atau SARS-CoV[10].
Gejala usus jarang terjadi pada pasien dengan COVID-19. Studi lain menunjukkan, gejala seperti sakit tenggorokan, bersin, hidung tersumbat, produksi sputum, anosmia dan dispepsia, ruam pada kulit, perubahan warna pada jari tangan kaki, dan konjungtivitas virus[10].
SARS-CoV-2 menyebar secara langsung pada penularan dari manusia ke manusia lainnya dengan sangat cepat melalui kontak tidak langsung seperti melalui udara. penyebaran SARS-CoV-2 terjadi pada pernapasan seperti batuk, bersin, bahan saat berbicara atau bernyanyi[10].
Penularan ini tidak dapat menular jika jarak lebih dari dua meter, akan tetapi SARS-CoV-2 tetap menular dalam jarak kurang dari lima mikro dan melayan ke udara hingga 3 jam. Dengan isolasi udara, venttilasi ruangan, dan penggunaan disenfektan yang tepat terutama pada pada bagian toilet dapat dibatasi dengan menyebarnya virus aerosol[10].
SARS-CoV-2 merupakan penyakit yang sangat mudah menyerang dan saat ini sudah ada vaksin yang efektif untuk mencegah timbulnya virus menyerang. Untuk menghindari lebih banyak penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus adalah dengan pencegahan, pendekatan diagnostik sensitif, dan menggunakan obat yang telah dianjurkan[10].
Campak (rubeola) adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus Paramyxovirus A dengan gejala demam akut tapi dapat di cegah. Penyakit ini menyebar secara global di negara Afrika dan Asia Tenggara. Wabah ini terus terjadi pada sekelompok anak-anak yang tidak di vaksin[11].
Sebagian banyak penyakit ini akan sembuh tanpa komplikasi, tetapi memiliki resiko prognosis yang sangat buruk. Jika terjadi komplikasi yang timbul adalah otitis dan diare, sedangkan otitis dapat menyebabakn gangguan pendengaran[11].
Bayi, anak-anak di bawah umur 5 tahun, orang dewasa dengan usia 20 tahun, wanita hamil yang memiliki gangguan kekebalan tubuh beresiko mengalami komplikasi. Ensfalitis salah satu penyakit 1 dari 1000 anak yang terinfeksi dan 1-2 terinfeksi hingga meninggal dengan komplikasi neurologis atau gangguan pernapasan[11].
Komplikasi campak banyak menjangkit pada bayi, wanita hamil, dan anak-anak yang memiliki gizi buruk atau immunocompromised. Pneumonia adalah komplikasi yang sangat umum terjadi yang disebabkan virus campak Hecht giant cell pneumonia. Komplikasi lain yang muncul yaitu croup, otitis media, dan diare[11]
Untuk pengobatannya sendiri tidak ada terapi antivirus campak. Untuk pengendaliannya seperti demam, pencegahan, dan pengendalian infeksi dengan isolasi merupakan terapi yang harus di lakukan untuk penyakit campak ini. WHO merekomendasikan vitamin A dengan dosis harian dalam kurun waktu 2 hari. Untuk anak-anak yang memiliki gizi buruk dosis dapat diberikan lebih selama 2 hari[11].
Campak jerman (Rubella) memiliki gejala seperti pilek, batuk, demam ringan, konjungtivitas, dan sakit kepala yang menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening di bagian leher. Gejala lainnya seperti ruam bintik merah muda tetapi tidak gatal[12].
Ruam terjadi pada bagian telinga belakang dan menyebar ke wajah dan seluruh bagian tubuh dan bisa hilang selama 1 sampai dengan 3 hari. Ruam adalah gejala umum yang bisa terjadi pada anak-anak, sedangkan untuk orang dewasa memiliki gejala sakit kepala, nyeri sendi, dan demam[12].
Virus rubella dapat menyebar melalui tetesan cairan yang melepaskan ke udara saat berbicara, batuk, dan bersin. Untuk wanita hamil dengan penyakit rubella dapat menularkan virus ke janinnya. Gejala rubella akan terlihat 2 hingga 3 minggu setelah terkena infkesi dan bertahan selama 1 minggu dengan resiko menularkan infeksi ke orang lain 1 minggu sebelum, dan satu minggu setelah ruam itu timbul[12].
Infeksi rubella tidak berbahaya, dan sangat jarang terjadi orang yang terkena penyakit ini dapat menyebabkan bronkitis, infeksi telinga tengah, atau radang otot jantung atau otak. Komplikasi ini sering terjadi pada orang dewasa di bandingkan dengan anak-anak[12].
Herpes genitalis disebabkan virus herpes simpleks tipe 1 dan 2 sebagai infeksi primer atau infeksi yang berulang. Penyakit ini salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang sangat umum terjadi tetapi tidak boleh di remehkan. Virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2) adalah salah satu infeksi umum yang terjadia pada orang dewasa dengan usia 12 tahun ke atas[13].
Sementara, untuk Virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) sering menyerang pada bagian perioral yang dapat menyebabkan lesi genital. Herpes genitalis. HSV-1 menyebar melalui kontak langsung dengan iar liur yang telah terkontaminasi atau sekresi tubuh yang sudah trinfeksi. Berbeda dengan HSV-2, virus ini mneyebar melalui kontak seksual[14].
Ebola adalah penyakit virus ebola (EVD) adalah penyakit mematikan yang sering menyerang manusia dan primata (monyet, gorila, dan simpanse). Virus ini menyebar ke manusia melewati kontak langsung dengan darah, cairan tubuh orang sakit atau yang sudah meninggal[15].
Ebola menular ketika seseorang telah menyentuh cairan tubuh yang sudah terinfeksi atau benda yang sudah terkontaminasi. Virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang telah rusak kemudian ke selaput lendir di mata, hidung, atau mulut. Ebola juga bisa menular melalui kontak seksual dengan orang yang sakit atau yang sudah pulih dari EVD[15].
Virus dapat bertahan di dalam cairan tubuh seperti air mani, atau seseorang yang telah sembuh dari penyakit. Efek samping dari penyakit ini adalah kelelahan, nyeri otot, permasalahan mata, dan penglihatan, serta sakit perut[15]. Virus ebola dapat di diagnosa dengan pendeteksian RNA atau antigen virus di dalam darah atau cairan tubuh[16].
Polia adalah penyakit penyebab virus yang dapat menular. Virus tersebut hidup di tenggorokan dan usus yang telah terinfeksi. Virus ini dapat menyebar melalui kontak dengan tinja orang yang telah terinfeksi. Bisa juga menular dari bersin dan batuk, atau bisa juga dari makanan yang tercermar makanan dan air tanpa cuci tangan[17].
Beberapa gejala dari polio ini adalah demam, lelah, mual, sakit kepala, flu, leher, punggung kaku, dan nyeri badan. Sebagian orang akan menjadi lumpuh dan belum ada pengobatan untuk mengobati kelumpuhan akibat polio. Beberapa orang dengan penyakit polio dapat menderita sindrom pasca polio (PPS) dengan beberapa gejala yaitu kelelahan, otot lemah, nyeri otot dan sendi[17].
Virus polio dapat menyebar lewat kontaminasi fekal-oral atau menyebar melalui oral-oral. Penyebaran virus SSP masih belum diketahui dan dapat menyebabkan kematian[18].
Demam kuning adalah penyakit virus nyamuk menular yang biasa ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Penularan ini melalui nyamuk jenis Aedes dan Haemagogus dengan bebebrapa gejala seperti demam ringan dan perdarahan parah. Demam ringan dapat sembuh dengan sendirinya, dan penyakit demam kuning ini bisa menyebabkan penyakit hati[19].
Virus demam kuning adalah virus RNA dari jenis genus Flavivirus yang sangat erat yang menyebabkan West Nile, St. Louis dan ensefalitis jepang. Nyamuk ini berkembang biak pada lubang pohon, contohnya seperti Aedes aegypti dan Haemagogus yang dapat menularkan demam kuning pada musim hujan. Virus demam kuning ini menular pada daerah hutan, desa, adan perkotaan[19].
Demam kuning belum ada pengobatan atau vaksin yang efektif, yang harus diperhatikan adalah pencegahan. pencegahan paling baik dilakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk. Gunakan pakaian yang tertutup agar terhindar dari gigitan nyamuk saat di luar ruangan[19].
Hepatitis adalah penyakit pada radang hati yang disebabka oleh virus yang dikenal dengan tipe-tipe, yakni Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis D, Hepatitis E, Hepatitis F, dan Hepatitis G. Akan tetapi kondisi dari penyakit ini sebagian bisa juga disebabkan oleh infeksi lain, alkohol, racun, obat, dan autoimun[20].
Timbulnya Hepatitis B disebabkan karena adanya kontak darah yang telah terinfeksi, air mani atau cairan tubuh lain melalui hubungan seks, jarum suntik, atau suntik obat dari ibu ke bayi saat lahir. Hepatitis C adalah virus melalui darah yang menyebar ke dalam tubuh dengan jarum suntik. Hepatitis D ditularkan melalui kontak darah yang terinfeksi hepatitis B[20].
Berdasarkan etiologi pada penyakit hepatitis, keparahan penyakit berkisar dari ringan yang dapat sembuh sendiri, sampai dengan yang sangat parah yang membutuhkan transplantasi hati. Hepatitis bisa menjadi hepatitis akut dan hepatitis kronis tergantung dari peradangan atau pada gangguan hati[21].
Hepatitis akut dengan peradangan hati berlangsung selama 6 bulan, sedangkan jika hepatitis kronis berlangsung lebih dari 6 bulan. Hepatitis akut dapat sembuh dengan sendiri tanpa harus perawatan di rumah sakit, akan tetapi akan menyebabkan hati fulminan. Untuk hepatitis kronis dapat merusak hati yaitu fibrosis hati, sirosis, karsinoma hepatoseluler, dan hipertensi [21].
Cacar air adalah penyakit yang sangat mengerikan dan 3 dari 10 orang yang terkena cacar meninggal. Orang yang sembuh dari cacar air ini memiliki tanda bekas luka. Pengendalian dari penyakit ini adalah variolasi dimana proses virus yang menyebabkan cacar[22].
Variolasi dimana seseorang yang belum pernah terkena cacar tetapi tertular dari luka cacar yaitu dengan cara menggaruk pada bagian lengan atau dengan menghirupnya. Setelah variolasi terlewati, seseorang biasanya memiliki gejala cacar seperti demam dan ruam. Variolasi dapat mengurangi seseorang meninggal karena cacar dibandingkan dengan terkena cacar alami[22].
HIV, atau human immunodeficiency virus, adalah virus penyebab AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) dapat menular melalui hubungan seksual, jarum suntik, perinatal selama kehamilan, persalinan, dan menyusui. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh dengan menghancurkan sel darah putih yang berfungsi untuk melawan infeksi. Hancurnya sel darah putih dapat menyebabkan orang dengan penyakit HIV sangat rentan terkena infeksi dan dapat meninggal dunia. Obat anti HIV dapat mereka dapat hidup bertahan lama dan sehat. Obat dengan nama antiretroviral (ART) yang dapat menekan jumlah virus yang menyerang ke dalam darah [23] .
Gondong adalah penyakit penyebab virus Paramyxovirus A yang menular yang beresiko pada anak-anak. Vaksinasi adalah salah satu cara untuk menurunkan penyakit gondongan. Infeksi gondok muncul dengan beberapa gejala seperti prodromal sakit kepala, demam, lelah, anoreksia, malaise dengan penyakit parotitis. Gondongan dapat sembuh dengan sendirinya[24].
Penyakit gondongan dapat menular secara global dan salah satu penyebab parotitis epidemik yang muncul pada musim dingin dan awal musim semi. Gondongan adalah penyakit jinak yang dapat sembuh sendiri dengan perawatan sesuai dengan gejala yang muncul. Untuk jenis obat analgesik dan kompres dingin atau air hangat pada bagian yang bengkak[24].
Burung bisa juga terkena flu, dimana terdapat virus H5N1 dan H7N9 dengan menginfeksi unggas, ayam, dan bebek. Virus H5N1 dan H7N9 sangat jarang menularkan pada orang akan tetapi beberapa bisa tertular. Penularan ini melalui kontak dekat dengan unggas yang terinfeksi seperti air liur atau kotorang burung. Bisa juga dengan menghirup tetesan atau debu yang mengandung virus[25].
Penyakit flu burung pada manusia dapat berkisar dari ringan hingga berat. Seringkali, gejalanya mirip dengan flu musiman , seperti:
Pengobatan flu burung dengan obat antivirus dapat mengurangi keparahan penyakit dan membantu mencegah flu pada orang yang telah terpapar virus[25].
1) Anonim. Medlineplus.gov. viralinfections. 2016.
2) Anonim. ncbi.nlm.nih.gov. How Infection Works. 2021.
3) Anonim. Influenza. niaid.nih.gov. 2020.
4) Anonim. cdc.gov. Key Facts About Influenza (Flu). 2021.
5) Diane E. Pappas. ncbi.nlm.nih.gov. The Common Cold. 2018.
6) Anonim. ncbi.nlm.nih.gov. Common colds: Overview. 2020.
7) Chih-Cheng Lai, sebuah Tzu-Ping Shih, b Wen-Chien Ko, c Hung-Jen Tang, d dan Po-Ren Hsueh. ncbi.nlm.nih.gov. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) and coronavirus disease-2019 (COVID-19): The epidemic and the challenges. 2020.
8) Raoul J. de Groot,corresponding authora Susan C. Baker,b Ralph S. Baric,c Caroline S. Brown,d Christian Drosten,e Luis Enjuanes,f Ron A. M. Fouchier,g Monica Galiano,h Alexander E. Gorbalenya,i Ziad A. Memish,j Stanley Perlman,k Leo L. M. Poon,l Eric J. Snijder,i Gwen M. Stephens,j Patrick C. Y. Woo,m Ali M. Zaki,n Maria Zambon,h and John Ziebuhro. ncbi.nlm.nih.gov. Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV): Announcement of the Coronavirus Study Group. 2013.
9) Marco Cascella ; Michael Rajnik ; Abdul Alim ; Scott C. Dulebohn ; Raffaela Di Napoli. ncbi.nlm.nih.gov. Features, Evaluation, and Treatment of Coronavirus (COVID-19). 2021.
10) Melika Lotfi , b Michael R. Hamblin , c, d, e dan Nima Rezaei. ncbi.nlm.nih.gov. COVID-19: Transmission, prevention, and potential therapeutic opportunities. 2020.
11) Noah P. Kondamudi; James R. Waymack. ncbi.nlm.nih.gov. Measles. 2021.
12) Anonim. ncbi.nlm.nih.gov. Rubella (German measles): Overview. 2020.
13) Jacob Mathew Jr ; Amit Sapra. ncbi.nlm.nih.gov. Herpes Simplex Type 2. 2020.
14) Dahlia Saleh ; Siva Naga S. Yarrarapu ; Sandeep Sharma. ncbi.nlm.nih.gov. Herpes Simplex Type 1. 2020.
15) Anonim. cdc.gov. Ebola (Ebola Virus Disease). 2021.
16) Athena P. Kourtis , MD, PhD, MPH, * Kristie Appelgren , MD, MPH, * Michelle S. Chevalier , MD, MPH, * dan Anita McElroy , MD. ncbi.nlm.nih.gov. Ebola Virus Disease. 2016.
17) Anonim. Medlineplus.gov. Polio and Post-Polio Syndrome. 2021.
18) Jonathan G.Wolbert ; Karla Higginbotham. ncbi.nlm.nih.gov. Polio. 2021.
19) Leslie V.Simon ; Muhammad F.Hasmi ; Klaus D. Torp. ncbi.nlm.nih.gov. yellow fever. 2021.
20) Anonim. niaid.nih.gov. Hepatitis. 2019.
21) Parth Mehta ; Anil Kumar Reddy Reddivari. ncbi.nlm.nih.gov. Hepatitis. 2021.
22) Anonim. cdc.gov. History of Smallpox. 2021.
23) Anonim. niaid.nih.gov. HIV/AIDS. 2021.
24) Patrick Davison ; Jason Morris. mumps. 2021.
25) Anonim. Medlineplus.gov. bird flu. 2017.