Daftar isi
Cokelat diketahui telah sangat digemari oleh masyarakat dari segala usia untuk dikonsumsi maupun dimanfaatkan khasiatnya untuk penyembuhan [1].
Meskipun demikian, tidak banyak yang tahu bahwa produk cokelat tersebut sebenarnya terbuat dari bahan dasar yaitu kakao.
Kakao sendiri adalah buah kering yang mengalami fermentasi lemak secara sempurna dari pohon kakao [1].
Kakao yang memiliki nama ilmiah Theobroma Cacao ini, umumnya dapat diolah dalam tiga bentuk utama yaitu [1]:
Berikut ini merupakan beberapa fakta menarik tentang kakao yang perlu untuk diketahui [1, 2]:
Kakao disukai banyak orang bukan hanya karena olahannya berupa cokelat, namun juga karena kandungan gizinya.
Berikut ini merupakan kandungan gizi kakao dalam 100 gram penyajian yang sangat bermanfaat untuk kesehatan manusia:
IDNmedis.com Info Gizi (Per 100 Gram) Kakao, bubuk kering, tanpa pemanis | |||
---|---|---|---|
Kalori: | 228 | Kalori Dari Lemak: | 114.7 |
%Kebutuhan Harian | |||
Total Lemak | 13.7 g | 21.08 % | |
Lemak Jenuh | 8.1 g | 40.35 % | |
Lemak Trans | 0 | 0 % | |
Kolesterol | 0 mg | 0 % | |
Sodium | 21 mg | 0.88 % | |
Total Karbohidrat | 57.9 g | 19.3 % | |
Serat | 33.2 g | 132.78 % | |
Gula | 1.8 g | ||
Protein | 19.6 g | 39.2 % | |
Vitamin A | 0 % | Vitamin c | 0 % |
Kalsium | 12.8 % | Zat besi | 77 % |
Src : Kakao, bubuk kering, tanpa pemanis *Kebutuhan harian berdasarkan diet 2,000 kalori. Kebutuhan anda bisa lebih besar/kecil. |
Kandungan gizi utama dari kakao adalah senyawa fenolik seperti katekin, antosianidin dan proantosianidin yang berfungsi sebagai antioksidan untuk melawan kanker, peradangan, penuaan, dan infeksi virus [2].
Penyakit neurodegenerative adalah kondisi di mana sel neuron mengalami gangguan dalam struktur maupun fungsinya.
Kakao diketahui memiliki salah satu kandungan berupa kafein, yang menurut hasil penelitian jika dikonsumsi selama middle stage kehidupan akan mengurangi risiko menderita penyakit saraf pada masa tua [4].
Selain itu, kakao juga mengandung methylxanthines yang merupakan blokade reseptor adenosin [4].
Methylxanthines ini memiliki pengaruh terhadap aktivitas neuron yang lebih tinggi dalam otak, sehingga sel-sel neuron dimungkinkan memiliki masa hidup yang lebih lama [4].
Aktivitas neuron yang tinggi ini dapat terjadi karena tiga penyebab sebagai berikut [4]:
Kandungan lemak yang berlebih darah seiring berjalannya waktu akan tertimbun, dan jika timbunan tersebut menyumbat arteri koroner maka akan menyebabkan penyakit jantung koroner.
Hasil penelitin klinis menunjukkan bahwa kandungan theobromine dari konsumsi kakao mampu meningkatkan kadar kolesterol HDL (High-Density Lipoprotein) dalam plasma secara signifikan [4].
Selain itu, konsumsi kakao juga menurunkan konsentrasi LDL (Low-Density Lipoprotei) dalam plasma secara signifikan [4].
Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa konsumsi kakao mampu mengurangi risiko penyakit jantung coroner [4].
Pernapasan merupakan salah satu fungsi penting dalam kelangsungan kehidupan manusia. Oleh karena itu, gangguan pada saluran pernafasan menjadi suatu hal yang memberikan dampak serius pada manusia.
Fungsi paru-paru pada pasien yang menderita penyakit asma, diketahui dapat ditingkatkan dengan kandungan dalam kakao, yaitu theobromine dan kafein [4].
Tidak hanya meningkatkan fungsi paru-paru pada pasien asma, kandungan theobromine dan kafein diektahui juga mampu menghasilkan bronkodilatasi pada pasien asma [4].
Pada bayi yang baru lahir prematur dapat terjadi risiko adanya AOP (Apnea of Prematuritas) yaitu kondisi di mana sistem pernapasan belum matang [4].
Menurut penelitian, methylxanthine dalam kakao dapat digunakan dalam terapi AOP yang akan merangsang sistem saraf pusat dan fungsi otot pernafasan [4].
Selain itu kandungan kafein dalam kakao dapat digunakan dalam terapi AOP yang berfungsi sebagai berikut [4] :
Kadar glukosa darah yang tinggi merupakan salah satu ciri dari penyakit diabetes.
Konsumsi cokelat hitam diketahui dapat menurunkan risiko penyakit diabetes tipe II [5].
Hal ini dapat terjadi karena konsumsi cokelat hitam mampu memperbaiki resistensi insulin, stres oksidatif dan peradangan [5].
Cokelat dikenal masyarakat sebagai produk yang dapat memperbaiki suasana hati (mood) menjadi lebih baik.
Hal ini bukan hanya sekedar kepercayaan melainkan dapat dijelaskan secara medis yang ditinjau dari bahan dasarnya.
Cokelat yang bermacam-macam jenisnya itu memiliki satu bahan dasar yaitu kakao.
Kakao sendiri diketahui memiliki beberapa kandungan yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia seperti, senyawa methylxanthine, kafein dan theobromine.
Oleh karena itu, konsumsi cokelat yang terbuat dari bahan dasar kakao akan mempengaruhi suasana hati [1].
Hal ini tidak lain adalah efek dari kandungan senyawa methylxanthine, kafein dan theobromine dalam kakao [1].
Cokelat hitam diketahui memberikan efek yang signifikan ketika dikonsumsi oleh orang yang memiliki kecemasan yang tinggi [1].
Hal ini dapat terjadi karena kortisol urin dan katekolamin akan menurun ketika mengonsumsi cokelat sehingga akan mempengaruhi suasana hati yang sebagian kecemasannya dinormalisasi parameter metabolik lain [1].
Tidak hanya itu, cokelat juga diketahui berhubungan dengan kinerja kognitif.
Kinerja kognitif diketahui secara signifikan dapat ditingkatkan dengan mengonsumsi cokelat [1].
Hasil uji iradiasi histologis dan analitis menunjukkan bahwa kandungan theobromine dalam kakao terbukti mencegah photodamage, termasuk pembentukan kerutan, perubahan ikat dermal dan akumulasi kolagen [6].
Selain itu, turunan xantin juga terbukti mampu menjadi pelindung kulit dengan mencegah infiltrasi nuetrofil yang disebabkan oleh radiasi sinar UV [6].
Oleh karena itu, cacao juga telah banyak menarik perhatian para peneliti untuk menjadikannya sebagai bahan untuk produk kecantikan yang sangat bermanfaat untuk kulit.
Kandungan theobromine dalam kakao menurut hasil penelitian menimbulkan efek durasi waktu tidur yang lama [4].
Artinya dengan mengonsumsi kakao dapat mencegah gangguan kuantitas dan kualitas tidur.
Fungsi theobromine ini diketahui lebih signifikan terjadi jika dibandingkan dengan efek kafein yang dapat menimbulkan sulit tidur [4].
Mengingat, beberapa penemuan mengemukakan bahwa bahkan setelah mengonsumsi kafein dengan konsentrasi tinggi pun beberapa orang masih dapat tidur dengan baik tanpa adanya gangguan [4].
Dan hal tersebut belum dapat dijelaskan dengan jelas, yang jelas efek kafein diketahui perlu ditinjau terhadap faktor polimorfisme reseptor adenosin dan dopaminnya [4].
Hal ini berbeda dengan efek theobromine yang telah terbukti secara signifikan mampu membuat orang yang mengonsumsi cokelat memiliki kuantitas dan kualitas tidur yang baik [4].
Bahkan kandungan theobromine baik pada manusia maupun tikus dinilai lebih aman daripada kadungan kafein [4].
Berikut ini merupakan beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan setalah mengonsumsi kakao maupun produk yang mengandung kakao [2, 4] :
Kakao umumnya mudah ditemukan dalam bentuk produk olahan karena buah kakao maupun kakao kering jarang dijumpai diluar daerah tempatnya tumbuh.
Untuk itu berikut ini merupakan beberapa tips untuk memilih dan menyimpan produk kakao yaitu bubuk kakao (cocoa powder) maupun cocoa butter [2] :
Kakao dalam produk berbentuk bubuk kakao umumnya tidak mengandung pemanis, berwarna coklat gelap dan rasanya pahit.
Oleh karena itu, konsumsinya umumnya perlu menambahkan susu padat dan gula.
Berikut ini merupakan beberapa tips penyajian yang dapat digunakan untuk mengonsumsi kakao [1, 2] :
Sebagai minuman Kesehatan kakao dapat dikonsumsi langsung dalam bentuk ekstrak tanpa campuran pemanis.
Hal ini sebagiamana telah dilakukan oleh orang Meksiko kuno yang meyakini bahwa ekstrak kakao murni lebih sehat, afrodisiak, dan menyegarkan.
Cokelat dibuat dengan menggabungkan bahan dasar cocoa liquor dengan cocoa butter dan pemanis seperti gula.
Susus cokelat dapat dibuat dengan cocoa liquor (10 – 12 % dari campuran) yang ditambahkan susu kental maupun bubuk.
Cokelat semi manis atau cokelat pahit dapat dibuat dengan mencampurkan cocoa liquor, cocoa butter dan gula (cocoa liquor minimal yang digunakan adalah 35 % dari campuran).
Cokelat putih dapat dibuat dengan mencampurkan cocoa butter (cocoa butter minimal yang digunakan adalah 20% dari campuran) dengan pemanis dan susu.
Kakao dalam bentuk bubuk maupun padatan dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan kue, fudge, kue, muffin, hingga es krim.
1) David L. Katz, Kim Doughty dan Ather Ali. 2011. National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library of Medicine, National Institutes of Health. Cranberries and Their Bioactive Constituents in Human Health. Cocoa and Chocolate in Human Health.
2) Anonim. 2020. Nutrition and You. Cocoa Beans (Chocolate Beans) Nutrition Facts.
3) Anonim. 2020. Self Nutrition Data. Cacao Nibs Nutrition Facts & Calories.
4) Rafael Franco, Ainhoa Oñatibia-Astibia, dan Eva Martínez-Pinilla. 2013. National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library of Medicine, National Institutes of Health. Health Benefits of Methylxanthines in Cacao and Chocolate.
5) Chisa Matsumoto, Andrew B Petrone, Howard D Sesso, J Michael Gaziano dan Luc Djoussé. 2015. National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library of Medicine, National Institutes of Health. Chocolate consumption and risk of diabetes mellitus in the Physicians’ Health Study.
6) Giovanni Scapagnini, Sergio Davinelli, Laura Di Renzo, Antonino De Lorenzo, Hector Hugo Olarte, Giuseppe Micali, Arrigo F. Cicero, dan Salvador Gonzalez. 2014. National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library of Medicine, National Institutes of Health. Cocoa Bioactive Compounds: Significance and Potential for the Maintenance of Skin Health.