Kandidiasis adalah salah satu penyakit infeksi yang diketahui menjadi permasalahan medis pada semua populasi di dunia. Salah satu penelitian melaporkan bahwa prevalensi kandidiasis meningkat secara signfikan selama 2 dekade terakhir. [1]
Daftar isi
Kandidiasis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur bergenus Candida. Jamur Candida umumnya terdapat dalam saluran pencernaan manusia dan bersifat oportunis, di mana infeksi terjadi saat sistem imunitas seseorang sedang menurun [1], [2].
Terdapat 5 jenis utama jamur Candida (C. albicans, C. tropicalis, C. glabrata, C. parapsilosis, C. krusei) yang diketahui sering menyebabkan penyakit kandidiasis. Namun, penelitian menyebutkan bahwa 90% kasus kandidiasis disebabkan oleh jamur C. albicans. [1] [2]
Penyakit ini tidak memiliki dominansi pada area geografis tertentu. Berdasarkan umur, kandidiasis juga dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dan pada orang dewasa.
Insiden pada bayi umumnya disebabkan oleh defisiensi imun pada ibu yang berpengaruh terhadap perkembangan imunitas bayi. Pasca kelahiran, bayi yang terpapar Candida dan memiliki imunitas rendah dapat terinfeksi. [2]
Sesuai namanya, posisi infeksi kandidiasis tipe oral terjadi pada area mulut. Penyakit kandidiasis oral umumnya menyebabkan lesi berwarna putih dengan sensasi terbakar dan rasa sakit pada mulut.
Pada beberapa kasus, warna lesi kandidiasis oral dapat berwarna merah disebabkan oleh asosiasi infeksi bakteri Staphylococcus aureus. Umumnya lokasi infeksi candida oral terjadi pada daerah bukal, langit-langit, dan lidah. [3]
Kandidiasis tipe ini terdapat pada daerah vagina dan umumnya terjadi pada wanita pada usia reproduksi aktif. Penyakit ini dapat menular melalui hubungan seksual dan hampir terjadi pada 1/3 wanita di dunia. [4]
Pada dasarnya penyakit kandidiasis terjadi pada saat sistem imunitas penderita sedang menurun. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
Kandidiasis Oral
Kandidiasis Vaginalis
Penelitian menyebutkan bahwa risiko kandidiasis vaginalis lebih kecil pada wanita yang lebih sering mengganti celana dalam per hari dibandingkan wanita yang jarang mengganti celana dalam. Penggunaan tampon selama menstruasi juga berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur Candida.
Hampir 75% dari ibu hamil mengalami kandidiasis vaginalis. 50% diantaranya memiliki potensi kandidiasis vaginalis berulang. Kondisi ini diketahui sangat sering terjadi pada masa trimester kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan karena peningkatan hormone progesterone dan estrogen yang berperan dalam penghambatan aktivitas antifungal, sehingga meningkatkan potensi infeksi C. albicans.
Faktor risiko penyakit lain juga dapat berasosiasi dengan pertumbuhan jamur Candida dan kandidiasis. Pasien diabetes mellitus yang tidak dikontrol, anemia, kanker, dan HIV pada umumnya memiliki sistem imunitas yang lebih rendah dibandingkan individu normal. Pada kondisi ini, pasien akan lebih rentan mengalami kandidiasis. [3]
1. Kandidiasis oral
2. Kandidiasis vaginalis
Hingga saat ini tingkat keparahan dari kandidiasis vaginalis belum diklasifikasi
Kandidiasis Oral
Gejala yang paling sering muncul pada kandidiasis oral adalah munculnya lesi berwarna putih (sariawan) pada area mulut yang menyebabkan rasa sakit dan perih. [3]
Kandidiasis Vaginalis
Sebagai respon inflamasi disebabkan invasi jamur Candida, area vagina akan memiliki beberapa ciri, seperti: [4]
Pada umumnya, jika pasien mengalami gejala kandidiasis oral dan vaginalis dalam waktu lama dan tidak kurun sembuh, pasien disarankan untuk mengkonsultasikan pengobatan terbaik bersama tim medis untuk mencegah penyebaran dari jamur Candida. [9]
Pada penderita obesitas dan defisiensi imun jamur Candida dapat bertumbuh pada kulit bagian dalam. Kandidiasis juga dapat menyebabkan leukoplakia.
Jika tidak ditangani dengan baik infeksi Jamur C. albicans juga dapat menyebabkan infeksi sistemik melalui peredaran darah, kondisi ini umum dikenal dengan sebutan kandidemia. [3]
Penyakit ini disebabkan oleh asosiasi jamur Candida dengan leukoplakia yang berpotensi tinggi dalam transformasi sel kanker epithelial dan kanker mulut. Umumnya Candidal leukoplakia terjadi pada daerah mukosa bukal. [3]
Risiko kandidemia umum terjadi pada pasien pasca-operasi, setelah terapi antibiotik, atau pada pasien yang sedang menggunakan kateter. Risiko kematian dengan asosiasi kandidemia mencapai 40%. Pada kondisi ini infeksi jamur Candida dapat menjalar pada organ lain seperti paru-paru, ginjal, dan infeksi otak. [9]
Area lesi kandidiasis akan diambil sebagai sampel untuk beberapa pemeriksaan laboratorium seperti: [3]
Metode ini bekerja dengan cara fiksasi sampel dengan senyawa ether/alkohol menggunakan perbandingan 1:1. Kemudian sampel akan diuji dengan metode pewarnaan gram dan metode periodic acid Schiff (PAS) untuk visualisasi jamur Candida.
Sampel yang sudah diambil dapat dikultur pada medium agar khusus untuk menumbuhkan jamur. Pada umumnya, pasien sehat tidak memiliki banyak koloni jamur pada daerah mulut, sehingga hasil kultur akan menentukan jumlah jamur yang tumbuh pada pasien kandidiasis.
Pengambilan sampel lesi terhitung lebih mudah dan uji yang diaplikasikan pada umumnya bersifat ekonomis. Namun, metode deteksi tersebut memiliki tingkat subjektivitas yang relative tinggi.[3]
Oleh karena itu, terdapat deteksi komprehensif lain yang dapat digunakan dalam deteksi kandidiasis, seperti: [3] [4] [8]
Metode deteksi ini sangat presisi terhadap kandidiasis. Sampel yang digunakan pada uji imunologi adalah serum. Dengan metode ini, antibodi tubuh terhadap jamur kandidiasis dalam hitungan menit.
Pada umumnya dokter akan melakukan observasi area vagina untuk melihat gejala inflamasi pada area pelvic.
Uji Whiff dilakukan dengan cara meneteskan 10% natrium hidroksida (NaOH) pada area vaginal pasien. Setelah penambahan senyawa tersebut, area vaginal pada pengidap kandidiasis akan memiliki aroma tidak sedap yang disebabkan oleh respon mikroba pada area tersebut.
Pengobatan Topikal
Jika pasien tidak memiliki gejala penyakit kandidiasis sistemik, pada umumnya pasien disarankan untuk menggunakan pengobatan topikal. [8] Obat yang umumnya diaplikasikan secara topikal berasal dari keluarga azole seperti: [8]
Obat-obatan ini umumnya dapat dipakai pada kandidiasis oral dan vaginal. Penggunaan obat berbahan aktif chlorhexidene dapat digunakan sebagai obat kumur untuk mengobati kandidiasis oral. [8]
Selain itu terdapat beberapa obat jenis lain yang juga umum digunakan seperti: [8]
Pengobatan Sistemik
Ketoconazole merupakan antifungal yang umumnya digunakan untuk pengobatan kandidiasis secara sistemi (melalui peredaran darah). Dosis yang umumnya diberikan adalah 200mg. [10]
Dari segi harga dan efektivitas, fluconazole merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan dalam pengobatan kandidiasis.
Pengidap kandidiasis vaginalis umumnya disarankan untuk mengkonsumsi fluconazole dengan dosis 150mg untuk 3 hari, hal ini dilakukan selama 3 kali. Fluconazole telah dipertimbangkan aman untuk ibu menyusui. [4] [11]
Pada fase pengobatan, pasien disarankan untuk tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol. Pasien juga disarankan mengkonsumsi makanan dengan sedikit asam jeruk dan makanan pedas. Hal ini dapat membantu penekanan infeksi yang disebabkan kandidiasis. [8]
Kandidiasis Oral
Kandidiasis Vaginal
1. M Anaul Kabir, Zulfiqar Ahmad. 2012. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Candida Infections and Their Prevention.
2. Catherine M Bendel. 2011. Science Direct. Candidiasis.
3. Arun Singh, Renuka Verma, Aditi Murari, Ashutosh Agrawal. 2014. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Oral Candidiasis: An Overview.
4. Rebecca Jeanmonod, Donald Jeanmonod. 2020. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Vaginal Candidiasis (Vulvovaginal Candidiasis).
5. Adane Bitew, Yeshiwork Abebaw. 2018. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Vulvovaginal candidiasis: species distribution of Candida and their antifungal susceptibility pattern.
6. Maleeha Aslam, Rubeena Hafeez, Sadia Ijaz, M. Tahir. 2008. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Vulvovaginal Candidiasis in pregnancy.
7. Shankargouda Patil, Roopa S Rao, Barnali Majumdar, Sukumaran Anil. Frontiers in Microbiology. 2015. Clinical Appearance of Oral Candida Infection and Therapeutic Strategies.
8. Crispian Scully CBE MD PhD MDS MRCS BSc FDSRCS FDSRCPS FFDRCSI FDSRCSE FRCPath FMedSci FHEA FUCL DSc DChD DMed[HC] DrHC. 2013. Science Direct. Candidosis (Candidiasis)
9. Carol A Kauffman. 2012. Science Direct. Candidiasis.
10. James G Marks Jr MD, Jeffrey J Miller MD. 2019. Science Direct. Pustules.
11. Frank J Downd. 2007. Science Direct. Candida Albicans Infections.