Daftar isi
Kanker prostat merupakan jenis kanker di mana sel tumor tumbuh dan berkembang di bagian dalam kelenjar prostat [1,2,3].
Kanker prostat adalah kanker yang dialami oleh pria usia sekitar 65 tahun lebih dengan gejala utama masalah setiap buang air kecil [1,2,3].
Prostat sendiri merupakan salah satu organ dalam tubuh berupa kelenjar berukuran kecil di dasar kandung kemih dan masih tergolong sebagai sistem reproduksi [1,2,3].
Fungsi prostat bagi tubuh antara lain adalah [4] :
Tinjauan Kanker prostat adalah jenis kanker yang menyerang kelenjar prostat dan pria usia 50-65 tahun ke atas jauh lebih berisiko mengalaminya.
Terdapat dua jenis kanker prostat menurut tingkat kecepatan perkembangan kanker, yaitu [1] :
Ketika bersifat non-agresif, ada kalanya tumor tidak tumbuh atau tidak berkembang [1].
Namun rata-rata, tumor non-agresif tetap berkembang namun secara lamban [1].
Sementara itu, kanker agresif tak hanya cepat dalam perkembangannya, tapi juga penyebarannya dari prostat ke organ-organ tubuh lainnya [1].
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kanker prostat, namun kanker selalu diawali dengan keberadaan sel-sel abnormal pada organ tertentu sehingga menyebabkan perubahan DNA [1,5].
Pada kanker prostat, sel-sel abnormal tersebut tumbuh dan akan bertahan di sana dan mampu berkembang dan menyebar secara lebih cepat ke area sekitarnya daripada sel-sel normal [1,5].
Meski penyebab pasti dari kanker prostat belum diketahui, terdapat sejumlah faktor yang diketahui memengaruhi dan bahkan meningkatkan risiko seseorang mengidapnya, yaitu :
Riwayat kesehatan keluarga pernah mengidap kanker prostat meningkatkan risiko seseorang menderita kanker yang sama, terutama jika orang tua atau saudara kandung mengalaminya [1,2,3,5].
Tidak hanya itu, memiliki anggota keluarga yang memiliki gen BRCA1 atau BRCA2 yang merupakan peningkat risiko kanker payudara juga meningkatkan risiko kanker prostat [1,3].
Terlebih memiliki anggota keluarga dengan riwayat kuat penyakit kanker payudara, risiko kanker prostat pada anggota keluarga lain (terutama laki-laki) semakin besar [1,3].
Pertambahan usia di mana seseorang semakin tua menjadi peningkat risiko timbulnya kanker prostat, terutama jika seorang pria sudah memasuki usia 50 tahun ke atas [1,2,3,5].
Berat badan berlebih atau obesitas selalu dikaitkan dengan penyakit jantung, stroke dan diabetes.
Namun sebenarnya, obesitas juga dapat memperbesar peluang seorang pria mengalami kanker prostat daripada pria-pria dengan berat badan ideal [1,2,3,5].
Ketika memiliki masalah obesitas, kanker prostat diketahui bersifat lebih agresif sehingga perkembangan dan penyebarannya sangat cepat [1,2,3,5].
Bahkan dengan sifat agresif kanker ini, kanker berpotensi kembali tumbuh meski penderita sudah menjalani pengobatan awal [5].
Para pria usia 50 tahun lebih dan merupakan keturunan Afrika-Amerika memiliki risiko lebih tinggi mengalami kanker prostat [1,2,3,5].
Meski demikian, tidak menutup kemungkinan pria dari ras lain menderita kanker prostat walau kemungkinannya lebih kecil [1,2,3,5].
Tinjauan Beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko kanker prostat adalah faktor riwayat kesehatan keluarga pengidap kanker prostat, usia, obesitas dan ras (keturunan Afrika-Amerika lebih rentan mengalaminya).
Pada tahap awal kanker prostat, biasanya penderita tidak menyadari adanya tanda-tanda pada tubuhnya.
Ketika sudah memasuki stadium lanjut di mana sel kanker sudah semakin berkembang, berikut ini adalah gejala-gejala yang perlu diwaspadai [1,3,5] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Mulai curigai ketika buang air kecil terasa tidak normal dan timbul nyeri pada tulang atau area-area tubuh yang telah disebutkan di atas.
Jika tanda-tanda fisik ini cenderung persisten, temui dokter dan tempuh proses diagnosa agar segera mengetahui penyebab pastinya.
Bila memang disebabkan oleh kanker prostat, penderita bisa segera memperoleh penanganan yang tepat secepatnya.
Seseorang dengan risiko kanker prostat terutama karena memiliki anggota keluarga dengan riwayat kanker prostat dianjurkan untuk rutin mengecek kesehatan, terutama ke dokter urologi [5,6].
Skrining atau pemeriksaan dini dapat membantu deteksi kanker prostat secara dini terutama untuk [6] :
Untuk mendeteksi kanker prostat stadium awal, beberapa bentuk pemeriksaan yang sebaiknya ditempuh antara lain [1,3,5] :
Ketika dari hasil tes tersebut ditemukan kelainan, maka dokter perlu memastikan dengan sejumlah tes penunjang berikut [1,5] :
Selanjutnya bukan hanya dokter dapat memastikan keberadaan tumor, melainkan juga mengidentifikasi tingkat keparahannya [5].
Artinya dari hasil serangkaian tes tersebut, dokter akan menentukan kondisi kanker prostat pasien sudah pada stadium berapa [1,3,5].
Kanker prostat yang terdeteksi masih awal biasanya perkembangan akan dipantau oleh dokter sebelum akhirnya dokter menentukan penanganan paling tepat.
Ketika dari pemeriksaan rutin perkembangan kanker ditemukan bahwa kanker prostat bersifat agresif dan sel-sel tumor semakin besar, berikut ini adalah pengobatan yang akan dokter berikan maupun rekomendasikan.
Prosedur bedah menjadi opsi pertama yang dokter sarankan dengan mengangkat sebagian kelenjar prostat pasien [1,3,5].
Pada beberapa kasus, kelenjar prostat harus seluruhnya diangkat ketika memang kanker sudah cukup parah [1,3,5].
Bila penyebaran kanker ditemukan luas dan sudah mencapai kandung kemih dan kelenjar getah bening, maka jaringan-jaringan tersebut harus dokter angkat [1,3,5].
Seperti pada kasus kanker secara umum, kemoterapi adalah metode perawatan yang juga diperuntukkan bagi pasien kanker prostat [1,3,5].
Pada kemoterapi, pasien akan diberi obat-obatan, dapat berupa tablet atau melalui infus yang bertujuan membasmi sel kanker yang sudah menyebar hingga organ lain [1,3,5].
Radioterapi atau terapi radiasi adalah metode yang pasien perlu jalani usai operasi [1,3,5].
Operasi biasanya tidak bisa sepenuhnya mengangkat sel kanker sehingga dibutuhkan terapi lanjutan untuk membasmi sel kanker yang tersisa [1,3,5].
Selain itu, radioterapi ini juga dapat ditempuh pasien sebagai pereda gejala maupun penghambat agar kanker tidak berkembang lebih lanjut [1,3,5].
Terapi hormon terkadang dibutuhkan oleh pasien kanker dan pasien bisa menjalaninya sebelum atau usai radioterapi [1,5].
Terapi ini dapat juga ditempuh secara tunggal tanpa dikombinasi dengan perawatan lain untuk meredakan gejala kanker atau membuat perkembangan kanker stadium lanjut lebih lambat [1,5].
Ketika dilakukan sebelum radioterapi, biasanya terapi hormon bermanfaat memperbesar peluang keberhasilan pengobatan kanker prostat [1,5].
Pada pasien yang memilih menjalani terapi hormon usai radioterapi, hal ini mampu menurunkan risiko sel kanker tumbuh lagi [1,5].
Jenis pengobatan lainnya yang bisa pasien pilih untuk tempuh adalah krioterapi, yakni prosedur pembekuan jaringan kanker [1,5].
Dokter akan memasukkan gas dingin yang berfungsi membasmi sel-sel kanker dalam tubuh pasien [1,5].
Bagaimana prognosis kanker prostat?
Baik buruknya prognosis kanker prostat tergantung tingkat keparahan dan penyebaran sel kanker [1].
Penderita kanker prostat yang terdeteksi dini dan memperoleh penanganan secepatnya memiliki peluang bertahan hidup lebih lama [1].
Namun ketika kanker sudah pada tahap bermetastasis atau menyebar luas hingga ke organ yang jauh dari prostat, peluang bertahan hidup lebih lama akan lebih kecil [1].
Tinjauan Penanganan kanker prostat pada umumnya meliputi operasi, radioterapi, kemoterapi, terapi hormon, dan krioterapi.
Kanker prostat yang tidak ditangani secara cepat saat gejala mulai timbul dapat memperbesar potensi komplikasi-komplikasi berikut ini untuk terjadi :
Metastasis adalah proses kanker yang menyebar semakin luas di dalam tubuh penderita [1,3,5].
Berawal dari bagian dalam prostat, sel kanker dapat berkembang dan menyebar semakin jauh, bahkan sampai pada organ-organ vital lain [1,3,5].
Penyebaran kanker prostat dapat terjadi pada organ terdekat, yaitu kandung kemih [1,5].
Lalu, penyebaran akan berjalan melalui aliran darah atau sistem limfatik menuju organ-organ lain yang lebih jauh, termasuk bagian tulang [1,3,5].
Ketika kanker prostat sudah mencapai tulang, maka biasanya tulang penderita lebih rentan untuk patah dan akan merasakan nyeri hebat terus-menerus [1].
Disfungsi ereksi adalah risiko komplikasi lain yang terjadi akibat kanker prostat itu sendiri atau operasi pengangkatan kanker [1,3,5].
Pengobatan kanker termasuk perawatan hormon dan terapi radiasi pun bisa berdampak pada disfungsi ereksi [1,3,5].
Namun jika hal ini terjadi, penderita dapat kembali berkonsultasi dengan dokter untuk mengatasi disfungsi ereksi sesegera mungkin.
Kanker prostat yang mendapat penanganan terlambat dapat berakibat pada inkontinensia urine, yakni kondisi ketika seseorang tak sadar buang air kecil [1,3,5].
Ketidakmampuan mengontrol dan menyadari urine keluar atau buang air kecil ini menyebabkan penderitanya cukup frustrasi ketika sedang berada di tempat umum [1,3,5].
Selain efek dari kanker prostat itu sendiri, inkontinensia urine dapat terjadi sebagai efek dari penanganan kanker prostat seperti penggunaan obat, tindakan operasi, dan pemasangan kateter [1,3,5].
Tinjauan Risiko komplikasi kanker prostat ketika tidak segera mendapat penanganan adalah inkontinensia urine, disfungsi ereksi, dan metastasis (penyebaran kanker lebih luas hingga organ-organ yang jauh dari prostat).
Meski risiko kanker prostat terkait pertambahan usia, ras dan riwayat kesehatan keluarga yang tak bisa dicegah, para pria dapat mencegahnya setidaknya dengan menerapkan pola hidup sehat.
Karena kanker prostat dapat terjadi karena obesitas, maka memiliki gaya hidup baik tentu mampu menurunkan risiko kanker ini [5,7].
Tinjauan Kanker prostat dapat dicegah setidaknya dengan penerapan hidup sehat, yakni tidak merokok, olahraga rutin, dan mengonsumsi makanan-makanan bernutrisi tinggi tanpa kandungan lemak tinggi.
1. Stephen W. Leslie; Taylor L. Soon-Sutton; Hussain Sajjad; & Larry E. Siref. Prostate Cancer. National Center for Biotechnology Information; 2021.
2. Nurain Afmifta Hilimi, Undang Komarudin, & Tomy Muhamad Seno Utomo. Prevalensi Kanker Prostat pada Penderita Penyakit Prostat di Rumah Sakit Daerah Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018. Karya Ilmiah Universitas Islam Bandung; 2019.
3. Nila Farid Moeloek. Kanker Prostat. Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2018.
4. Anonim. How does the prostate work?. National Center for Biotechnology Information; 2011.
5. Christina Chun, MPH & Tricia Kinman. Everything You Want to Know About Prostate Cancer. Healthline; 2019.
6. The American Cancer Society medical and editorial content team. American Cancer Society Recommendations for Prostate Cancer Early Detection. American Cancer Society; 2021.
7. Michael Huncharek MD, MPH, K. Sue Haddock PhD, Rodney Reid MD, & Bruce Kupelnick BA. Smoking as a Risk Factor for Prostate Cancer: A Meta-Analysis of 24 Prospective Cohort Studies. American Journal of Public Health; 2011.