Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Limfoma Burkitt adalah bagian dari limfoma non-Hodgkin dimana kanker menyerang sel imun yang disebut dengan sel B. Gejala pada limfoma Burkitt bergantung pada jenis limfoma tersebut. Ada yang dimulai
Daftar isi
Limfoma Burkitt adalah limfoma sel-B non-Hodgkin yang bersifat agresif di mana pertumbuhannya sangat cepat [1,2,3,4,5,7,13,17].
Kondisi ini diketahui memiliki hubungan erat dengan sistem imunitas (daya tahan tubuh) yang mengalami gangguan [1,8,17].
Karena pertumbuhannya yang agresif dan begitu cepat, penyebaran sel kanker dapat mencapai seluruh organ dan jaringan tubuh, tak terkecuali sumsum tulang belakang dan otak [1,2,5,6,7,17].
Tinjauan Limfoma Burkitt merupakan limfoma non-Hodgkin sel-B yang tumbuh dengan cepat dan agresif di dalam tubuh penderitanya; terutama bila penderita memiliki gangguan sistem imun.
Limfoma Burkitt terdiri dari tiga jenis kondisi berbeda, yaitu sporadic Burkitt lymphoma, endemic Burkitt lymphoma, dan immunodeficiency-related lymphoma.
Jenis limfoma Burkitt ini lebih banyak dijumpai kasusnya di luar wilayah Afrika dan berkaitan dengan infeksi EBV (Epstein-Barr virus) [1,2,3,4,5].
Saluran pencernaan bagian bawah merupakan organ tubuh yang umumnya terserang limfoma Burkitt sporadik [5].
Saluran pencernaan bagian bawah yang dimaksud adalah usus halus bagian akhir serta usus besar bagian awal [5].
Umumnya, limfoma Burkitt sporadis ditandai dengan beberapa kondisi, seperti [6,7] :
Jenis limfoma Burkitt satu ini merupakan sebuah kondisi yang lebih banyak dijumpai di Afrika dan kerap dikaitkan dengan infeksi EBV serta penyakit malaria kronis [1,2,4,5,6,7,8].
Tulang wajah dan rahang adalah yang paling terpengaruh oleh jenis limfoma Burkitt endemik ini [9].
Hanya saja pada sebagian kasus lainnya, payudara, ovarium, ginjal serta usus dapat terserang [10].
Tanda utama pada jenis limfoma Burkitt endemik adalah tumbuhnya tumor yang sangat cepat dan bahkan hanya dalam waktu 18 jam, pertumbuhan ukuran bisa dua kali lipat.
Pada jenis limfoma Burkitt satu ini, kaitannya dengan sistem imun yang melemah sangat kuat [1,7].
Penyebab kondisi ini dapat berupa kelainan bawaan atau penggunaan obat imunosupresan [7].
Tanda utama limfoma Burkitt jenis ini mirip dengan limfoma Burkitt sporadis [7].
Tinjauan Terdapat tiga jenis kondisi limfoma Burkitt, yaitu meliputi limfoma Burkitt sporadis, limfoma Burkitt endemik, dan limfoma Burkitt terkait imunodefisiensi.
Penyebab pasti limfoma Burkitt belum diketahui pasti hingga kini, namun infeksi HIV (human immunodeficiency virus) dan EBV (Epstein-Barr virus) dianggap sebagai penyebabnya [1,2,4,6,7].
Kedua infeksi virus tersebut kerap dihubungkan dengan limfoma Burkitt.
Meski demikian, beberapa faktor berikut juga kerap dianggap sebagai faktor yang mampu meningkatkan risiko limfoma Burkitt [11,12].
Limfoma Burkitt juga tidak berkaitan dengan faktor genetik ataupun herediter.
Jika seseorang mengalami penyakit ini, maka kondisi bukan sesuatu yang ia warisi dari orang tuanya.
Tinjauan Meski belum diketahui secara jelas faktor penyebab limfoma Burkitt, infeksi HIV (human immunodeficiency virus) dan EBV (Epstein-Barr virus) disebut sebagai penyebab utamanya.
Limfoma Burkitt dapat menyebabkan gejala yang berbeda-beda pada penderitanya, tergantung jenis kondisinya.
Pada kasus limfoma Burkitt sporadis dan limfoma yang berkaitan dengan defisiensi imun, biasanya hal ini ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening [13].
Pembesaran kelenjar getah bening ini berawal dari usus, lalu ke testis dan ovarium, dan meluas hingga sumsum tulang belakang, limpa dan organ hati.
Sedangkan pada kasus limfoma Burkitt endemik, kondisi ini ditandai dengan kelenjar getah bening yang juga membesar [7,8].
Benjolan akan tampak pada tulang wajah, khususnya rahang, lalu penyebaran pun terjadi sampai pada sistem saraf pusat [7,8,9,10].
Selain kondisi-kondisi gejala tersebut, terdapat sejumlah gejala lainnya yang juga berpotensi ditimbulkan oleh limfoma Burkitt, yaitu [1,14] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Jika mengalami serangkaian gejala yang telah disebutkan di atas, jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendeteksi penyebabnya.
Terutama apabila benjolan timbul di area perut, leher, rahang, atau wajah, hal ini menandakan adanya keberadaan tumor atau pembesaran kelenjar getah bening [7,8,9,10].
Untuk memastikan penyebab kondisi dan segera mendapatkan penanganan, memeriksakan diri ke dokter sedini mungkin sangat dianjurkan.
Selain itu, segera ke dokter jika merasa mempunyai kondisi yang memengaruhi sistem kekebalan tubuuh karena mengidap infeksi virus tertentu (HIV/AIDS) serta penyakit autoimun [1,2,4,6,7].
Alangkah baiknya jika pengecekan kesehatan dilakukan rutin agar kondisi tubuh dapat terpantau oleh tenaga medis.
Bila penderita gejala telah positif terdiagnosa limfoma Burkitt, jalani pemeriksaan sesuai yang telah dijadwalkan oleh dokter.
Pengobatan pun perlu ditempuh pasien hingga dokter benar-benar menyatakan selesai dan pasien sudah pulih benar.
Tinjauan Pembengkakan kelenjar getah bening menjadi tanda utama limfoma Burkitt dengan lokasi pembengkakan sesuai dengan area tubuh yang terpengaruh. Namun, gejala-gejala lain seperti demam, cepat lelah, keringat berlebih di malam hari, nafsu makan turun, dan penurunan berat badan dapat turut menyertai.
Ketika memeriksakan diri ke dokter, beberapa metode diagnosa yang dokter biasanya terapkan antara lain adalah :
Dokter mengawali pemeriksaan dengan mengecek kondisi fisik pasien lebih dulu.
Dokter akan mencari tahu kondisi area leher, kepala, hingga perut pasien, terutama apakah ada pembengkakan kelenjar getah bening [1,6].
Pembengkakan akan ditandai dengan adanya benjolan di area-area tubuh tersebut.
Dokter perlu juga mengetahui riwayat gejala pasien, yaitu dengan bertanya sejak kapan gejala dirasakan dan apa saja gejala yang selama ini cukup mengganggu [1,6].
Dokter akan menanyakan riwayat medis dan riwayat pengobatan yang pernah atau sedang dijalani oleh pasien.
Jika diperlukan, informasi riwayat kesehatan keluarga pasien kemungkinan juga akan dokter kumpulkan.
Selain pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan pasien, dokter akan meminta pasien untuk menempuh tes darah [1,2,6,7].
Tes darah di sini merupakan metode tes penunjang yang akan membantu dokter dalam mengetahui jumlah sel-sel darah dalam tubuh pasien.
Tak hanya itu, pemeriksaan darah juga dapat menunjukkan seberapa baik dan normal fungsi organ hati pasien.
Untuk mengetahui apakah pasien mengalami kondisi infeksi HIV, biasanya dokter akan merekomendasikan tes HIV [1].
Tes HIV biasanya meliputi tes kombinasi antibodi-antigen, tes PCR, dan tes antibodi.
Tes penunjang lainnya yang akan membantu dokter dalam menegakkan diagnosa limfoma Burkitt adalah tes pemindaian.
Rangkaian tes pemindaian yang perlu pasien tempuh antara lain USG, MRI scan, rontgen, PET scan, dan CT scan [1,2,6,7].
Tujuan dari tes pemindaian utamanya untuk mendeteksi ukuran limfoma, letak pasti limfoma di dalam tubuh pasien, serta sudah sejauh mana penyebarannya.
Tes pengambilan sampel jaringan ini dilakukan oleh dengan dengan mengambil sampel jaringan kelenjar getah bening pasien [1,2,4,6,7].
Sampel kemudian dokter analisa di laboratorium untuk mendeteksi jenis sel yang pertumbuhannya terjadi di kelenjar getah bening tersebut.
Metode lainnya yang kemungkinan dokter rekomendasikan adalah aspirasi sumsum tulang [1,6].
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk dokter dapat melihat penyebaran sel kanker di sumsum tulang pasien.
Tinjauan Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes darah, tes HIV, tes pemindaian, biopsi, dan aspirasi sumsum tulang belakang merupakan metode-metode diagnosa yang diterapkan dokter untuk pasien dengan gejala limfoma Burkitt.
Ketika dokter telah dapat memastikan bahwa gejala yang pasien alami adalah limfoma Burkitt, berikut ini adalah beberapa jenis pengobatan yang umumnya perlu pasien tempuh.
Dokter dalam mengatasi kondisi gejala limfoma Burkitt biasanya meresepkan obat golongan antibodi monoklonal.
Rituximab adalah salah satu obat yang dimaksud yang kegunaannya adalah sebagai pendorong sistem daya tahan tubuh agar bekerja dengan maksimal [1,2,3,7].
Ketika sistem imun berfungsi lebih baik, sel-sel kanker di dalam tubuh pasien akan dihancurkan dengan lebih efektif.
Terapi radiasi atau radioterapi merupakan bentuk penanganan umum untuk kasus kanker [1,2,6,7].
Metode ini pun dapat digunakan untuk mengatasi limfoma Burkitt.
Pada prosedur ini, dokter memanfaatkan sinar-X untuk melawan dan membunuh sel-sel kanker di dalam tubuh pasien.
Kemoterapi merupakan terapi obat antikanker yang diberikan secara oral maupun injeksi/suntikan.
Tujuan penempuhan kemoterapi adalah untuk membasmi sel-sel kanker melalui obat-obatan yang diberikan [1,2,3,4,5,6,7].
Beberapa obat yang umumnya diresepkan pada prosedur kemoterapi ini adalah vincristine, metrotrexate, doxorubicin, dan cyclophosphamide [15].
Kemoterapi dapat berjalan sendiri maupun dikombinasikan bersama dengan radioterapi untuk tingkat efektivitas lebih tinggi.
Jika tingkat keganasan dan penyebaran limfoma Burkitt tergolong sangat serius, maka biasanya dokter akan merekomendasikan prosedur bedah [1,2,4,7].
Biasanya, operasi dilakukan untuk mengangkat tumor yang pecah atau mengangkat organ yang terpengaruh dan sudah tak dapat diselamatkan dengan pemberian obat.
Seperti misalnya pengangkatan bagian usus yang mengalami sumbatan karena limfoma Burkitt.
Prosedur transplantasi sumsum tulang (sel punca) kemungkinan direkomendasikan oleh dokter apabila kerusakan jaringan sumsum tulang terjadi pada pasien [1,2,4,5].
Jaringan yang rusak tersebut perlu segera diganti dengan jaringan sehat dari pendonor agar pasien bisa segera pulih.
Prognosis limfoma Burkitt tergantung dari tingkat keparahan kondisi yang dialami penderita.
Selain itu, usia juga turut menentukan seberapa besar peluang pasien untuk sembuh dan pulih dengan baik.
Umumnya, pasien usia muda memiliki prognosis yang lebih baik, seperti pasien anak-anak karena tingkat kemampuan tubuh dalam menoleransi kemoterapi secara intens jauh lebih tinggi [1].
Tinjauan Metode pengobatan untuk kasus limfoma Burkitt umumnya meliputi terapi obat, radioterapi, kemoterapi, operasi pengangkatan tumor/organ tertentu yang sudah parah, serta operasi transplantasi sumsum tulang.
Limfoma Burkitt yang tidak segera mendapatkan penanganan dapat meningkatkan risiko-risiko komplikasi berikut pada penderitanya [1,16] :
Tidak terdapat cara untuk mencegah limfoma Burkitt, hanya saja beberapa upaya berikut bisa dilakukan sebagai cara meminimalisir risikonya [17] :
Tinjauan Limfoma Burkitt tak dapat dicegah, namun sebagai upaya meminimalisir penyakit ini, rutin memeriksakan diri ke dokter, menerapkan hubungan seksual yang aman, serta menghindari NAPZA dapat dilakukan.
1. Brittney S. Graham & David T. Lynch. Burkitt Lymphoma. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Kevin Kalisz, Francesco Alessandrino, Rose Beck, Daniel Smith, Elias Kikano, Nikhil H. Ramaiya, & Sree Harsha Tirumani. An update on Burkitt lymphoma: a review of pathogenesis and multimodality imaging assessment of disease presentation, treatment response, and recurrence. Insights into Imaging; 2019.
3. Claudete Esteves Klumb. A step towards the cure of Burkitt's lymphoma in developing countries. Elsevier; 2012.
4. Daniela C Stefan & Rabeen Lutchman. Burkitt lymphoma: epidemiological features and survival in a South African centre. Infectious Agents and Cancer; 2014.
5. Livio Pagano, Morena Caira, Caterina Giovanna Valentini, & Luana Fianchi. Clinical Aspects and Therapy of Sporadic Burkitt Lymphoma. Mediterraniean Journal of Hematology and Infectious Diseases; 2009.
6. Rakesh Kumar Manne, Chandra Sekhar Madu,1 and Harsh Vardhan Talla. Maxillary sporadic Burkitt's lymphoma associated with neuro-orbital involvement in an Indian male. Contemporary Clinical Dentistry; 2014.
7. Toshitetsu Hayashi, Mitsuyoshi Hirokawa, Seiji Kuma, Miyoko Higuchi, Ayana Suzuki, Risa Kanematsu, Takumi Kudo, & Naomi Katsuki, Reiji Haba, & Akira Miyauchi. Clinicopathological features of primary thyroid Burkitt’s lymphoma: a systematic review and meta-analysis. Diagnostic Pathology; 2020.
8. Jackson Orem, Edward Katongole Mbidde, Bo Lambert, Silvia de Sanjose, & Elisabete Weiderpass. Burkitt's lymphoma in Africa, a review of the epidemiology and etiology. African Health Sciences; 2007.
9. Hélder A. Rebelo-Pontes, Michelle C. de Abreu, Douglas M. Guimarães, Felipe P. Fonseca, Bruno AB. de Andrade, Oslei P. de Almeida,2 Décio S P. Júnior, & Flávia S. Corrêa-Pontes. Burkitt’s lymphoma of the jaws in the Amazon region of Brazil. Medicina Oral Patologia Oral y Cirugia Bucal; 2014.
10. A. C. Etonyeaku, O. O. Akinsanya, O. Ariyibi, & A. J. Aiyeyemi. Chylothorax from Bilateral Primary Burkitt's Lymphoma of the Ovaries: A Case Report. Case Reports in Obstetrics and Gynecology; 2012.
11. Karin Ekström Smedby, Claire M. Vajdic, Michael Falster, Eric A. Engels, Otoniel Martínez-Maza, Jennifer Turner, Henrik Hjalgrim, Paolo Vineis, Adele Seniori Costantini, Paige M. Bracci, Elizabeth A. Holly, Eleanor Willett, John J. Spinelli, Carlo La Vecchia, Tongzhang Zheng, Nikolaus Becker, Silvia De Sanjosé, Brian C.-H. Chiu, Luigino Dal Maso, Pierluigi Cocco, Marc Maynadié, Lenka Foretova, Anthony Staines, Paul Brennan, Scott Davis, Richard Severson, James R. Cerhan, Elizabeth C. Breen, Brenda Birmann, Andrew E. Grulich, & Wendy Cozen. Autoimmune disorders and risk of non-Hodgkin lymphoma subtypes: a pooled analysis within the InterLymph Consortium. Blood; 2008.
12. C Shannon, C Vickers, A Field, & R Ward. Burkitt's lymphoma associated with Helicobacter pylori. Journal of Gastroenterology and Hepatology; 2000.
13. Aleksandar Čubranić, Marin Golčić,2 Dora Fučkar-Čupić, Boris Brozović, Domagoj Gajski, & Ivan Brumini. Burkitt Lymphoma in Gastrointestinal Tract : A Report of Two Cases. Acta Clinica Croatica; 2019.
14. Kathleen H Seneca, Ronald G Nahass & Rachel H Adler. Burkitt lymphoma presenting with fever of unknown origin and isolated hypoglossal nerve palsy. Journal of the American Association of Nurse Practitioners; 2020.
15. Dai Maruyama, Takashi Watanabe, Akiko Miyagi Maeshima, Junko Nomoto, Hirokazu Taniguchi, Teruhisa Azuma, Masakazu Mori, Wataru Munakata, Sung-Won Kim, Yukio Kobayashi, Yoshihiro Matsuno, & Kensei Tobinai. Modified cyclophosphamide, vincristine, doxorubicin, and methotrexate (CODOX-M)/ifosfamide, etoposide, and cytarabine (IVAC) therapy with or without rituximab in Japanese adult patients with Burkitt lymphoma (BL) and B cell lymphoma, unclassifiable, with features intermediate between diffuse large B cell lymphoma and BL. International Journal of Hematology; 2010.
16. Ali H Kanbar, MD, Ronald A Sacher, MBBCh, FRCPC, DTM&H, Emmanuel C Besa, MD, Patturajah Anbumani, MD, MBBS, MS, MCh, Samer A Bleibel, MD, Asher A Chanan-Khan, MD, Hanxian Huang, MD, PhD, Anand B Karnad, MBBS, Olga Kozyreva, MD, Sarah K May, MD, from Memorial Sloan-Kettering - Philip Schulman, MD, Karen Seiter, MD, Francisco Talavera, PharmD, PhD, & Yubao Wang, MD, PhD. What are the possible complications of Burkitt lymphoma/Burkitt-like lymphoma (BL/BLL)?. Medscape; 2019.
17. Anonim. What is Burkitt's Lymphoma?. Baptist Health; 2021.