Lupus eritematosus sistemik (LES) tergolong ke dalam penyakit kronis yang mengganggu kekuatan dan fleksibilitas tubuh. Penyakit ini dapat menyerang individu dari berbagai usia dan kalangan. Penyakit LES diketahui terjadi pada 322,000 orang dari 1.5 juta penghuni di Amerika. [1]
Daftar isi
Penyakit LES merupakan penyakit autoimun, di mana sistem imun tubuh pasien terstimulasi untuk mentargetkan jaringan/organ sendiri sebagai benda asing. Hal tersebut menyebabkan radang pada jaringan konektif seperti pada tulang rawan dan pembuluh darah. [1]
Berikut ini ialah fakta-fakta mengenai LES: [1] [2] [3]
Sebagai penyakit autoimun, penyakit LES dapat diturunkan kepada generasi berikutnya. Namun, mekanisme penurunan materi genetik belum diketahui secara pasti.
Hal ini dikarenakan penyakit LES diturunkan ke generasi berikutnya memiliki mutasi genetik yang berbeda dengan orang tuanya.
Diketahui bahwa wanita memiliki potensi 9x lebih besar untuk mengalami LES dibandingkan pria. Hormon estrogen dan prolaktin pada wanita diketahui dapat meningkatkan sel limfosit B berlebih, kemudian menstimulasi penyakit autoimun. [1] [2]
Pasien LES diketahui juga memiliki kadar estrogen dan prolaktin yang tinggi. Sebaliknya, hormon androgen diketahui sebagai agen proteksi terhadap penyakit LES. [3]
Penyakit LES dapat berasal dari gabungan genetik dan faktor lingkungan yang kompleks. Hingga saat ini, mekanisme LES secara jelas belum diketahui [4]. Namun, pada dasarnya penyakit LES muncul akibat gangguan sistem imun, yang dirangkum sebagai berikut: [4]
Berikut di bawah ini ialah penyebab dari LES: [1] [2] [4]
Pengidap LES memiliki gejala klinis yang berbeda namun, gejala klinis secara umum pasien LES adalah sebagai berikut: [2] [5]
Frekuensi kemunculan gejala berbeda pada setiap orang. Pada beberapa kasus, gejala penyakit LES juga disertai oleh lesi pada rongga mulut, peningkatan sensitivitas terhadap paparan matahari, gangguan ginjal dan hati. [5]
Penyakit LES dapat berdampak dalam jangka besar pada kehidupan seseorang. Penyakit ini dapat menyerang organ-organ penting seperti ginjal, hati, paru-paru, dan jantung.
Komplikasi penyakit yang disebabkan LES sangat berisiko terhadap kematian. Sebanyak 1,176 kasus kematian disebabkan LES tercatat di Amerika dari tahun 2010-2016 [5]. Komplikasi dan risiko yang muncul akibat LES antara lain: [2] [4] [5]
Penyakit LES dapat menyerang sel pembuluh darah pada berbagai area seperti pericardium, miokardium, endocardium, dan arteri jantung.
Pada kondisi ini, pasien LES sangat berisiko terhadap beberapa penyakit jantung seperti hipertensi, aterosklerosis dan jantung koroner.
Pasien LES memiliki risiko yang sangat tinggi untuk mengalami arthritis pada area tangan, sendi kaki, dan daerah pergelangan. Diketahui 80-90% pasien LES juga menderita gangguan sendi.
Pada kondisi tertentu, penderita LES harus mengkonsumsi obat penekan sistem imun untuk mengkontrol aktivitas LES. Namun, pengobatan ini tidak disarankan pada ibu hamil.
Jika LES pada kondisi hamil semakin memburuk, penyakit ini dapat berdampak pada gangguan jantung dan meningkatkan hipertensi. Pada kondisi tersebut, ibu dan bayi memiliki risiko kematian yang sangat tinggi.
Diagnosis penyakit LES tergolong rumit dan diperoleh dari berbagai observasi dan deteksi laboratorium sebagai data pendukung. Beberapa deteksi yang dilakukan antara lain: [2] [4]
Visualisasi bio-imaging diperlukan untuk mengobservasi organ tubuh pada pasien. Hal ini diperlukan untuk mencari kemungkinan organ yang terdampak penyakit LES. Visualisasi dapat dilakukan dengan MRI.
Molekul C-reactive protein (CRP) diketahui berhuhubungan dengan risiko penyakit LES.
Deteksi antibodi antinukleus diketahui sebagai pertanda utama dari penyakit LES. Pasien yang memiliki hasil antibody antinukleus positif, tidak selalu berarti menderita LES, hasil ini hanya memperkuat diagnosis dokter terhadap penyakit LES.
Deteksi keberadaan antibodi ds-DNA dilakukan sebagai salah satu penanda penyakit LES. Tercatat, 60-70% pasien LES memiliki kadar antibody ds-DNA yang tinggi.
Deteksi keberadaan antibodi terhadap anti-Ro dan anti-La juga dilakukan untuk memastikan potensi penyakit LES pada pasien.
Belum ada obat yang secara spesifik dapat menyembuhkan penyakit lupus. Pengobatan hanya dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah kambuhnya penyakit.
Jenis obat yang digunakan harus disesuaikan oleh gejala yang dimunculkan pasien dan area organ yang terdampak penyakit LES. [5]
Namun, obat-obatan yang paling umum digunakan adalah sebagai berikut: [3] [4] [6]
Obat ini diketahui dapat menghambat respon dari protein TLR sehingga memperlambat stimulasi radang dan produksi sistem imun berlebih. Penggunaan hydroxychloroquine memiliki kemampuan yang baik dalam mengontrol penyakit LES.
Dosis yang umum digunakan dalam pengobatan LES adalah 200mg, namun dosis tetap harus disesuaikan berat badan pasien (6.5mg/kg berat badan pasien).
Kortikosteroid umum dijadikan sebagai pengobatan tahap awal terhadap penyakit LES. Kortikosteroid berfungsi sebagai agen anti-inflamasi dan mampu menekan produksi limfosit T dan B yang berdampak pada penurunan sistem imunitas pasien LES. Dosis yang umum digunakan adalah 0.5-1mg/kg berat badan pasien.
Methotrexate juga berfungsi untuk mengurangi aktivasi sel limfosit T dan B, serta memicu apoptosis pada sel limfosit T. Obat ini umum digunakan pada pasien LES dengan gangguan sendi. Dosis yang umum digunakan adalah 15-25mg/minggu. Konsumsi obat ini dapat memberikan efek samping seperti, fibrosis pulmoner dan keracunan hati.
Belimubab merupakan antibody monoclonal manusia yang dapat menurunkan aktivitas sel limfosit dan produksi auto-antibodi.
Belimubab memiliki efikasi yang baik terhadap pengobatan LES dan aman dikonsumsi. Dosis yang direkomendasikan adalah 10mg/kg berat badan per bulan. Obat ini juga sudah disahkan oleh lembaga food and drug administration (FDA) dalam pengobatan penyakit LES.
Pasien LES disarankan untuk menjaga kebersihan, menghindari stress, mengatur emosi psikologis, menghindari paparan sinar UV berlebih dan menghindari kebiasaan merokok.
Pengidap LES juga memiliki rekomendasi makanan seperti kecambah alfalfa, ekstrak tanaman Echinacea, dan makanan yang kaya akan vitamin D. [2] [3]
Berikut ini beberapa cara mencehah lupus eritematosus sistemik:
1. Anonim. 2020. Genetic Home Reference. Systemic Lupus Erythematosus.
2. Angel A Justiz Vaillant, Amandeep Goyal, Pankaj Bansal, Matthew Varacallo. 2020. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Systemic Lupus Erythematosus.
3. K Tselios, M B Urowitz. 2017. Science Direct. Systemic Lupus Erythematosus.
4. Yun Deng, Bevra H Hahn, Betty P Tsao. 2013. Science Direct. Systemic Lupus Erythematosus.
5. Anonim. 2018. Centers for Disease Control and Prevention. Systemic Lupus Erythematosus (SLE).
6. Ziv Paz. 2016. Science Direct. Value of Antimalarial Drugs in The Treatment of Lupus.