Daftar isi
Mastitis merupakan kondisi inflamasi pada payudara, yang mana dapat disertai atau tanpa infeksi. Kondisi ini biasanya berhubungan dengan laktasi (aktivitas menyusui), sehingga disebut juga sebagai mastitis laktasi atau mastitis puerperal[1, 2].
Mastitis menimbulkan masalah tersendiri karena dapat mengarah pada berhentinya kegiatan menyusui, yang mana menyediakan nutrisi optimal bagi bayi. Kondisi ini umum terjadi baik pada payudara kanan maupun kiri. Namun jarang terjadi pada dua payudara sekaligus[1, 3].
Mastitis dapat terjadi pada wanita yang sedang menyusui ataupun yang tidak sedang menyusui. Kondisi ini mempengaruhi satu dari 10 wanita yang menyusui bayi[4].
Mastitis tidak umum terjadi pada wanita yang tidak menyusui. Namun, pada kasus yang sangat langka, mastitis dapat mempengaruhi wanita yang tidak sedang menyusui. Kondisi ini disebut sebagai mastitis periductal[3, 4].
Mastitis periductal yang tidak disertai infeksi cenderung memiliki kebiasaan merokok dan berusia akhir 20an tahun hingga awal 30an[3].
Mastitis dapat menimbulkan sensasi seperti sedang terkena flu. Pasien dapat merasa panas dan tubuhnya terasa pegal dan sakit[5].
Pada kasus langka, mastitis dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan baik. Abses payudara, kumpulan nanah terlokalisasi di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis[2].
Mastitis dan abses payudara dapat terjadi pada semua populasi, baik wanita yang tengah menyusui atau tidak. Insidensi yang dilaporkan bervariasi mulai dari sejumlah kecil hingga 33% dari wanita menyusui, tapi biasanya di bawah 10%[2, 3].
Mastitis paling umum terjadi pada minggu kedua dan ketiga paska melahirkan, dengan sebagian besar laporan mengindikasikan bahwa 74% hingga 95% dari kasus terjadi dalam 12 minggu pertama[1, 2].
Meski demikian, mastitis dapat terjadi pada semua tahap laktasi (menyusui), termasuk dalam tahun kedua[2].
Abses payudara paling umum terjadi pada 6 minggu pertama paska melahirkan, tapi dapat terjadi di kemudian hari[2].
Terdapat dua penyebab utama mastitis yaitu milk statis (penumpukan ASI) dan infeksi[2, 4, 6]:
Penumpukan ASI (milk statis) biasanya merupakan penyebab utama mastitis. Penumpukan ASI terjadi ketika ASI tidak dikeluarkan dari payudara secara efisien.
Penyebabnya meliputi cara penempelan bayi pada payudara yang buruk, cara menyusu yang tidak efektif, pembatasan frekuensi atau durasi menyusui, penyumbatan saluran susu.
Bakteri dari permukaan kulit atau mulut bayi dapat masuk ke dalam saluran susu melalui retakan atau perlukaan pada puting.
Adanya air susu yang menetap pada saluran susu dapat menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Infeksi sejenis ini biasanya terjadi pada wanita dalam usia 20an akhir atau awal 30an tahun.
Faktor risiko mastitis antara lain[1, 6, 7]:
Gejala mastitis dapat muncul dengan cepat, meliputi[3, 6]:
Salah satu komplikasi paling umum dari mastitis ialah penghentian pemberian ASI kepada bayi[1].
Beberapa komplikasi lain mastitis[3, 6]:
Pasien yang pernah mengalami mastitis berisiko mengalami kambuh di kemudian hari. Kambuh sering kali disebabkan oleh penanganan yang terlambat atau tidak memadai.
Mastitis yang tidak ditangani dengan baik atau yang terjadi akibat penyumbatan saluran susu dapat menyebabkan kumpulan nanah (abses) berkembang di dalam payudara. Abses biasanya memerlukan drainage secara bedah.
Kondisi ini dapat mengancam nyawa, disebabkan oleh infeksi yang tidak diatasi dengan baik.
Berikut beberapa indikasi telah terjadi infeksi yang lebih serius pada pasien mastitis meliputi[8]:
Untuk mendiagnosis mastitis dokter perlu melakukan pemeriksaan fisik dan mengajukan pertanyaan mengenai gejala yang dialami[3, 7].
Untuk memastikan kondisi atau mengkonfirmasi penyebab massa dalam payudara, tes seperti ultrasound dapat dilakukan. Tes ini dapat membantu membedakan antara mastitis ringan dan abses, atau untuk mendiagnosis abses dalam pada payudara[8].
Jika gejala berat, atau jika pasien tidak merespon terhadap penanganan yang dilakukan, dokter dapat mengambil sampel dari ASI atau sampel abses untuk dites.
Tes ini dilakukan untuk mengetahui jenis organisme penyebab infeksi dan membantu dokter memutuskan jenis obat untuk diresepkan pada pasien[3, 8].
Pasien mastitis yang tidak sedang menyusui, atau yang tidak merespon terhadap penanganan, dapat diminta melakukan tes mammogram atau biopsi payudara. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya jenis kanker langka yang menimbulkan gejala seperti mastitis[3, 8].
Pengobatan untuk mastitis disesuaikan dengan seberapa berat kondisi atau gejala yang dialami pasien[7].
Beberapa obat yang umum diresepkan untuk mastitis meliputi[7, 8]:
Antibiotik biasanya diresepkan untuk mengangani mastitis ringan tanpa abses. Antibiotik biasanya dapat mengatasi infeksi bakteri dengan efektif.
Pasien masih dapat menyusui bayi karena infeksi terjadi pada jaringan payudara dan bukan pada ASI. Antibiotik yang umum dipilih ialah cephalexin dan dicloxacillin.
Ibuprofen merupakan obat non resep yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, demam, dan pembengkakan yang berhubungan dengan mastitis.
Paracetamol juga merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan demam.
Jika pasien mengalami abses, cairan abses maka perlu dikeringkan atau dihilangkan melalui prosedur bedah. Setelah injeksi anestesi lokal, dokter dapat mengeringkan abses dekat permukaan kulit menggunakan aspirasi dengan jarum dan alat suntik atau dengan menggunakan insisi kecil[8].
Jika abses terletak di bagian dalam payudara, pengeringan perlu dilakukan di dalam ruang operasi. Prosedur ini biasanya dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum untuk meminimalkan rasa sakit dan mengeringkan abses dengan benar-benar bersih[8].
Berikut beberapa langkah yang sebaiknya dilakukan pasien selama dan pasca penanganan mastitis[8]:
Mastitis dan abses payudara dapat dicegah jika kegiatan menyusui dilakukan dengan tepat sejak awal untuk mencegah situasi yang mana menimbulkan penumpukan ASI. [8]
Selain itu kondisi mastitis juga dapat dicegah jika tanda wala seperti engorgement, saluran yang tersumbat, dan perlukaan payudara ditangani dengan tepat[8].
Beberapa wanita lebih rentan mengalami mastitis, terutama mereka yang menyusui untuk pertama kali. Untuk menghindari timbulnya mastitis, ibu dapat berkonsultasi dengan dokter atau konsultan laktasi yang dapat memberitahukan teknik yang tepat untuk menyusui bayi[5, 6].
Untuk meminimalkan risiko terkena mastitis, berikut beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan[6, 8]:
1. Jeanne P. Spencer, MD. Management of Mastitis in Breastfeeding Women. American Family Physician; 2008.
2. Anonim. Mastitis Causes and Management. Department of Child and Adolescent Health and Development, World Health Organization; 2000.
3. Yvette Brazier, reviewed by Debra Rose Wilson, Ph.D, MSN, RN, IBCLC, AHN-BC, CHT. Mastitis and What to Do about It. Medical News Today; 2017.
4. Anonim. Mastitis. Cleveland Clinic; 2020.
5. Anonim. Mastitis. The Women’s, the Royal Women’s Hospital, Victoria Australia; 2020.
6. Anonim. Mastitis. Mayo Clinic; 2020.
7. Joseph Pritchard, reviewed by Devan McGuinness. Mastitis. Healthline; 2016.
8. Anonim. Breast Infection. WebMD; 2020.