Tinjauan Medis : dr. Vina Yolanda Ikhwin Putri, MD
Abses payudara adalah akumulasi pus/nanah dalam payudara, yang dapat terjadi karena mastitis. Mastitis adalah peradangan jaringan payudara yang dapat melibatkan infeksi bakteri atau tidak. Abses payudara... dapat dikelompokkan ke dalam kelompok laktasi (menyusui) dan non laktasi (tidak menyusui). Abses payudara yang berkaitan dengan laktasi (menyusui) biasanya terjadi dalam 6 minggu pertama setelah melahirkan. Jarangnya frekuensi menyusui, lamanya interval menyusui, kurangnya higienitas, hingga faktor stress dapat menjadi penyebab terjadinya mastitis, yang jika tidak ditangani dengan baik akan berkembang menjadi abses payudara. Sementara abses payudara yang tidak berkaitan dengan laktasi berkaitan dengan riwayat penyakit diabetes dan merokok. Apabila menemukan tanda dan gejala mastitis/abses payudara, segera periksakan diri ke dokter untuk segera mendapatkan tatalaksana tepat. Read more
Daftar isi
Apa Itu Abses Payudara?
Abses payudara merupakan kondisi radang pada payudara yang ditandai dengan timbulnya nanah di jaringan payudara selain gejala kemerahan dan pembengkakan [1,2,3].
Infeksi bakteri adalah penyebab utama dari abses payudara di mana kondisi ini jauh lebih berisiko menyerang para wanita yang sedang menyusui.
Tinjauan Abses payudara adalah timbulnya nanah pada jaringan payudara karena radang atau infeksi di mana hal ini ditandai dengan bengkak dan kemerahan pada area yang terpengaruh.
Fakta Tentang Abses Payudara
- Laktasi atau proses menyusui berkaitan erat dengan kondisi timbulnya infeksi payudara dan hal ini terjadi pada sekitar 10-33% wanita menyusui [1].
- Pada 2-3% wanita menyusui, mastitis dapat terjadi dan 5-11% dari pasien mastitis ini dapat menderita abses pada payudara [1].
- Wanita usia 15-45 tahun adalah yang paling rentan mengalami infeksi payudara, termasuk juga abses payudara dan mastitis.
- Walau infeksi bakteri yang menyebabkan abses payudara umumnya terjadi pada wanita, kondisi ini dapat pula menyerang pria.
- Orang keturunan Afrika-Amerika dan yang mengalami obesitas memiliki risiko tinggi dalam mengalami abses payudara [1].
Penyebab Abses Payudara
Bakteri spesies Streptococcal dan Staphylococcus aureus adalah yang paling sering menjadi penyebab abses payudara khususnya pada payudara wanita yang sedang menyusui.
Bakteri tersebut dapat berasal dari mulut bayi yang menyusu; jika terdapat retakan pada puting, bakteri akan masuk melalui celah tersebut.
Selain itu, abses (nanah/pus) di payudara juga dapat terakumulasi karena sumbatan pada kelenjar payudara menyebabkan jaringan payudara mengalami radang.
Kondisi radang pada jaringan payudara ini disebut juga dengan istilah mastitis yang bila tak ditangani secepatnya membuat abses terbentuk lebih mudah.
Beberapa faktor lain yang mampu meningkatkan risiko abses payudara antara lain adalah [1,2,3,6] :
- Faktor usia; lansia pun berpotensi besar mengalami abses payudara.
- Memiliki riwayat infeksi payudara.
- Merupakan perokok aktif.
- Menindik bagian puting payudara.
- Penderita HIV AIDS dan/atau diabetes.
- Memiliki riwayat operasi payudara setidaknya dalam waktu 2 bulan terakhir.
- Pernah mengalami abses payudara.
- Obesitas atau berat badan berlebih.
- Jadwal menyusui yang tidak konsisten.
- Cukup sering melewatkan waktu menyusui.
- Ibu menyusui yang mengalami kelelahan dan stres.
- Mengenakan bra yang terlalu ketat sehingga menekan saluran payudara.
- Menyapih bayi terlalu cepat dari proses menyusui.
Namun, perlu diketahui bahwa abses payudara tak hanya dapat dialami oleh wanita, sebab pria pun berpotensi menderita penyakit ini.
Hanya saja, dibandingkan dengan jumlah penderita wanita, laki-laki penderita abses payudara dijumpai sebagian kecil saja.
Tinjauan - Penyebab abses payudara seringkali adalah infeksi bakteri spesies Streptococcal dan Staphylococcus aureus di mana payudara wanita yang sedang menyusui adalah yang paling rentan mengalaminya. - Namun beberapa faktor lain dapat menjadi peningkat risiko seseorang (baik wanita maupun pria) mengalami abses payudara, seperti jeda lama dalam menyusui, obesitas, riwayat abses atau kanker payudara, hingga para penderita diabetes dan/atau HIV AIDS (orang-orang dengan daya tahan tubuh lemah).
Gejala Abses Payudara
Abses payudara dapat menimbulkan sejumlah gejala pada penderitanya, beberapa gejala yang umum terjadi antara lain adalah [1,2,3,6,7] :
- Nyeri pada area payudara
- Gatal pada area payudara.
- Pembengkakan pada payudara.
- Payudara tampak memerah.
- Jaringan payudara terasa hangat
- Pembengkakan kelenjar getah bening pada area ketiak di sisi payudara yang mengalami abses.
- Dari puting payudara keluar nanah.
- Demam yang dapat dialami penderita 3 hari lebih, biasanya walau sudah diobati tetap tidak turun juga.
- Rasa sakit di payudara tidak kunjung sembuh dan mengganggu proses menyusui serta saat harus melakukan kegiatan sehari-hari.
- Saat disentuh, terasa adanya gumpalan pada payudara yang bahkan tidak hilang usai menyusui.
Kapan sebaiknya memeiksakan diri ke dokter?
Siapapun, baik wanita maupun pria, wanita menyusui ataupun tidak, segera ke dokter dan periksakan diri ketika terdapat gejala tak wajar yang berasal dari payudara.
Bila payudara membengkak, terdapat kemerahan di sana, terasa nyeri, dan bahkan terdapat benjolan, secepatnya konsultasikan dengan dokter.
Para wanita pun sebenarnya sangat dianjurkan untuk memeriksa kondisi payudara seminggu setidaknya usai menstruasi.
Pemeriksaan payudara secara mandiri adalah cara paling baik untuk menyadari sedari dini adanya ketidaknormalan pada payudara.
Bila beberapa gejala yang lebih serius seperti berikut ini terjadi, maka sudah seharusnya tidak menunggu lebih lama untuk ke dokter.
- Kesulitan bernafas
- Nafas menjadi lebih cepat
- Mengalami kebingungan/kelinglungan
- Demam tinggi tak kunjung reda
- Mengalami kelelahan tanpa sebab dan dapat kehilangan kesadaran/pingsan
Selain itu, penting untuk memeriksakan kondisi payudara secara rutin apabila mengetahui bahwa ada anggota keluarga yang memiliki riwayat kanker payudara.
Tinjauan Gejala utama yang ditimbulkan oleh abses payudara antara lain adalah nyeri, bengkak dan kemerahan pada payudara yang mengalami abses, demam tinggi, hingga keluarnya nanah dari puting.
Pemeriksaan Abses Payudara
Dalam mendeteksi abses payudara, beberapa metode pemeriksaan berikut ini adalah yang paling umum dilakukan oleh dokter.
- Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan
Dokter lebih dulu akan memeriksa fisik pasien, begitu juga mengajukan beberapa pertanyaan terkait gejala yang dialami.
Apa saja yang dirasakan, sudah berapa lama gejala terjadi, dan beberapa pertanyaan lain kemungkinan besar diajukan oleh dokter.
Dokter juga biasanya menanyakan riwayat medis pasien serta keluarga pasien, seperti adakah riwayat kanker payudara atau pernah tidaknya pasien mengalami abses payudara.
- USG Payudara
Selain pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan, dokter biasanya meminta pasien untuk menempuh pemeriksaan lanjutan untuk mengonfirmasi kondisi yang dialami.
USG payudara adalah metode pemeriksaan yang perlu dilakukan supaya lokasi infeksi dan kedalamannya pada payudara pasien bisa dideteksi.
Melalui USG payudara jugalah, dokter dapat memastikan apakah benjolan pada payudara memiliki kaitan erat dengan tumor, mastitis, atau benar-benar mengarah pada abses payudara.
Tes pemindaian selain USG yang pasien perlu tempuh adalah mammogram dan biopsi payudara, khususnya bila pasien adalah penderita mastitis dan tidak sedang menyusui.
Tujuan tes ini biasanya adalah sebagai cara mengeliminasi adanya kemungkinan kanker sebagai penyebab gejala-gejala yang dialami pasien.
- Tes Sel Darah Putih (WBC/White Blood Cell Count)
Pemeriksaan berupa tes sel darah putih ada kalanya direkomendasikan oleh dokter.
Tujuan metode pemeriksaan ini supaya dokter dapat mengukur tingkat reaksi imun tubuh pasien.
- Pengambilan Sampel ASI atau Nanah
Dokter kemungkinan besar mengambil sampel ASI untuk menganalisanya di laboratorium.
Atau jika perlu, dokter akan mengambil sampel nanah dari abses untuk diperiksa di laboratorium.
Pengambilan sampel dilakukan menggunakan suntikan dan tujuan metode pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi penyebab infeksi.
Namun biasanya, dari hasil tes sampel ASI atau nanah dokter pun dapat menentukan pengobatan yang tepat bagi kondisi pasien.
Tinjauan Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan, USG payudara, mammogram dan biopsi payudara, tes sel darah putih, serta pengambilan sampel ASI/nanah dari payudara adalah metode diagnosa yang dilakukan dokter dalam mendeteksi abses payudara.
Pengobatan Abses Payudara
Beberapa metode pengobatan abses payudara berikut ini adalah yang paling umum diberikan atau dilakukan, mulai dari pemberian obat antibiotik hingga pengangkatan nanah atau abses [1,2,3,4,5,6,7].
- Antibiotik
Pemberian resep antibiotik adalah salah satu cara dokter dalam menangani abses payudara.
Cephalexin adalah jenis antibiotik yang paling umum diresepkan karena terjamin aman bagi ibu menyusui yang menderita abses payudara.
Bahkan ketika selama menggunakan antibiotik tersebut, pasien tetap dapat menyusui.
Aturan konsumsi cephalexin adalah dalam jangka waktu 10-14 hari yang diminum setiap 6 jam dengan dosis 500 mg.
Sementara pada wanita tidak menyusui yang menderita abses payudara, jenis antibiotik yang diresepkan adalah amoxicillin 500 mg yang konsumsinya dianjurkan sehari 3 kali atau clindamycin 300 mg yang konsumsinya setiap 6 jam.
- Obat Pereda Nyeri
Abses payudara akan mengakibatkan rasa nyeri yang membuat penderitanya tidak nyaman, maka dokter biasanya akan meresepkan pula paracetamol atau obat pereda nyeri sejenisnya.
Selain menggunakan obat pereda rasa nyeri, dokter kemungkinan akan menyarankan pasien untuk mengompres payudara menggunakan handuk hangat supaya bengkak dapat mereda.
- Pembuangan Nanah Abses
Selain pemberian antibiotik, dokter umumnya melakukan prosedur lain seperti menggunakan jarum suntik untuk mengeluarkan dan membuang nanah abses.
Metode lain yang biasanya dokter terapkan untuk membuang nanah adalah dengan memanfaatkan kateter supaya nanah mengalir keluar lebih mudah.
Prosedur pembuangan nanah lainnya yang juga cukup umum dilakukan pada pasien adalah vacuum assisted biopsy.
Prosedur ini diterapkan setelah dokter memberikan anestesi ke kulit dan jaringan payudara di mana prosedur ini pun terjamin keamanannya.
- Perubahan Pola Hidup
Selama masa penyembuhan, penderita abses payudara yang baru memiliki bayi dan sedang menyusui justru dianjurkan untuk tetap mengeluarkan ASI.
Dengan mengeluarkan ASI dari payudara yang sakit setidaknya 2 jam sekali, hal ini sangat menolong agar infeksi lanjutan dapat dicegah.
Hanya saja, tidak dianjurkan bagi anak untuk menyusu langsung dari payudara sang ibu yang sedang sakit untuk mencegah penularan infeksi.
Lebih banyak mengonsumsi air putih, mengelola stres dengan tepat dan baik, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan banyak beristirahat adalah kunci agar tubuh lebih cepat pulih.
Bagi yang tidak sedang menyusui, penting untuk mengoleskan pelembab supaya tidak mudah kering apalagi pecah-pecah (peluang bagi masuknya bakteri).
Tinjauan Pemberian antibiotik, obat pereda rasa nyeri, pembuangan nanah dengan berbagai metode (mulai dari suntikan hingga kateter), serta perubahan gaya hidup meliputi kebiasaan menyusui yang benar dan mengonsumsi makanan bergizi adalah penanganan abses payudara yang umumnya diterapkan.
Komplikasi Abses Payudara
Abses payudara yang tidak segera ditangani atau mendapatkan penanganan yang kurang tepat dapat menyebabkan berbagai kondisi komplikasi.
Sejumlah komplikasi yang perlu diwaspadai oleh para penderita abses payudara antara lain adalah [1,6] :
- Abses payudara kronis atau kondisi ketika abses payudara terus-menerus terjadi secara berkepanjangan.
- Penyusutan ukuran payudara sehingga kedua sisi payudara kelihatan tidak seimbang.
- Jaringan parut atau bekas luka.
- Limfedema atau bengkak pada lengan atau tungkai di mana sumbatan pembuluh getah bening menjadi penyebab utamanya.
- Saluran abnormal dapat timbul pada payudara.
- Infeksi payudara yang terjadi berulang.
- Infeksi menyebar hingga ke area tubuh lain.
Pencegahan Abses Payudara
Abses payudara terjadi karena adanya infeksi lebih dulu, seperti halnya radang pada jaringan payudara atau mastitis.
Untuk itu, sejumlah upaya berikut dapat dilakukan untuk mencegah infeksi atau radang pada payudara supaya tidak timbul abses [5].
- Jika sedang menyusui, pastikan menyusui secara rutin dan tidak melewatkan waktu menyusui dengan jeda yang lama.
- Gunakan kedua payudara untuk menyusui secara bergantian.
- Hindari menggunakan posisi yang sama berkali-kali saat menyusui.
- Pastikan posisi saat sedang menyusui nyaman dan pas di mana puting dan areola benar-benar menempel pada mulut anak.
- Cuci tangan dengan bersih dan benar setiap sebelum mulai menyusui supaya risiko penyebaran bakteri dapat diminimalisir.
- Konsumsilah air putih banyak-banyak setiap harinya supaya tidak mengalami dehidrasi.
- Hindari mengolesi obat pada bagian puting payudara.
- Kenakan bra yang ukurannya sesuai dan nyaman.
- Hindari mengenakan pakaian terlalu ketat selama menyusui.
- Cek kesehatan payudara secara mandiri setiap sehabis datang bulan agar masalah kesehatan seputar payudara dapat terdeteksi dan diatasi sedari awal.
Tinjauan Pencegahan abses payudara dapat dilakukan dengan cara mencegah infeksi ataupun radang pada payudara. Menyusui dengan benar dan nyaman, mengonsumsi banyak air putih, serta rutin mengecek kondisi payudara secara mandiri setiap bulan sangat dianjurkan.