Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Dismenorea adalah istilah untuk nyeri yang terjadi saat menstruasi yang disebabkan oleh kontraksi rahim. Dismenorea dibagi menjadi primer dan sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi tanpa ditemukannya
Beberapa wanita mengalami nyeri perut yang berat selama masa haid, sampai mereka membatalkan rencana mereka dan menggunakan obat anti nyeri seperti ibuprofen. [4]
Nyeri perut seharusnya selesai setelah masa haid selesai, namun pada beberapa situasi, ada yang mungkin merasakan nyeri perut bahkan setelah haid selesai. [4]
Nyeri perut yang berkelanjutan setelah haid selesai disebut sebagai dismenore sekunder. Dismenorea sekunder adalah kondisi dimana dismenore atau nyeri perut saat haid disebabkan oleh gangguan/patologi pada organ reproduksi. Berbeda dengan dismenorea primer dimana kram perut terjadi tanpa diketahui sebab yang mendasari. [1]
Nyeri perut setelah haid umumnya tidak serius. Penting sekali untuk anda memonitor rasa nyeri ini, terutama jika berlangsung lama. Nyeri perut setelah haid dapat menjadi gejala dari kondisi yang mendasarinya. [3]
Daftar isi
Nyeri perut setelah haid umumnya terasa di bagian bawah perut dan belakang pinggang. Anda juga dapat merasakan sakit pada area pinggul dan paha. [2]
Banyak orang merasakan gejala lain bersamaan dengan nyeri pada perut, seperti [2] :
Setiap wanita mengalami nyeri perut haid yang berbeda-beda. Beberapa dapat mengalami nyeri perut berat selama haid, sedangkan lainnya mungkin hanya merasa sedikit tidak nyaman sebelum haid. [2]
Rasa nyeri ini dapat menjadi berat dan berlanjut panjang daripada nyeri perut saat haid normal. Nyeri ini juga dapat dimulai lebih cepat pada siklus haid anda daripada tepat sebelum haid anda yang selanjutnya. [4]
Seorang wanita dapat merasa nyeri perut selama ovulasi, yaitu saat ovarium melepaskan sel telur. Ovulasi terjadi kurang lebih disekitar pertengahan siklus menstruasi. Rasa nyeri perut ini disebut mittelschmerz. [2]
Ovulasi adalah bagian dari siklus haid yang regular. Seseorang dapat merasakan ovulasi akan terjadi, namun beberapa lainnya tidak. [2]
Nyeri perut ovulasi sering menyerang satu sisi dari tubuh. Hal ini bertahan selama beberapa menit sampai beberapa hari dan dapat reda dengan sendirinya. [2]
Nyeri rahim ringab dapat menjadi tanda awal dari kehamilan. Nyeri ini berhubungan dengan implantasi, yaitu saat sel telur yang terfertilisasi atau embrio menempelkan dirinya pada dinding rahim. [2]
Nyeri perut akibat implantasi bersifat ringan dan sementara, dan sering disertai dengan bercak berwarna merah atau coklat, yang dikenal dengan pendarahan implantasi. Perdarahan ini terjadi sekitar waktu yang seharusnya adalah haid selanjutnya. [2]
Gejala lain dari kehamilan dapat terjadi pada masa ini, seperti rasa berat pada payudara, urinasi meningkat, dan perubahan suasana hati. [2]
Cara terbaik untuk mengecek kehamilan adalah dengan melakukan tes dirumah atau di tempat dokter. [2]
Kehamilan ektopik terjadi saat sel telur yang terfertilisasi menempel diluar rahim. Kehamilan ektopik dimulai seperti kehamilan pada umumnya, namun wanita ini kemudian mengalami nyeri perut berat dan rasa sakit di rahim. [2]
Gejala lain pada kehamilan ektopik adalah pendarahan abnormal, nyeri pinggang berat, nyeri bahu, dan mual. [2]
Tekanan nyeri ini meningkat pada kehamilan ektopik dengan pendarahan berat, dimana dapat mengarah pada pingsan, syok, atau pusing. Tuba falopi yang ruptur membutuhkan pertolongan gawat darurat. [2]
Kehamilan ektopik adalah hal yang tidak umum terjadi, hanya menyerang 2 persen dari kehamilan. [2]
Pada beberapa kasus, terdapat sejumlah darah yang tersisa pada rahim setelah haid selesai. Saat hal ini terjadi, uterus berusaha membuang kelebihan darah tersebut. Proses pembuangan sisa darah ini dapat menyebabkan nyeri dan dapat menghasilkan bercak coklat atau hitam akibat darah lama keluar. [2]
Gejala nyeri perut setelah haid karena pembuangan darah ini akan hilang dalam beberapa hari setelah tubuh menghilangkan sisa darah tersebut. [2]
Endometriosis adalah kondisi yang disebabkan karena ada jaringan rahim yang tumbuh diluar rahim. Endometriosis dapat di atur, tapi sampai sekarang tidak ada penyembuhnya. [2]
Nyeri yang berhubungan akan endometriosis berlangsung 1 sampai 2 minggu sebelum haid. Nyeri dapat menjadi luar biasa intens pada 1 sampai 2 hari sebelum haid dimulai. [2]
Gejala lain pada endometriosis adalah haid berat, nyeri saat ovulasi, nyeri pada perut bawah dan belakang, serta rasa nyeri saat dan sesudah berhubungan seksual. [2]
Nyeri pinggang yang konstan atau nyeri perut yang memburuh saat haid harus didiskusikan dengan dokter. [2]
Adenomiosis adalah kondisi dimana jaringan endometrium tumbuh pada lapisan otot rahim, dimana seharusnya endometrium tumbuh pada dinding bagian dalam rahim. [2]
Kondisi adenomiosis membuat dinding rahim menebal, dimana dapat mengarah khususnya pada pendarahan haid yang banyak dan nyeri perut yang berkepanjangan. [2]
Adenomiosis dapat ditangani dengan pengobatan. Pada beberapa kasus ekstrim, histerektomi (pengangkatan rahim) dapat diperlukan. [2]
Kista yang terbentuk pada ovarium dapat menyebabkan nyeri perut dan pendarahan setelah haid. Banyak kista dapat hilang dengan sendirinya, tetapi jika kista sangat besar, maka dapat menyebabkan gejala lain. [2]
Kista ovarium dapat menyebabkan perut dan pinggang terasa kembung atau berat, dapat juga terjadi bercak atau perdarahan sebelum dan sesudah haid. [2]
Kista ovarian sangat tipikal untuk ditangani dengan medikasi atau operasi. [2]
Fibroid adalah tumor jinak (benignan), pertumbuhan non-kanker yang dapat terbentuk dimanapun pada rahim. Gejalanya tergantung pada lokasi pertumbuhan, ukuran, dan jumlah fibroid dalam rahim. [2]
Fibroid rahim dapat menyebabkan beberapa gejala seperti perdarahan tidak teratur, haid banyak, haid yang berkepanjangan, tekanan atau rasa nyeri pada pinggang, kesulitan urinasi atau urinasi terlalu sering, serta konstipasi. [2]
Pada beberapa kasus, fibroid rahim dapat menyebabkan infertilitas. Kasus ini biasanya ditangani dengan medikasi, operasi, atau kombinasi keduanya. [2]
Beberapa wanita mempunyai bukaan yang kecil pada serviks (mulut rahim) mereka. Hal ini disebut dengan stenosis servikal, dan ini dapat melambatkan aliran darah haid dimana menyebabkan rasa tekanan sakit pada rahim. [2]
Stenosis serviks dapat ditangani dengan medikasi atau operasi. Alternatif lain, pemasangan intra uterine device (IUD) dapay meredakan gejalanya. [2]
Nyeri pada rahim atau vagina diikuti dengan perubahan berupa vagina bau dapat menjadi tanda dari infeksi vagina atau rahim. Hal ini dapat menyebabkan penyakit inflamasi pelvis jika bakteri pindah ke area lain dari sistem reproduksi. [2]
Gejalanya mungkin tidak jelas pada awalnya, dan dimulai dengan nyeri yang tiba-tiba dan terus-menerus pada perut. Penyakit inflamasi pelvis dapat mengancam nyawa jika tidak ditangani dengan benar. [2]
Gejala lain dari penyakit inflamasi pelvis adalah perubahan vagina yang abnormal, perdarahan haid yang abnormal, sakit kepala, demam, rasa nyeri atau tidak nyaman atau perdarahan saat berhubungan seksual, serta kesusahan dan sakit saat urinasi. [2]
Penyakit inflamasi pelvis sering ditangani dengan antibiotik. Setiap pasangan seksual harus di tes untuk infeksi seksual menular. [2]
Nyeri perut setelah haid dapat diredakan dengan beberapa penanganan berikut [1,2] :
1. Collen de Bellefonds & Aaron Styer. Are Cramps After My Period Normal? What to Expect; 2020.
2. Cynthia Cobb, DNP, APRN, WHNP-BC, FAANP & Jon Johnson. Ten Reason Why Cramps Happen After Your Period. Medical News Today; 2020.
3. Debra Rose Wilson, PhD, MSN, RN, IBCLC, AHN-BC & Emily Cronkleton. What You Should Know About Cramping After Your Period Ends. Healthline; 2019.
4. Valinda Riggins Nwadike, MD, MPH & Sarah Ellis. Ugh, Why Am I Having Cramps After My Period Is Over?. Greatist; 2019.