Daftar isi
Obesitas morbid adalah sebuah kondisi ketika kadar lemak yang menimbun di dalam tubuh sangat tinggi sehingga berat badan cenderung lebih dari idealnya [3,5,7,8,11].
Tak hanya fisik yang berubah ketika seseorang mengalami obesitas morbid, tapi juga mampu menimbulkan gangguan kesehatan.
Obesitas morbid jauh lebih rentan mengalami hipertensi dan diabetes.
Obesitas morbid berbeda dari obesitas biasa di mana perbedaan terletak pada nilai indeks massa tubuh.
Jika seseorang mengalami obesitas pada umumnya, indeks massa tubuh berada di atas 25.
Sementara pada kasus obesitas morbid, indeks massa tubuh lebih dari 37,5 [5].
Tinjauan Obesitas morbid adalah sebuah kondisi ketika kadar lemak yang begitu tinggi menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan kenaikan berat badan. Indeks massa tubuh pada kondisi obesitas morbid jauh lebih tinggi dari obesitas pada umumnya.
Manusia sehari-hari memerlukan asupan kalori untuk melakukan aktivitasnya dengan baik dan maksimal.
Bila seseorang semakin aktif berolahraga atau beraktivitas, kalori yang telah masuk ke dalam tubuh akan terbakar lebih banyak menjadi tenaga yang dikeluarkan oleh tubuh [11].
Namun pada sejumlah kasus, tubuh tak dapat membakar kalori yang berlebih sehingga tubuh akan menyimpannya sebagai lemak.
Obesitas morbid adalah sebuah kondisi efek dari penimbunan lemak yang disimpan tubuh karena kelebihan kalori.
Lemak dapat menimbun di dalam tubuh karena dua faktor, yaitu [3] :
Pola makan tak sehat serta tubuh yang kurang aktif disertai sejumlah faktor di bawah ini mampu meningkatkan risiko obesitas morbid pada seseorang.
Tinjauan Pola hidup yang tak sehat dan kurang aktif bergerak ditambah sejumlah faktor (usia, penyakit tertentu, genetik, obat, dan kehamilan) dapat menjadi penyebab dan peningkat risiko obesitas morbid.
Obesitas morbid akan menimbulkan sejumlah gejala pada penderitanya, seperti [12,13] :
Pada penderita gejala obesitas morbid, dianjurkan untuk segera ke dokter dan memeriksakan diri.
Beberapa metode diagnosa yang akan dokter terapkan antara lain adalah :
1. Pemeriksaan Fisik
Dokter perlu mengecek kondisi fisik pasien, mulai dari tinggi dan berat badan, tekanan darah serta irama jantung [14].
Pemeriksaan fisik akan dilakukan menyeluruh untuk mengetahui kondisi pasien.
2. Pemeriksaan Riwayat Kesehatan
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan seputar riwayat medis pasien [14].
Riwayat penyakit, termasuk kondisi bawaan dari lahir perlu pasien informasikan kepada dokter untuk penegakan diagnosa.
3. Pemeriksaan Indeks Massa Tubuh
Penghitungan indeks massa tubuh akan dokter lakukan selanjutnya, baik secara manual atau menggunakan kalkulator khusus.
Informasi berat badan serta tinggi pasien menjadi penting karena penghitungan ini membutuhkan data keduanya.
Penting untuk diketahui bahwa penghitungan dilakukan menggunakan rumus, yaitu berat badan (kg) dibagi tinggi tubuh (m) yang dikuadratkan; contoh : berat badan 110 kg dibagi tinggi badan 1,7 x 1,7 m di mana hasilnya adalah 38.
Hasil penghitungan dari contoh tersebut termasuk dalam kondisi obesitas morbid.
Terdapat 4 kategori untuk nilai indeks massa tubuh dan berikut beserta penjelasannya [6] :
4. Pengukuran Lingkar Pinggang
Penghitungan massa indeks tubuh perlu disertai dengan pengukuran lingkar pinggang ntuk mengidentifikasi komplikasi tertentu [15].
Penyakit jantung dan diabetes adalah risiko komplikasi yang dapat terdeteksi melalui metode pengukuran lingkar pinggang ini.
5. Tes Penunjang Lainnya
Tes lain yang juga berperan sebagai tes penunjang antara lain adalah elektrokardiografi, tes hormon tiroid, tes fungsi ginjal, dan tes darah [16].
Untuk mengetahui kondisi jantung, tiroid, ginjal, serta organ tubuh lainnya, dokter biasanya akan merekomendasikan beberapa metode pemeriksaan ini.
Tinjauan Metode pemeriksaan yang digunakan oleh dokter umumnya meliputi pemeriksaan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan indeks massa tubuh, pengukuran lingkar pinggang, tes darah, tes hormon tiroid, tes fungsi ginjal, hingga elektrokardiografi apabila diperlukan.
Tujuan utama penanganan obesitas morbid adalah mengembalikan berat badan pasien kembali pada angka ideal.
Berikut ini adalah deretan metode penanganan yang umumnya perlu ditempuh oleh pasien sesuai rekomendasi dokter yang sudah disesuaikan dengan kondisi menyeluruh kesehatan pasien.
Pada beberapa kasus obesitas morbid, dokter akan meresepkan sejumlah obat-obatan yang bertujuan untuk membantu pasien menurunkan berat badannya.
Obat penurun berat badan terjamin efektivitasnya, namun begitu pasien menghentikan penggunaan maka efeknya akan langsung meningkatkan kembali berat badan.
Bahkan suplemen maupun herbal yang menjanjikan penurunan berat badan tidak sepenuhnya terverifikasi dengan klaimnya yang mampu membuat berat badan turun.
Program diet sangat penting bagi penderita obesitas morbid jika ingin menangani kondisi kesehatan ini.
Namun diet yang paling dianjurkan adalah diet yang aman dan mampu menurunkan berat badan secara alami.
Program diet yang menurunkan berat badan secara cepat tidak dianjurkan karena dengan cara seperti ini, berat badan yang turun cepat akan dapat dengan mudah naik kembali.
Pengurangan asupan kalori adalah metode diet yang dapat diandalkan, yaitu dengan menghindari makanan-makanan cepat saji dan mengatur pola makan dengan baik [2,6,8,11].
Asupan makanan rendah kalori jauh lebih disarankan, begitu juga yang berserat tinggi, seperti kentang, ikan, telur, gandum, dan buah-buahan.
Untuk diet yang lebih efektif dan berdampak baik bagi tubuh, konsultasikan dengan dokter secara detail mengenai hal ini.
Diskusikan dengan dokter gizi mengenai metode diet yang paling sesuai sebab ketentuan diet pada masing-masing orang tidak sama.
Kondisi kesehatan setiap orang pun menjadi salah satu faktor yang menentukan metode diet yang paling tepat serta aman.
Gaya hidup yang lebih baik dan sehat bukan hanya mengenai asupan makanan, diet juga meliputi kebiasaan dan konsistensi pada aktivitas olahraga [2,6,8,11].
Jika kurang aktif bergerak menjadi salah satu faktor penyebab obesitas morbid, maka rutin berolahraga dan lebih aktif bergerak akan membantu pembakaran kalori.
Mengenai jenis olahraga yang tepat untuk menangani obesitas morbid, pastikan untuk berkonsultasi secara detail dengan dokter.
Setiap orang memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-beda sehingga jenis kegiatan olahraga yang dipilih pun perlu disesuaikan agar lebih aman.
Jika melalui obat dan program diet secara alami kurang membantu, maka dokter kemungkinan besar akan merekomendasikan metode operasi [6].
Operasi adalah suatu prosedur medis yang akan membantu pasien obesitas morbid setidaknya dapat meminimalisir penyakit jantung, diabetes, dan sleep apnea.
Beberapa jenis operasi yang sesuai dan paling sering dianjurkan pada penderita obesitas morbid serius adalah :
Operasi gastric bypass merupakan sebuah metode operasi yang akan membantu penderita obesitas morbid untuk memiliki porsi makan yang lebih sedikit [17].
Operasi ini bertujuan untuk membuat pasien kenyang lebih cepat dan mudah ketika hanya mengonsumsi sedikit makanan.
Dokter bedah dalam hal ini akan membagi lambung menjadi dua bagian dengan memisahkannya (bagian bawah lebih besar dan bagian atas lebih kecil).
Dokter juga akan memotong pendek usus halus lalu menyambungkannya dengan lambung bagian atas yang lebih kecil.
Pada prosedur ini, gelang silikon akan dipasang di bagian atas lambung dengan tujuan utama agar porsi makan dapat berkurang [17].
Ketika makan dalam porsi yang sangat sedikit, pasien nantinya akan lebih cepat kenyang sehingga terhindar dari aktivitas mengemil dan makan dalam porsi banyak.
Operasi gastric sleeve adalah metode operasi pengangkatan lambung [17].
Tujuan operasi ini adalah untuk membuat lambung semakin kecil sehingga pasien nantinya tidak dapat makan terlalu banyak karena ruang penyimpanannya (lambung) terlalu kecil.
Tinjauan Penanganan obesitas morbid umumnya meliputi pemberian obat-obatan penurun berat badan, diet, olahraga, dan operasi (hanya bila metode lainnya tak dapat mengatasi kondisi pasien).
Obesitas baik obesitas umum dan obesitas morbid sama-sama memiliki risiko komplikasi yang berbahaya bagi penderitanya.
Tanpa penanganan segera, berikut adalah deretan komplikasi yang perlu berkemungkinan terjadi [11,18] :
Agar obesitas morbid tidak mudah terjadi, maka mengendalikan berat badan melalui penerapan gaya hidup sehat adalah yang terbaik [2,6,8,11].
Tinjauan Mencegah obesitas morbid dapat dilakukan dengan membatasi asupan kalori dan lemak, menghindari alkohol, berolahraga, merencanakan waktu dan menu makan, serta mengecek ebrat badan secara rutin.
1. InfoSehat FKUI. Stunting Hingga Obesitas Masih Menghantui Indonesia di Tahun 2019. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.
2. World Health Organization. Obesity and overweight. World Health Organization; 2020.
3. Roland Sturm, Ph.D & Aiko Hattori, PhD. Morbid Obesity Rates Continue to Rise Rapidly in the US. HHS Public Access; 2013.
4. Tamara B Horwich MD, Gregg C Fonarow MD, FACC, Michele A Hamilton MD, FACC, W. Robb MacLellan MD, FACC, Mary A Woo DNSc, & Jan H Tillisch MD. The relationship between obesity and mortality in patients with heart failure. Journal of the American College of Cardiology; 2001.
5. Matteo Uccelli, Giovanni Carlo Cesana, Francesca Ciccarese, Alberto Oldani, Adelinda Angela Giulia Zanoni, Stefano Maria De Carli, Riccardo Giorgi, Roberta Villa, Ayman Ismail, Simone Targa, & Stefano Olmi. “COVID-19 and Obesity: Postoperative Risk in Patients Who Have Undergone Bariatric Surgery. Preliminary Report from High Volume Center in Italy (Lombardy)”. Nature Public Health Emergency Collection; 2020.
6. Frank Q. Nuttall, MD, PhD. Body Mass Index. Nutrition Today; 2015.
7. Una Fairbrother, Elliot Kidd, Tanya Malagamuwa, & Andrew Walley. Genetics of Severe Obesity. Current Diabetes Reports; 2018.
8. Johannes Stubert, PD Dr. med., Frank Reister, PD Dr. med., Steffi Hartmann, Dr. med., & Wolfgang Janni, Prof. Dr. med. The Risks Associated With Obesity in Pregnancy. Deutsches Arzteblatt International; 2018.
9. Kelly Mason, MD, Pediatric Endocrinology Fellow, Laura Page, MD, Pediatric Resident, & Pinar Gumus Balikcioglu, MD. Screening for Hormonal, Monogenic, and Syndromic Disorders in Obese Infants and Children. HHS Public Access; 2015.
10. Ann A. Verhaegen, MD & Luc F Van Gaal, MD, PhD. Drugs That Affect Body Weight, Body Fat Distribution, and Metabolism. National Center for Biotechnology Information; 2019.
11. Adela Hruby, PhD, MPH & Frank B. Hu, MD, PhD, MPH. The Epidemiology of Obesity: A Big Picture. HHS Public Access; 2016.
12. S Deane & A Thomson. Obesity and the pulmonologist. Archives of Disease in Childhood; 2006.
13. Ioannis Kyrou, M.D., PhD, Harpal S Randeva, MD, PhD, FRCP, Constantine Tsigos, MD, PHD, Grigorios Kaltsas, MD, FRCP, & Martin O Weickert, MD, FRCP. Clinical Problems Caused by Obesity. National Center for Biotechnology Information; 2018.
14. M Labib. The investigation and management of obesity. Journal of Clinical Pathology; 2003.
15. Thang S Han, Naveed Sattar, & Mike Lean. Assessment of obesity and its clinical implications. British Medical Journal; 2006.
16. Jayne Franklyn and Michael Shephard. Evaluation of Thyroid Function in Health and Disease. National Center for Biotechnology Information; 2000.
17. Shahzeer Karmali, MD FRCSC, Carlene Johnson Stoklossa, Arya Sharma, MD PhD FRCPC, Janet Stadnyk, Sandra Christiansen and Danielle Cottreau, & Daniel W. Birch, MD FRCSC. Bariatric surgery. Official Publication of The College of Family Physicians in Canada; 2010.
18. Xavier Pi-Sunyer, MD. The Medical Risks of Obesity. HHS Public Access; 2010.