Daftar isi
Obesophobia atau ketakutan berlebih terhadap kenaikan berat badan juga dikenal dengan istilah pocrescophobia yang lebih sering terjadi pada remaja perempuan [1,2,3,4,5].
Meski lebih berpotensi dialami remaja perempuan, beberapa pria pun dapat mengalami hal ini.
Seperti halnya fobia pada umumnya, gangguan kecemasan akan dirasakan oleh penderita obesophobia, berikut juga ketakutan irasional dan intens terhadap kenaikan berat badan.
Pada penderita obesophobia, memikirkan kenaikan berat badan saja sudah memicu kepanikan dan kekhawatiran berlebih.
Bahkan ketika membicarakannya pun akan menimbulkan rasa cemas dan takut luar biasa.
Tinjauan Obesophobia merupakan kecemasan dan ketakutan berlebih terhadap kenaikan berat badan, kegemukan atau kelebihan berat badan yang juga disebut dengan istilah pocrescophobia.
Obesophobia adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani, obeso yang berarti gemuk dan phobia berarti takut [1].
Di Indonesia obesophobia mungkin bukan kondisi yang asing dan baru, namun data prevalensi secara spesifik belum diketahui.
Belum diketahui jelas hingga kini faktor penyebab obesophobia, namun terdapat beberapa dugaan faktor yang mampu meningkatkan risiko ketakutan berlebih ini :
Memiliki gangguan kecemasan lebih dulu juga akan meningkatkan risiko obesophobia pada diri seseorang [2,5].
Kecemasan dan ketakutan terhadan penolakan sosial (ditolak dalam lingkungan pergaulan dan sekitarnya) dapat menjadi akar masalah obesophobia.
Penderita obesophobia takut berat badan naik karena sikap dan pandangan masyarakat terhadap kenaikan berat badan itu sendiri.
Percaya atau tidak, budaya dan kepercayaan bahwa kurus itu lebih cantik dan baik dipandang daripada gemuk mampu menyebabkan obesophobia [3].
Hal ini akan lebih mudah dialami oleh orang-orang yang pada dasarnya memiliki sifat perfeksionis.
Pengalaman traumatis seperti mendapat perundungan dari lingkungan sekitar karena memiliki berat badan yang lebih dari idealnya menjadikan seseorang mudah mengalami rasa takut terhadap kegemukan [1,3].
Perundungan karena masalah penampilan seseorang bukan hal baru yang juga dapat mengakibatkan seseorang depresi.
Penghakiman negatif mengenai berat badan seringkali sulit diterima dengan sudut pandang positif dan hal ini membuat korban perundungan akan takut meningkatkan berat badan.
Banyak orang menghakimi orang lain berdasarkan berat badan karena stigma berat badan [1,4,9].
Tekanan batin dan juga ekspektasi dari anggota keluarga yang memiliki stigma berat badan dapat memicu obesophobia.
Stigma seperti ini mendiskriminasi orang-orang yang memiliki berat badan berlebih serta yang menderita obesitas.
Timbulnya stigma ini dan juga ujaran kebencian yang kini semakin mudah tersebar dapat berakibat pada kecemasan terhadap kenaikan berat badan.
Tinjauan Penyebab utama obesophobia belum diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa faktor yang memiliki keterkaitan dengan obesophobia dan mampu meningkatkan risiko obesophobia. Gangguan kecemasan, perfeksionisme, pengalaman pribadi dan stigma berat badan adalah beberapa faktor yang mendasari timbulnya obesophobia pada diri seseorang.
Obesophobia dapat menimbulkan sejumlah gejala, mulai dari gejala emosional hingga gejala fisik seperti berikut [1,5] :
Gejala-gejala obesophobia tersebut dapat terjadi terutama ketika seseorang mengalami kenaikan berat badan.
Atau, gejala dapat dialami saat seseorang sedang berada di acara pertemuan atau pesta yang melibatkan banyak sajian makanan.
Namun selain dari gejala emosional dan fisik yang telah disebutkan, gejala perubahan perilaku pun dapat terjadi dan begitu nampak pada penderita obesophobia seperti berikut [6,7] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Obesophobia dapat menjadi penghambat dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Dan jika rutinitas menjadi terganggu karena obesophobia, segera temui dokter dan berkonsultasi.
Terlebih bila beberapa gejala di bawah ini mulai dialami, jangan ragu dan tunggu terlalu lama untuk segera memeriksakan diri [1,2,3,4,5,6,7,8,9].
Temui dokter ataupun psikolog maupun psikiater apabila diri sendiri mulai membatasi asupan makanan secara ekstrem, muntah secara paksa terlampau sering, olahraga setiap saat dan cenderung berlebihan, hingga menghitung kalori secara obsesif.
Bila menjumpai anggota keluarga atau teman yang mengalami hal ini, maka sebaiknya bujuk dan ajak ke dokter untuk pemeriksaan.
Tinjauan Gejala utama obesophobia dapat meliputi gejala fisik maupun emosional, seperti ketakutan berlebih yang intens, pusing, serangan panik, stres, kecemasan yang terus-menerus timbul, tekanan darah tinggi (hipertensi), sesak napas (napas pendek), palpitasi jantung (jantung berdetak lebih cepat dari normalnya), nyeri pada dada, tubuh gemetaran, bicara dengan sangat cepat, ketidakmampuan untuk berbicara, mual, sakit perut dan mulut kering.
Untuk mengonfirmasi dan mendeteksi obesophobia, tak terdapat metode pemeriksaan formal seperti pada penyakit-penyakit pada umumnya.
Namun karena obesophobia tergolong phobia spesifik dan kondisi gangguan kecemasan, maka ahli kesehatan jiwa dan mental akan mengidentifikasinya.
Evaluasi psikologis adalah metode pemeriksaan yang umumnya dilakukan oleh ahli kesehatan jiwa dan mental di mana hal ini akan meliputi beberapa langkah seperti [2,5] :
Melalui evaluasi yang dilakukan ini, ahli kesehatan jiwa dan mental akan dapat menentukan perawatan yang tepat untuk pasien.
Tinjauan Evaluasi psikologis adalah metode pemeriksaan untuk pasien dengan gejala obesophobia untuk mengamati gejala dan menganalisanya sebelum menentukan penanganan yang sesuai.
Setelah evaluasi dilakukan, metode penanganan baru dapat ditentukan oleh ahli kesehatan jiwa dan mental untuk pasien.
Tujuan penanganan atau perawatan yang diberikan utamanya adalah mengendalikan dan mengurangi rasa takut dan cemas terhadap kenaikan ebrat badan.
Jika memiliki tanda gangguan makan, maka beberapa perawatan akan diberikan untuk mengurangi risikonya.
Phobia umumnya membutuhkan psikoterapi, namun pada beberapa kasus pemberian obat-obatan tetap diperlukan.
Jika berkaitan dengan kondisi gangguan kecemasan, obat anti-cemas adalah yang diresepkan oleh dokter, seperti [1,5] :
Psikoterapi adalah metode pengobatan yang paling dibutuhkan oleh pasien obesophobia dengan tujuan membenahi pikiran dan sudut pandang negatif mengenai diri sendiri [2,5].
Salah satu bentuk psikoterapi yang penting untuk diterapkan adalah terapi perilaku kognitif.
Melalui terapi ini, pasien akan dibantu memahami kondisinya lebih detail dan dalam lalu mencoba memperbaikinya.
Selain membantu memperbaiki pola pikir dan perilaku pasien, psikoterapi juga mengekspos pasien pada faktor yang menyebabkannya takut [2].
Pasien akan dibantu menganalisa rasa takut tersebut serta faktor penyebabnya, dan terapis akan membantu supaya pasien dapat menghadapi sekaligus mengendalikan reaksi ketakutannya.
Selain itu, psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif mampu meningkatkan kemampuan pasien tak hanya dalam meredakan kecemasan tapi juga dalam kehidupan sosialnya.
Melalui psikoterapi, bukan hanya pola pikir baru yang dimiliki pasien, melainkan juga kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih positif.
Obesophobia tergolong sebagai kondisi gangguan kecemasan yang sebenarnya juga dapat ditangani dengan perubahan gaya hidup.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memulihkan kondisi obesophobia antara lain adalah [2,5] :
Tinjauan Penanganan obesophobia dapat dilakukan melalui psikoterapi (terapi paparan/eksposur dan terapi perilaku kognitif), obat-obatan (obat anticemas dan antidepresan), serta perubahan gaya hidup melalui pengelolaan stres yang benar dan positif.
Obesophobia dapat tergolong sebagai sebuah obsesi yang tak sehat terhadap makanan dan juga berat badan.
Karena ketakutan dan kecemasan luar biasa terhadap berat badan yang naik, penderita obesophobia dapat mengalami gangguan makan yang bahkan berbahaya seperti di bawah ini.
1. Purging Disorder / Gangguan Pembersihan
Ketakutan terhadap kenaikan berat badan dapat memicu kondisi purging disorder yang ditandai dengan muntah yang dipaksakan usai makan [10].
Bahkan olahraga berlebihan agar kalori terbakar lebih banyak juga menjadi salah satu tanda purging disorder.
Berpuasa dan menggunakan diuretik maupun laksatif juga tanda lain dari purging disorder yang perlu diwaspadai karena alih-alih menjaga berat badan agar tak naik, hal ini mampu mengancam kesehatan tubuh.
Obesophobia dapat pula mengakibatkan seseorang mengalami anoreksia nervosa di mana keduanya berkaitan satu sama lain.
Pada kondisi anoreksia nervosa, seseorang yang bahkan sebenarnya sudah terlalu kurus dan cenderung memiliki berat badan di kurang dari idealnya masih berpikir bahwa diri mereka gemuk [11].
Hal ini umumnya ditandai dengan beberapa gejala, seperti :
Karena dengan sengaja memuntahkan makanan serta berolahraga berlebihan, penderita anoreksia nervosa dapat mengalami kekurangan kalori yang serius.
Bila hal ini tak segera diatasi, komplikasi serius dapat terjadi, terutama gangguan otot dan kegagalan fungsi beberapa organ.
3. Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa melibatkan dua kondisi episode purging dan bingeing di mana bingeing adalah makan makanan sebanyak mungkin dalam waktu singkat tanpa dapat dikendalikan [11].
Setelah itu, terjadi episode purging, yaitu apa yang sudah masuk ke dalam tubuh akan langsung dibersihkan melalui perilaku yang tak sehat.
Usai makan berlebihan dan tubuh memperoleh kalori yang banyak, seseorang akan melakukan puasa, menggunakan diuretik atau laksatif, olahraga secara berlebihan agar kalori terbakar dan memuntahkan makanan dengan sengaja.
Selain sejumlah perilaku tersebut, gejala bulimia lain yang perlu diketahui dan diwaspadai adalah :
Pada umumnya, penderita bulimia nervosa memiliki berat badan ideal, kurang dari ideal atau bahkan bisa saja lebih dari idealnya.
Tinjauan Risiko komplikasi berupa purging disorder, anoreksia nervosa dan bulimia nervosa cukup tinggi apabila kondisi gejala obesophobia berkembang semakin buruk tanpa penanganan yang benar.
Karena penyebab pasti obesophobia tidak diketahui, maka belum diketahui pula cara mencegahnya.
Namun untuk meminimalisir risiko obesophobia, segala bentuk stres dan gangguan kecemasan yang kemungkinan sudah dialami lebih dulu dapat diatasi.
Ketika gejala obesophobia mulai dialami, segera atasi dengan menemui psikiater atau psikolog agar tidak berkembang menjadi lebih serius dan menghambat aktivitas sehari-hari.
Tinjauan Belum terdapat cara pencegahan khusus untuk kondisi obesophobia, namun untuk meminimalisir risiko ini, pengelolaan stres dan gangguan kecemasan dapat dilakukan.
1. Edward Bozman. Obesophobia : Fear of Gaining Weight. Common Phobias; 2020.
2. Cheri A. Levinson, John Rapp & Elizabeth N. Riley. Addressing the Fear of Fat: Extending Imaginal Exposure Therapy for Anxiety Disorders to Anorexia Nervosa. HHS Public Access; 2015.
3. Cheri A. Levinson, Thomas L. Rodebaugh, Emily K. White, Andrew Menatti, Justin W. Weeks, Juliette M. Iacovino, & Cortney S. Warren. Social appearance anxiety, perfectionism, and fear of negative evaluation: Distinct or shared risk factors for social anxiety and eating disorders? HHS Public Access; 2014.
4. Melody Fulton & Vijay N. Srinivasan. Obesity, Stigma And Discrimination. National Center for Biotechnology Information; 2020.
5. Psych Times Staff. Obesophobia (Fear of Obesity). Psych Times; 2020.
6. Hua Cai, Yue-Lan Qin, Ze-Ya Shi, Jin-Hui Chen, Min-Jie Zeng, Wei Zhou, Ru-Qun Chen & Zhi-Yuan Chen. Effects of alternate-day fasting on body weight and dyslipidaemia in patients with non-alcoholic fatty liver disease: a randomised controlled trial. BioMed Central Gastroenterology; 2019.
7. Leanne M. Redman, Corby K. Martin, Donald A. Williamson, & Eric Ravussin. Effect of Caloric Restriction in Non-Obese Humans on Physiological, Psychological and Behavioral Outcomes. HHS Public Access; 2009.
8. Rasa Jankauskiene & Migle Baceviciene. Body Image Concerns and Body Weight Overestimation Do Not Promote Healthy Behaviour: Evidence from Adolescents in Lithuania. International Journal of Environmental Research and Public Health; 2019.
9. Rebecca M. Puhl, PhD & Chelsea A. Heuer, MPH. Obesity Stigma: Important Considerations for Public Health. American Journal of Public Health; 2010.
10. Sasha Gorrell, Erin E. Reilly, Katherine Schaumberg, Lisa M. Anderson, & Joseph M. Donahue. Weight suppression and its relation to eating disorder and weight outcomes: a narrative review. HHS Public Access; 2020.
11. John P. Foreyt, 1 G. Ken Goodrick & Jean E. Nelson. Not Eating Enough: Overcoming Underconsumption of Military Operational Rations : 21. Lessons from Eating Disorders. Institute of Medicine (US) Committee on Military Nutrition Research; Marriott BM, editor.
Washington (DC): National Academies Press (US); 1995