Daftar isi
Kondisi saat tulang pada sendi panggul mengalami keretakan atau patah, maka kondisi ini disebut dengan patah tulang panggul atau fraktur panggul [1,3,4,5,6].
Kasus patah tulang panggul adalah salah satu jenis patah tulang paling umum dijumpai, khususnya di instalasi gawat darurat dan cedera ortopedik [1].
Jatuh dan terbentur keras pada bagian panggul menjadi sebab paling sering terjadinya patah tulang panggul [1,3,4,5,6].
Siapa saja dapat mengalami patah tulang panggul, tergantung faktor yang menyebabkannya [1,3,4,5,6].
Seringkali, patah tulang panggul terjadi karena kecelakaan, jatuh, benturan atau hantaman keras pada tulang panggul, hingga cedera sewaktu melakukan olahraga [1,3,4,5,6].
Kondisi patah tulang panggul pun bisa bersifat ringan hingga berat.
Berikut ini adalah sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risiko patah tulang panggul.
Wanita memiliki risiko lebih tinggi mengalami patah tulang, termasuk patah tulang panggul [1,2,3,4,5].
Ini karena wanita usai memasuki masa menopause, kadar hormon estrogen akan menurun [4,7].
Ketika hormon estrogen kurang memadai, kepadatan tulang akan terpengaruh dan juga cepat hilang [7].
Oleh karena itu, wanita lebih rentan terhadap risiko osteoporosis atau pengeroposan tulang [2,7].
Karena risiko osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria, peluang mengalami patah tulang panggul pun menjadi lebih besar [2].
Lansia khususnya yang sudah menginjak 65 tahun ke atas lebih berisiko mengalami patah tulang panggul, sekalipun hal ini tetap bisa terjadi pada usia sekitar 50 tahun [1,2,3,4,5].
Hal ini disebabkan penurunan kepadatan tulang karena semakin bertambahnya usia.
Kekuatan tulang juga tidak sebesar masa muda sehingga risiko patah tulang, termasuk patah tulang panggul semakin tinggi.
Terlebih lansia pada umumnya sering terjatuh karena fungsi penglihatan dan keseimbangan tubuh yang menurun [4].
Berat badan berlebih juga menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko patah tulang pada area panggul [8].
Karena kegemukan, khususnya pada kasus berat badan yang terus naik tak terkontrol, hal ini kemudian memicu timbulnya tekanan pada area pinggul [8].
Bila tulang panggul tidak cukup kuat, risiko patah tulang panggul semakin tinggi [8].
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, terutama dalam jangka waktu panjang tidak hanya mengganggu kesehatan sistem saraf otak, tapi juga memengaruhi kesehatan tulang [4].
Konsumsi alkohol ditambah dengan kebiasaan merokok mampu menjadi penghambat bagi proses regenerasi maupun pembentukan tulang [4].
Karena hal tersebut, risiko tulang retak, rapuh dan mudah patah semakin tinggi [4].
Beberapa kondisi medis mampu meningkatkan risiko patah tulang panggul, seperti hipertiroidisme, osteoporosis dan kanker [1,3,4,5,9,10].
Ketiga kondisi tersebut pada sebagian kasus merupakan sebab utama menurunnya kepadatan tulang.
Selain itu, penyakit Parkinson dan demensia juga perlu diwaspadai sebagai faktor lain yang meningkatkan risiko sering jatung sehingga berakibat pada patah tulang panggul [1,4].
Olahraga tidak hanya bermanfaat sebagai peningkat massa dan kekuatan otot, tapi juga tulang [4,5].
Maka ketika seseorang sangat jarang olahraga atau bahkan tidak pernah melakukannya, hal ini justru menjadi faktor peningkat risiko patah tulang, tak terkecuali patah tulang panggul [4,5].
Untuk kesehatan dan kekuatan tulang, tubuh membutuhkan asupan vitamin D dan kalsium yang cukup [1,4,5].
Namun, tidak semua orang mampu memenuhi kebutuhan kedua nutrisi tersebut sehingga tulang mengalami penurunan kepadatan [1,4,5].
Jika demikian, risiko patah tulang, termasuk patah tulang panggul akan lebih tinggi [1,4,5].
Beberapa jenis obat memiliki efek samping yang memengaruhi kesehatan dan kekuatan tulang [4,5].
Obat penenang adalah salah satunya di mana efeknya mampu membuat pengonsumsinya pusing sehingga rentan jatuh dan mengalami patah tulang [4,5].
Obat lain yang juga memengaruhi tulang adalah kortikosteroid karena mampu melemahkan tulang bila penggunaannya jangka panjang [4,5].
Rata-rata kasus patah tulang terjadi karena seseorang terjatuh dan gejala akan mulai timbul tak lama setelah terjadi benturan keras atau cedera [1,3,4,5,6].
Beberapa gejala utama yang menunjukkan seseorang mengalami patah tulang panggul adalah [1,3,4,5,6] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Segera temui dokter dan memeriksakan diri apabila beberapa gejala di atas mulai dirasakan. Jika kesulitan bergerak karena rasa sakit, memar, dan bengkak, hindari memaksakannya.
Memaksakan diri untuk bergerak terutama untuk area panggul justru berisiko membuat kondisi semakin buruk.
Jika memiliki kondisi medis yang berpotensi menjadi faktor risiko patah tulang panggul, periksakan diri ke dokter secara rutin supaya kondisi terpantau oleh dokter.
Begitu pula saat menyadari bahwa tengah mengonsumsi obat tertentu yang meningkatkan risiko kelemahan dan kerapuhan tulang, segera konsultasikan dengan dokter.
Untuk mendiagnosa patah tulang panggul, dokter akan memeriksa fisik pasien lebih dulu, seperti mengecek adanya bengkak atau memar pada pangkal paha [1,3,4].
Dokter juga perlu mengetahui bagaimana bentuk atau posisi panggul, apakah dalam kondisi normal atau tidak [1,3,4].
Sebagai pemeriksaan penunjang, dokter perlu melakukan foto rontgen atau sinar-X [1,3,4].
Bila diperlukan, dokter akan meminta pasien menempuh CT atau MRI scan agar hasil pemeriksaan lebih detail dan akurat [1,3,4].
Penanganan untuk penderita patah tulang panggul biasanya meliputi prosedur bedah yang dapat dikombinasi dengan pemberian obat-obatan dan terapi/rehabilitasi.
1. Operasi
Patah tulang panggul perlu segera diatasi dengan prosedur bedah atau operasi.
Opsi prosedur operasi terdiri dari tiga metode yang disesuaikan dengan kondisi pasien.
Salah satu opsi prosedur bedah untuk patah tulang panggul adalah pengangkatan pangkal tulang paha yang mengalami kerusakan [1,3,4,5,6].
Setelah dokter berhasil mengangkatnya, kemudian akan diganti dengan tulang buatan [1,3,4,5,6].
Penanganan dengan metode ini hanya akan dokter rekomendasikan apabila pasien mengalami patah tulang tak beraturan di panggul [1,3,4,5,6].
Untuk pasien patah tulang panggul yang juga didiagnosis dengan peradangan sendi, prosedur bedah penggantian keseluruhan sendi panggul sangat direkomendasikan oleh dokter [1,3,4,5,6].
Dokter pada prosedur ini akan mengangkat pangkal tulang paha yang mengalami kerusakan lalu diganti dengan tulang buatan [1,3,4,5,6].
Opsi lainnya adalah pemasangan pen, yakni alat khusus yang bermanfaat merekatkan kembali patah tulang sekaligus membuat susunan tulang kembali baik [1,3,4,5,6].
Jika kondisi patah tulang panggul tidak terlalu serius dan patahan hanya bergeser sedikit, pemasangan pen adalah metode bedah paling sesuai [1,3,4,5,6].
2. Pemberian Obat
Selain prosedur bedah, dokter biasanya tetap memberi pasien resep obat pereda nyeri [1,4].
Bagi pasien yang didiagnosis osteoporosis, dokter akan memberi obat bisfosfonat yang bertujuan membuat tulang lebih kuat [1,4].
3. Rehabilitasi
Dokter juga akan menyarankan pasien menempuh rehabilitasi seperti fisioterapi agar fungsi tulang kembali pulih [1,3,4,5,6].
Ketika fungsi dan kekuatan tulang meningkat, kemampuan gerakan tubuh pun akan membaik [1,3,4,5,6].
Dengan demikian, diharapkan pasien pulih dengan lebih cepat dan mampu beraktivitas seperti biasa.
Bagaimana prognosis patah tulang panggul?
Prognosis patah tulang panggul cukup buruk, namun hal ini pun kembali tergantung pada faktor risiko bentuk penanganan, dan tingkat keparahan patah tulang [1].
Tingkat kematian dilaporkan berpersentase sekitar 18-31% dalam 1 tahun setelah seseorang mengalami patah tulang panggul [1].
Risiko kematian lebih tinggi pada penderita patah tulang panggul yang berusia sudah di atas 85 tahun, berjenis kelamin pria, memiliki riwayat kanker, dan/atau memiliki risiko komplikasi pasca operasi [1].
Pasien patah tulang panggul yang mampu kembali pulih dari patah tulang panggul hanya sekitar 40-60%, sementara 20-60% lainnya membutuhkan alat bantu untuk beraktivitas normal sehari-hari [1].
Risiko komplikasi patah tulang panggul tergolong bervariasi karena hal ini pun ditentukan pula oleh riwayat pola hidup, riwayat pengobatan, riwayat penyakit, dan risiko komplikasi yang terjadi pada pasien [1].
Berikut ini adalah beberapa risiko komplikasi patah tulang panggul disertai dengan data prevalensinya [1].
Sejumlah risiko komplikasi tersebut dapat terjadi pada pasien patah tulang panggul yang tak bisa bergerak dalam waktu yang lama [1].
Patah tulang panggul dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat mulai dari masa muda hingga tua [4,6].
Dengan pola hidup sehat, risiko osteoporosis dapat diminimalisir, begitu pula dengan risiko patah tulang [4,6].
Beberapa upaya yang bisa dilakukan agar mampu menjaga kesehatan dan kekuatan tulang panggul dan tulang bagian tubuh lainnya adalah [4,6] :
Ketika terjatuh atau mengalami benturan dan cedera keras pada bagian panggul, segera ke dokter untuk memeriksakan diri.
1. Benjamin R. Emmerson; Matthew Varacallo; & Dominic Inman. Hip Fracture Overview. National Center for Biotechnology Information; 2022.
2. Infodatin - Pusat Data dan Informasi. Situasi Osteoporosis di Indonesia. Infodatin - Pusat Data dan Informasi; 2013.
3. Young Lu, MD & Harmeeth S. Uppal, MD, MS, FACS. Hip Fractures: Relevant Anatomy, Classification, and Biomechanics of Fracture and Fixation. Geriatric Orthopaedic Surgery & Rehabilitation; 2019.
4. Cleveland Clinic medical professional. Hip Fracture. Cleveland Clinic; 2021.
5. Stanford University. Hip Fracture. Stanford University; 2021.
6. National Health Service. Hip fracture. National Health Service; 2019.
7. Michelle P Warren, M.D., Aimee R Shu, MD, & Jennifer E Dominguez, BA. Menopause and Hormone Replacement. National Center for Biotechnology Information; 2015.
8. Melissa Orlandin Premaor, Fabio Vasconcellos Comim & Juliet E Compston. Obesity and fractures. Arquivos brasileiros de endocrinologia e metabologia; 2014.
9. Alessandro P Delitala, Angelo Scuteri, & Carlo Doria. Thyroid Hormone Diseases and Osteoporosis. Journal of Clinical Medicine; 2020.
10. Kimberly Stump-Sutliff RN MSN AOCNS, Louise Cunningham RN BSN, & Todd Gersten MD. Bone Metastases: When Cancer Spreads to the Bones. University of Rochester Medical Center Rochester, NY; 2022.