Tindakan Medis

Pemeriksaan Fisik Untuk PPOK: Fungsi, Prosedur dan Risiko

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pemeriksaan fisik untuk COPD (Chronic obstuctive pulmonary disease) atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu prosedur pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter untuk memantau kesehatan paru-paru pasien. [1,2]

Fungsi Pemeriksaan Fisik Untuk PPOK

Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit peradangan paru yang menghalangi aliran udara dari paru-paru. Penghalangnya adalah lendir dan dahak atau pembekakan yang terjadi di dinding saluran pernapasan. [3]

Pasien PPOK seringkali merasa sesak nafas atau kesulitan bernapas, nyeri dada, lemas, penurunan berat badan dan berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung, kanker paru-paru dan berbagai komplikasi lainnya. [4]

Oleh karena itu, pemeriksaan fisik untuk PPOK selain membantu dokter untuk mendeteksi adanya penyakit, jantung, kanker paru-paru dan juga untuk mengetahui beberapa komplikasi lain yang barangkali ditimbulkan oleh penyakit PPOK seperti; [1,4,6]

  • Hipoksia
    Dua kondisi paling umum yang sering dikaitkan dengan PPOK adalah Emfisema dan bronkitis kronis. Emfisema umumnya diakibatkan oleh asap rokok atau kebiasaan merokok. Kondisi ini mengakibatkan alveoli di ujung saluran bronkiolus paru-paru hancur akibat paparan asap rokok. Sedangkan, bronkitis kronis adalah peradangan pada lapisan saluran bronkial–yang membawa udara ke alveoli paru-paru. Penyakit inilah yang membuat pasien PPOK memproduksi batuk dan lendir (dahak) setiap hari–yang mana menutup atau membatasi aliran udara untuk masuk ke dalam tubuh. Terbatasnya aliran udara ke tubuh inilah yang mengakibatkan terjadinya hipoksia. Pemeriksaan fisik untuk PPOK membantu dokter agar mengetahui tanda-tanda dan gejala hipoksia lebih awal sehingga dapat mengatasinya sebelum berkembang menjadi keadaan yang lebih parah.
  • Osteoporosis
    Kurangnya asupan oksigen dalam tubuh secara otomatis berakibat pada asupan nutrisi pada sel-sel tulang. Sehingga terjadilah penurunan kepadatan mineral tulang (BMD) dan gangguan kualitas tulang. Dan bila tidak ditangani dengan cepat, maka pasien PPOK bisa saja akan mengalami patah tulang. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan pemeriksaan fisik untuk PPOK agar dokter dapat mengetahui lebih cepat prevalensi osteoporosis dan mengatasinya sebelum timbul hal lain yang tak terduga.
  • Edema
    Edema adalah penumpukan cairan di dalam jaringan tubuh yang mengakibatkan pembengkakan pada tubuh seperti di wajah, tangan, perut dan kaki. Dan beberapa laporan mengatakan bahwa PPOK sering menyebabkan edema sehingga pemeriksaan fisik PPOK bertujuan agar dokter dapat memastikan gejala tersebut agar memberikan pengobatan yang tepat
  • Untuk menguji tingkat keparahan PPOK. Dengan begitu dokter akan lebih mudah menentukan jenis perawatan yang cocok sesuai dengan kondisi pasien.
  • Infeksi berulang
    Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadinya infeksi berulang. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik PPOK diperlukan agar menghindari kemungkinan terjadinya infeksi ulang.

Kondisi-Kondisi Yang Membutuhkan Pemeriksaan Fisik PPOK

PPOK merupakan penyakit pernafasan kronis progresif yang dicirikan oleh terjadinya hipersekresi mukus, penyempitan jalan napas, dan kerusakan alveoli paru-paru. Oleh karena itu, pasien yang memiliki kondisi berikut ini barangkali akan disarankan dokter untuk melakukan pemeriksaan fisik PPOK; [4,6]

  • Asma
    Asma adalah jenis penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan penyempitan dan peradangan. Dalam pemeriksaan fisik PPOK, dokter kadang menemukan kombinasi gejala dari PPOK dan Asma.
  • Penyakit jantung
    Pasien dengan gangguan jantung sering dikaitkan dengan PPOK dan gejala-gejalanya.
  • Bronkiektasis
    Bronkiektasis merupakan pelebaran abnormal bronchus yang berhubungan dengan infeksi kronik atau infeksi berulang. Pasien bronkiektasis umumnya memiliki gejala menyerupai PPOK karena disertai dengan sesak nafas yang berat
  • Bronkiolitis Konstriktif
    Pasien dengan gejala bronkiolitis konstriktif biasanya akan mengalami batuk dan sesak nafas–dan umumnya muncul saat istirahat atau beraktivitas. Gejala ini hampir menyerupai PPOK karena pada tes fungsi paru menunjukkan keterbatasan aliran udara yang progresif dan ireversibel.
  • Edema
    PPOK diyakini dapat menyebabkan Edema. Sehingga pasien edema kadang-kadang disarankan dokter untuk melakukan pemeriksaan fisik PPOK agar memastikan pengobatan untuk pasien.

Persiapan Pemeriksaan Fisik PPOK

Kemungkinan pasien PPOK mendapatkan hasil diagnosis yang keliru dapat terjadi dan hali ini bisa menyebabkan beberapa penyakit komplikasi PPOK mungkin tidak terdiagnosis sampai tingkat lanjut.

Maka dari itu, sangat penting bagi pasien–sebelum memulai prosedur pemeriksaan fisik PPOK diharapkan untuk mengetahui beberapa poin yang dianggap sepele tetapi sangat penting dalam menentukan hasil pemeriksaan fisik PPOK: [2,6]

  • Pasien diharapkan datang ke klinik atau rumah sakit lebih awal sehingga memiliki waktu yang cukup untuk mengisi dokumen yang diperlukan. Jika terburu-buru pasien bisa saja melewatkan beberapa penting yang barangkali menjadi fokus utama pemeriksaan dokter
  • Jawablah semua pertanyaan yang diajukan oleh dokter dengan baik dan benar.
  • Ceritakan seluruh kondisi kesehatan termasuk riwayat penyakit, riwayat genetik kepada dokter dengan baik dan benar sesuai pertanyaan yang diberikan pada saat pemeriksaan fisik berlangsung.
  • Ikutilah semua petunjuk dokter perihal persiapan tahap lanjutan yang perlu Anda lakukan sebelum prosedur pemeriksaan dimulai.

Prosedur Pemeriksaan Fisik untuk PPOK

Pemeriksaan PPOK biasanya dilakukan bersamaan dengan wawancara antara dokter dan pasien. Dokter akan memeriksa melalui poin-poin seperti seperti; [6,7]

  • Gangguan Pernapasan pendek: dokter akan bertanya beberapa pertanyaan seperti;
    • Kapan pertama kali pasien merasa sesak napas baik pada saat sedang berolahraga atau sedang istirahat?
    • Seberapa sering pasien mengalami sesak napas?
    • Berapa lama pasien mengalami sesak napas? Apakah semakin parah?
    • Seberapa jauh Anda mampu berjalan kai, dan seberapa kuat Anda melakukan pendakian sebelum napas Anda sesak?
  • Gejala batuk: dokter akan bertanya beberapa pertanyaan seperti;
    • Berapa sering Anda batuk?
    • Berapa lama Anda batuk? Apakah parah?
    • Apakah batuk Anda berdahak? Apa warnanya?
    • Pernahkah batuk Anda berdarah?
  • Apakah pasien seorang perokok atau memiliki riwayat kecanduan merokok? Hal ini karena merokok merupakan faktor risiko utama dari PPOK sehingga perlu diketahui riwayat merokok pada pasien.
  • Apakah pasien memiliki anggota keluarga yang pernah menderita PPOK atau penyakit pernafasan kronik lainnya. Hal ini terkait dengan defisiensi α1 Antitrypsin (α1AT). Defisiensi α1AT yang berat merupakan faktor risiko genetik terjadinya PPOK.
  • Dokter juga barangkali akan menanyakan aktivitas pasien. Hal ini untuk mengatahui apakah pasien seringkali terpapar asap rokok, polusi udara, debu atau bahan kimia tertentu yang mungkin saja diakibatkan oleh aktivitas hariannya. Karena beberapa laporan mengatakan bahwa polusi udara, debu atau terpapar bahan kimia juga merupakan salah satu penyabab PPOK.

Bila dari hasil pemeriksaan fisik–dengan wawancara ditemukan adanya indikasi berbahaya yang mendukung perkembangan PPOK pasien, maka kemungkinan besar dokter akan menjadwalkan untuk segera dilakukan beberapa pemeriksaan lanjutan (yang bukan termasuk pemeriksaan fisik) seperti; [5,6]

  • Stetoskop. Dokter akan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan terlebih dahulu kondisi apa pun yang tidak biasa seperti gejala mengi dan lain-lain. Berdasarkan apa yang dokter dengar barulah mungkin akan merekomendasikan tes-tes lain yang sesuai.
  • Tes fungsi paru-paru (spirometri). Tes ini berfungsi untuk mengukur jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan untuk mengetahui apakah paru-paru pasien masih bisa memberikan cukup oksigen ke darah atau tidak. Tes ini diberi nama spirometri. Caranya pasien akan diminta untuk meniup tabung besar yang terhubung ke mesin kecil untuk mengukur seberapa banyak udara yang dapat ditahan paru-paru pasien dan seberapa cepat pasien dapat meniup udara keluar dari paru-paru Anda. Tes lain termasuk pengukuran volume paru-paru dan kapasitas difusi, tes berjalan enam menit dan oksimetri nadi.
  • Rontgen dada. Rontgen dada dilakukan untuk mengetahui apakah ada gejala emfisema atau tidak. Emfisema adalah salah satu penyebab utama PPOK. Signal X-ray diyakini dapat mengurangi masalah paru-paru atau gagal jantung lainnya.
  • CT scan. CT scan paru-paru dibuat untuk membantu dokter mendeteksi emfisema sekaligus menentukan apakah pasien bisa menerima operasi dalam mencegah PPOK atau tidak. CT scan juga dapat digunakan untuk menyaring kanker paru-paru.
  • Analisis gas darah arteri. Tes darah ini mengukur seberapa baik paru-paru pasien membawa oksigen ke dalam darah dan menghilangkan karbon dioksida.
  • Tes laboratorium. Tes laboratorium tidak digunakan untuk mendiagnosis PPOK, tetapi tes tersebut dapat digunakan untuk menentukan penyebab gejala pasien atau mengesampingkan kondisi lain. Misalnya, tes laboratorium dapat digunakan untuk menentukan apakah pasien memiliki kelainan genetik defisiensi alpha-1-antitrypsin, yang mungkin menjadi penyebab PPOK pada beberapa orang. Tes ini dapat dilakukan jika pasien memiliki riwayat keluarga PPOK yang dapat mengembangkan PPOK di usia muda.

Risiko Pemeriksaan Fisik Untuk PPOK

Umumnya tidak ditemukan risiko serius yang mempengaruhi kesehatan selama pemeriksaan fisik PPOK. Barangkali hanya akan timbul perasaan tidak nyaman di bagian perut (abdominal palpation) selama pemeriksaan. Akan tetapi akan hilang setelah beberapa waktu. [4]

Hasil Pemeriksaan Fisik Untuk PPOK

Pada pemeriksaan fisik untuk PPOK, seringkali tidak ditemukan kelainan yang jelas terutama auskultasi pada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat hiperinflasi alveoli. Sedangkan pada PPOK derajat berat seringkali cara bernapas atau perubahan untuk anatomi toraks. Hasil pemeriksaan fisik untuk PPOK umumnya meliputi; [1]

  • Gambaran hiperinflasi paru
    Meliputi diameter dada anteroposterior yang tampak melebar. barrel chest atau dada seperti tong.
  • Kerusakan paru-paru yang persisten dapat menyebabkan peningkatan tekanan jantung sisi kanan dan ini berakibat pada gagal jantung sisi kanan (corpulmonale).
  • Tanda corpulmonale pada pemeriksaan fisik meliputi suara jantung kedua yang menonjol, edema perifer, distensi vena jugularis, dan hepatomegali.
  • Temuan fisik yang kadang-kadang dikaitkan dengan PPOK termasuk sianosis dan cachexia.
  • Terlihat penggunaan hiportrofi (pembesaran) utut bantu nafas dan peleberan sel iga.

1. MARK B. STEPHENS, CDR, MC, USN, and KENNETH S. YEW, CAPT, MC, USN,. American Family Physician. Diagnosis of Chronic Obstructive Pulmonary Disease; 2008.
2. Anonim. COPD. Mayo Clinic; 2020.
3. Anonim. Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Centers for Disease Control and Prevention; 2020.
4. Reviewed by Minesh Khatri, MD. COPD Stages and the Gold Criteria. Webmd; 2019.
5. MeiLan King Han, MD, MSMark T Dransfield, MDFernando J Martinez, MD, MS. Chronic obstructive pulmonary disease: Definition, clinical manifestations, diagnosis, and staging. Uptodate; 2020.
6. Medically reviewed by Alana Biggers, M.D., MPH. COPD Tests and Diagnosis. Healthline; 2020.
7. Healthwise Staff. Medical Reviewed by E. Gregory Thompson, MD - Internal Medicine & Ken Y. Yoneda, MD. Kaiser Permanente. History and Physical Exam for COPD Exam Overview; 2020.

Share