Daftar isi
Pendarahan implantasi biasanya didefinisikan sebagai sejumlah kecil atau setitik pendarahan yang terjadi sekitar hari ke 10-14 setelah konsepsi[1].
Pendarahan implantasi merupakan pendarahan ringan yang terjadi pada awal kehamilan, tepat sebelum wanita hamil biasanya mengalami periode menstruasi. [2]
Kondisi ini terjadi pada hampir 25% kehamilan, merupakan tanda bahwa sel telur yang telah dibuahi telah tertanam atau menempel pada dinding rahim wanita[2].
Pendarahan implantasi merupakan kejadian normal pada wanita hamil, namun banyak wanita yang tidak benar-benar memahaminya.
Pendarahan sangat ringan dan biasanya tidak memerlukan pertolongan medis. Meski demikian pada beberapa kasus, pendarahan implantasi dapat memerlukan pertolongan dokter[3].
Implantasi merupakan proses yang mana embrio menempel pada permukaan endometrium (lapisan dinding dalam rahim) dari uterus dan merusak epitelium dan kemudian sirkulasi maternal untuk membentuk plasenta[4].
Proses implantasi terjadi setelah fertilisasi (pembuahan sel telur oleh sperma). Sel telur yang telah dibuahi disebut embrio[5].
Embrio pindah dari tuba falopi menuju ke uterus (rahim). Selama waktu tersebut embrio mengalami pembelahan, membentuk blastokis[5].
Pendarahan implantasi diduga terjadi ketika blastosis menempel pada dinding uterus. Saat implantasi, blastosis mendorong ke dalam dinding uterus, merusak beberapa pembuluh darah dan menyebabkan pendarahan kecil. Darah kemudian keluar melalui serviks[2].
Berikut beberapa gejala umum pendarahan implantasi[3, 6]:
Pendarahan implantasi merupakan salah satu tanda kehamilan paling awal dan paling mudah diidentifikasi. Biasanya terjadi antara hari ke 6-12 setelah konsepsi.
Beberapa wanita salah menduga sebagai periode menstruasi karena dapat terlihat serupa dan terjadi pada sekitar waktu biasanya periode menstruasi normal[3, 5].
Berikut beberapa tanda yang membedakan pendarahan implantasi dari menstruasi[3, 7]:
Pendarahan implantasi akan terjadi beberapa hari lebih cepat dari siklus menstruasi normal. Namun hal ini tidak terjadi pada setiap kasus, sehingga banyak wanita yang bingung membedakannya dari menstruasi.
Pendarahan implantasi menghasilkan warna darah yang tidak biasa dan dapat berbeda-beda mulai dari warna sedikit merah muda hingga warna cokelat gelap atau hitam. Sedangkan pada menstruasi darah terlihat merah cerah.
Pendarahan akibat implantasi biasanya tidak berlangsung lebih dari 24-48 jam. Banyak wanita mengalami hanya beberapa jam saja.
Sedangkan menstruasi dapat menyebabkan pendarahan berat dan makin ringan seiring berakhirnya periode. Periode menstruasi umumnya berlangsung selama 4-7 hari.
Pendarahan implantasi dapat menyebabkan kram sementara yang umumnya ringan. Sedangkan menstruasi dapat menyebabkan kram uterus yang lebih berat yang dapat terjadi beberapa hari sebelum keluar darah dan berlanjut untuk 2-3 hari.
Pendarahan implantasi biasanya menetes dengan sangat pelan. Menstruasi dapat dimulai dengan aliran darah pelan yang kemudian bertambah kuat.
Jika terdapat gumpalan pada pendarahan, dapat dipastikan sebagai menstruasi. Pendarahan implantasi tidak menghasilkan gumpalan yang berupa campuran darah dan jaringan.
Selain tanda-tanda tersebut, untuk mengonfirmasi apakah darah yang keluar merupakan tanda pendarahan implantasi atau menstruasi, dapat juga mengecek gejala lain yang berhubungan dengan kehamilan.
Salah satu gejala yang mudah dikenali ialah morning sickness (mual-mual), keletihan, mulas, insomnia, dan payudara sakit[2, 3].
Pendarahan implantasi juga dapat disalahartikan dengan jenis pendarahan lain, termasuk pendarahan dekat ovulasi dan keguguran dini atau kehamilan kimiawi (kehamilan yang tidak tumbuh)[2].
Pendarahan yang terjadi pada tiga semester pertama kehamilan termasuk umum. Faktanya, studi menunjukkan bahwa sebesar 25% wanita mengalami pendarahan pada awal kehamilan. [5]
Namun, keluarnya darah selama kehamilan dianggap tidak normal dan sebaiknya ibu hamil segera menghubungi dokter ketika mengalaminya[5].
Pendarahan ringan dapat disebabkan oleh hal sederhana seperti serviks yang lebih sensitif dan mengembangkan pembuluh darah tambahan, sehingga hubungan seksual atau pemeriksaan pelvis dapat menyebabkan pendarahan[5].
Pendarahan berat atau dengan warna merah terang selama kehamilan dapat merupakan tanda dari masalah yang lebih serius. Berikut beberapa kemungkinan penyebab pendarahan[2, 5]:
Pendarahan ovulasi ditandai dengan keluarnya darah yang berlangsung selama satu atau dua hari dan terjadi sekitar 14 hari setelah awal periode, yaitu ketika terjadi ovulasi dan sel telur dilepaskan dari ovarium.
Keguguran dini ialah gugurnya kandungan sebelum 20 minggu. Keguguran dini ditandai dengan aliran darah yang lebih berat dengan gumpalan yang terlihat dan berwarna merah gelap, disertai kram dan keluarnya jaringan melalui vagina, yang dapat terjadi lima minggu setelah ovulasi.
Keguguran dini merupakan komplikasi kehamilan yang paling umum, sekitar 15-20%. Dengan 80% dari kasus keguguran terjadi pada trisemester pertama.
Pendarahan ini terjadi ketika plasenta terlepas dari tempat asal implantasi.
Kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur dibuahi di luar plasenta. Kondisi ini terjadi hanya pada 1-2% kehamilan.
Kehamilan molar terjadi ketika massa jaringan berkembang dari telur yang tertanam pada dinding rahim, namun bukan janin.
Beberapa penyebab lain dari pendarahan selama kehamilan selain pendarahan implantasi meliputi[2]:
Pendarahan implantasi umumnya tidak menyebabkan masalah. Pendarahan ringan yang terjadi selama berbagai tahap kehamilan cukup umum terjadi. [3]
Pendarahan ringan biasanya tidak berlangsung lama, tapi sebaiknya ibu hamil yang mengalaminya mengkonsultasikan ke dokter untuk memastikan[3].
Ibu hamil yang mengalami pendarahan yang lebih berat akan memerlukan pertolongan medis.
Pendarahan yang berat atau dengan aliran darah yang terus menerus yang disertai kram menstruasi atau gumpalan darah dapat merupakan tanda dari komplikasi serius seperti kehamilan molar, kehamilan ektopik, atau keguguran[3].
Segera hubungi dokter jika ibu hamil mengalami beberapa gejala berikut[8]:
Untuk mendiagnosis penyebab pendarahan dokter dapat menggunakan pemeriksaan seperti[5, 8]:
Dokter juga dapat mengecek penanda kehamilan, yaitu dengan tes darah untuk memeriksa kadar hormon. Hormon utama penanda kehamilan adalah hCG (human chorionic gonadotropin) yang diproduksi oleh plasenta[8].
Kadar hCG berlebihan dapat mengindikasikan[8]:
Kadar hCG kurang dari normal dapat mengindikasikan[8]:
Pemeriksaan dapat menunjukkan bagaimana pertumbuhan janin dalam kandungan. Pemeriksaan membantu memastikan kondisi janin dan ibu yang mengandung[8].
Pendarahan implantasi umumnya merupakan tanda normal dari awal kehamilan dan tidak memerlukan pengobatan.
Pendarahan implantasi akan berhenti dengan sendirinya dalam satu atau dua hari. Dokter dapat menganjurkan ibu hamil untuk mengenakan pembalut selama waktu tersebut[2].
Jika pendarahan berlangsung lama dan terus menerus, dapat mengindikasikan bahwa kehamilan tidak dapat bertahan. Dokter dapat meresepkan obat seperti[8]:
Pasien dapat memerlukan kunjungan rutin ke dokter untuk mengecek kesehatan dan memastikan kondisi[8].
Pendarahan implantasi merupakan kejadian alami yang tidak dapat dicegah[2].
1. Yvonne Butler Tobah, MD. Is Implantation Bleeding Normal in Early Pregnancy? Mayo Clinic; 2019.
2. Robin Elise Weiss, Ph.D, MPH, reviewed by Meredith Shur, MD. What Is Implantation Bleeding? Very Well Family; 2020.
3. Jon Johnson, reviewed by Debra Rose Wilson, Ph.D, MSN, RN, IBCLC, AHN-BC. What Causes Implantation Bleeding? Medical News Today; 2017.
4. Su-Mi Kim and Jong-Soo Kim. A Review of Mechanisms of Implantation. Journal of Development & Reproduction; 2017.
5. Rena Goldman, reviewed by Julie Lay. What Is Implantation Bleeding? Healthline; 2018.
6. Catherine Donaldson-Evans, reviewed by Tarun Jain, MD. Is It Implantation Bleeding—or Just My Period? What to Expect; 2020.
7. Rhona Lewis, reviewed by Carolyn Kay, MD. Implantation Bleeding vs. Period Bleeding: How to Tell the Difference. Healthline; 2020.
8. Noreen Iftikhar, MD, reviewed by Carolyn Kay, MD. What Causes First Trimester Bleeding? Healthline; 2019.