Daftar isi
Penyakit sapi gila adalah kelainan pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak dengan cepat dari waktu ke waktu. Penyakit ini dapat terjadi pada manusia maupun hewan. Penyakit sapi gila yang menyerang manusia disebut penyakit Creutzfeldt-Jakob atau CJD. Sedangkan pada hewan disebut bovine spongiform encephalopathy (BSE). [1, 2, 3, 4, 5]
Penyakit sapi gila pada hewan diakibatkan karena sebuah gangguan medis yang menyerang sistem saraf pusat. Sementara pada manusia disebabkan karena penderita mengonsumsi daging sapi yang terinfeksi BSE. [1, 5, 6]
Untuk saat ini tidak ada cara yang dapat mencegah penyakit sapi gila terjadi. Namun Anda dapat melakukan pencegahan dengan lebih berhati hati dalam memilih daging sapi yang akan dikonsumsi.[1]
Tinjauan : Penyakit sapi gila adalah kelainan pada otak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak, dan disebabkan karena penderita mengonsumsi daging sapi yang terinfeksi BSE
Berikut ini adalah beberapa fakta dari penyakit sapi gila (Creutzfeldt-Jakob): [1,2, 3, 4, 6]
Ada tiga jenis penyakit sapi gila (Creutzfeldt-Jakob) di antaranya yaitu Variant Creutzfeldt-Jakob disease (vCJD), Hereditary CJD dan Acquired CJD.
Jenis ini disebabkan karena penderita mengonsumsi daging hewan ternak yang terinfeksi penyakit sapi gila ( BSE ) atau didalam dagingnya mengandung prion. Untuk jenis ini, masa inkubasinya cukup lama dimana bisa sampai 10 tahun atau lebih dari itu. [1, 2, 4, 6]
Pada jenis penyakit ini, biasanya kelainan disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan dalam keluarga. Orang tua akan memindahkan gen protein prion pada saat anaknya beranjak dewasa, hal ini akan menyebabkan gejala CJD terjadi. [2, 4, 6]
Jenis yang terakhir disebabkan melalui penularan paparan jaringan otak atau sistem saraf. Namun penyakit ini tidak menular melalui kontak biasa. Sejak Creutzfeldt-Jakob (CJD) pertama kali dijelaskan pada tahun 1920, kurang dari satu persen kasus disebabkan oleh penyakit jenis ini. [2, 4, 6]
Penyakit Creutzfeldt-Jakob (CJD) atau penyakit sapi gila ditandai dengan kemunduran mental yang cepat, biasanya dalam beberapa bulan. Tanda dan gejala awal biasanya meliputi: [1, 2, 3, 4]
Jika gejala di atas dibiarkan begitu saja, hal ini dapat menyebabkan berkembangnya penyakit. Kebanyakan orang akhirnya mengalami koma, gagal jantung, gangguan pernapasan, atau infeksi lainnya. dan tidak sedikit orang meninggal dalam waktu satu tahun. [1]
Penyakit ini terjadi ketika protein di otak sapi terinfeksi BSE (bovine spongiform encephalopathy). Penyakit ini bisa menular pada manusia dan secara istilah disebut vCJD (variant Creutzfeldt-Jakob Disease).[1, 2, 6]
Seseorang bisa tertular penyakit sapi gila melalui beberapa cara, antara lain: [1, 2, 6]
Sebagian besar kasus penyakit sapi gila tidak diketahui penyebabnya, dan tidak ada faktor risiko yang dapat diidentifikasi. Meskipun begitu, terdapat beberapa faktor yang cenderung mengalami penyakit ini antara lain:
Faktor usia merupakan faktor umum terjadinya penyakit sapi gila, hal ini umum terjadi pada usia 60 tahun ke atas. Namun berbeda dengan Variant Creutzfeldt-Jakob disease (vCJD) penyakit jenis ini lebih sering terjadi pada usia 20 – 30 tahun. [1, 7]
Faktor genetik merupakan faktor yang sulit dihindari.orang tua yang menderita penyakit sapi gila memiliki kemungkinan 50% menularkan pada anaknya. Meskipun faktor ini jarang terjadi. Namun sekitar 5 hingga 10 persen dari semua kasus disebabkan karena faktor genetik.
Mengonsumsi daging sapi yang terinfeksi juga merupakan faktor risiko terjadinya creutzfeldt-jakob, Namun faktor ini tidak akan terjadi jika negara-negara menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat secara efektif.
Penyakit ini sangat jarang terjadi. Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) ada sekitar 1 dari 1 juta orang menerima pengobatan penyakit ini setiap tahunnya. Namun tetap penting untuk segera mengunjungi dokter apabila merasakan gejala. [2, 6]
Jika Anda mengalami gejala seperti yang sudah disebutkan diatas. Segeralah mengunjungi dokter, karena dokter akan memberikan pandangan yang lebih baik untuk kedepannya. [6]
Jika tidak di tangani dengan tepat, penyakit ini akan mempengaruhi otak atau bahkan merusaknya. Seseorang yang terkena penyakit ini lebih memilih untuk menjauh dari orang orang terdekatnya, dan pada akhirnya penderita akan kehilangan kemampuan untuk mengenali atau berhubungan dengan orang lain. [1]
Orang yang menderita penyakit ini akan mengalami kesulitan dalam berpikir, mengingat dan menjadi tidak peduli terhadap diri sendiri.[1]
Beberapa tes dibawah ini dapat membantu dalam mendiagnosis penyakit sapi gila : [2,3,4]
Elektroensefalografi atau EEG adalah alat yang digunakan untuk merekam aktifitas otak dengan menggunakan pena yang akan ditulis dalam sebuah gulungan kertas.[8]
Tes ini dilakukan agar dokter mendapatkan sebuah rekaman yang menjadi acuan apakah seseorang menderita penyakit sapi gila atau tidak. [2, 4, 8]
Tes ini dilakukan untuk mencari kondisi yang memengaruhi otak dan tulang belakang Anda. Ini adalah serangkaian tes laboratorium yang dilakukan pada sampel cairan serebrospinal (CSF). [2, 9]
CSF adalah cairan bening yang melindungi dan mengantarkan nutrisi ke sistem saraf pusat (SSP). SSP terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. [2, 9]
Adalah sebuah teknologi yang dapat menghasilkan gambar anatomi tiga dimensi. Alat ini menggunakan magnet kuat yang memaksa proton agar seimbang dengan tubuh sang penderita. [2, 3, 10]
Tes ini dilakukan agar dokter mendapatkan gambar yang lebih jelas tentang tubuh. Karena alat ini dapat membedakan antara materi putih dan materi abu abu dalam otak. [2, 10]
Satu-satunya cara untuk memastikan apakah seseorang terkena penyakit sapi gila adalah dengan biopsi otak atau otopsi. Dalam biopsi otak, ahli bedah saraf mengambil sepotong kecil jaringan dari otak seseorang sehingga dapat diperiksa oleh ahli saraf. Tes ini bisa berbahaya bagi individu tertentu, sehingga tes ini tidak disarankan kecuali diperlukan untuk menyingkirkan gangguan yang dapat diobati. [2, 3, 4]
Saat ini, tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan atau mengendalikan Creutzfeldt-Jakob (CJD), meskipun penelitian tentang berbagai obat sedang berlangsung. Namun terdapat beberapa cara agar penyakit ini mereda.[2]
Berikut adalah obat yang dapat meredakan penyakit creutzfeldt – jakob (CJD) :[2,4,5]
Obat ini dapat membantu menghilangkan rasa sakit pada CJD. Namun, penggunaannya harus diawasi dan diresepi oleh dokter. [2, 5]
Obat ini dapat meredakan mioklonus. Mioklonus adalah sentakan otot yang tiba-tiba. Hal ini terjadi dengan sendirinya.[2,4]
Selain obat yang telah disebutkan di atas cairan intravena dan makanan buatan juga dapat digunakan untuk meredakan penyakit ini. Cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, menggunakan sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh yang hilang. [2]
1. Anonim.Creutzfeldt Jakob disease.MayoClinic;2021
2. .Creutzfeldt-Jakob Disease Fact Sheet.National Institute of Neurological Disorders and Stroke;2020
3. Anonim.Creutzfeldt-Jakob disease.rarediseases;2016
4. Verneda Lights, University of, lllinois.Creutzfeldt-Jakob Disease and Mad Cow Disease.Healthline;2017
5. Michael Smith, MD dan Christoper melinosky, MD.The Basics of Mad Cow Disease.WebMD;2021
6. Jon Johnson, Nancy Hammond, MD.Can humans get mad cow disease.MedicalNewsToday;2020
7. Anonim.Variant Creutzfeldt Jakob Disease (vCJD).Centers for Disease Contol and Prevention;2019
8. Endang Solihudin.Elektroensefalografi (EEG).Rumah Sakit Islam Jakarta;2015
9. Sandy Calhoun Rice, Seunggu Han, MD.Cerebral Spinal Fluid (CSF) Analysis.Healthline;2018
10. Anonim.Magnetic Resonance Imaging (MRI).National Institute of Biomedical Imaging and Bioengineering;2018